Beijing (ANTARA) - Ketika pertama menginjakkan kaki di kawasan Temple of Heaven pada Sabtu (26/7/2025), suhu yang panas langsung menerpa wajah seluruh wisatawan yang berkunjung lokasi wisata yang berlokasi Beijing tersebut.
Namun yang menarik, suhu yang sangat panas itu tidak menyurutkan semangat wisatawan, baik penduduk lokal mau pun wisatawan dari berbagai negara untuk mengelilingi Temple of Heaven.
Temple of Heaven yang oleh masyarakat Tiongkok sering disebut “kuil surga” awalnya tempat sakral yang menjadi lokasi peribadatan penguasa pada masa kekaisaran Ming dan Qing. Di tempat itu, kaisar biasanya sembahyang dan berdoa untuk kemakmuran negeri dan keberkahan bagi rakyatnya.
Disebabkan tempat sakral, rakyat biasa tidak diperbolehkan untuk memasukinya. Namun sejak tahun 1925 yakni ketika masa kekaisaran berakhir, lokasi tersebut sudah bisa diakses warga.
Temple of Heaven memilik tiga kuil utama yakni “Qiongyu Dian”, “Qinian Dian” (aula untuk berdoa agar mendapatkan panen yang baik) dan “Huanqiu Tan” (altar bundar).
Bangunan Qinian Dian berbentuk bulat sebagai lambang langit dan terdiri tiga tingkatan dengan total ketinggian 32 meter dan diamater 30 meter.
William Kuang, salah seorang pemandu wisata di Beijing menjelaskan, Temple of Heaven memang menjadi salah satu lokasi favorit kunjungan, termasuk warga Tiongkok sendiri.
Setiap harinya, ada sekitar 10 ribu wisatawan yang berkunjung ke Temple of Heaven, baik warga yang ingin berdoa, menyaksikan lokasi peribadatan kaisar masa lalu, mau pun wisata yang ingin menyaksikan bangunan kuno kekaisaran Ming dan Qing.
Untuk akhir Juli dan awal Agustus, jumlah kunjungan ke Temple of Heaven biasanya lebih banyak karena merupakan masa libur musim panas. Pada masa libur tersebut, biasanya para orang tua membawa anak-anaknya untuk berkunjung guna mempelajari sejarah masa kekaisaran.
Disebabkan menjadi salah satu lokasi favorit, pengunjung tidak terlalu mempermasalahkan cuaca yang panas, atau justru menyiasati kondisi dengan menggunakan payung, topi, kaca mata hitam, atau peralatan lain untuk mengurangi tingkat panasnya.
Namun selain peralatan tersebut, pemandu wisata itu selalu menekankan wisatawan yang dipandunya untuk menggunakan krim pelembap atau pelindung agar sengatan sinar matahari tidak terlalu berdampak bagi kulit.
Usai mengelilingi Temple of Heaven, rombongan yang difasilitasi Konjen Tiongkok di Medan itu menuju Forbidden City atau Kota Terlarang yang merupakan tempat tinggal kaisar beserta keluarganya.

Sama halnya dengan Temple of Heaven, Forbidden City juga merupakan tempat sakral sehingga tidak boleh diakses oleh rakyat biasa, kecuali keluarga kekaisaran, pejabat kekaisaran atau orang-orang tertentu yang diizinkan kaisar.
Larangan bagi warga biasa untuk memasuki Forbidden City itu berlangsung sekitar 500 tahun dan baru dapat dimasuki warga setelah masa kekaisaran berakhir.
William Kuang menjelaskan, pintu masuk ke Kota Terlarang ada lima yang peruntukannya berbeda antara satu dengan lainnya.
Pintu bagian tengah hanya boleh dilewati kaisar dan pantang bagi lainnya, termasuk pegawai kekaisaran atau pejabat timggi sekalipun.
Pintu bagian kanan diperuntukkan bagi orang tertentu yang dinilai memiliki jasa besar bagi kekaisaran seperti saudagar atau dermawan yang memberikan sumbangsih bagi kekaisaran.
Pintu sebelah kiri merupakan jalur masuk bagi pejabat tinggi kekaisaran. Sedangkan dua pintu lagi yang berada paling kiri dan paling kanan jalur utama ditujukan bagi pegawai kekaisaran.
“Dalam waktu tertentu, seperti memasuki musim semi atau menjelang masa panen, kaisar akan keluar untuk sembahyang ke Temple of Heaven. Jaraknya sekitar 5 km dari Kota Terlarang. Ketika kaisar melintas, seluruh rakyat berlutut dan menundukkan pandangan, tidak boleh kontak mata dengan kaisar,” ujar William.
Salah satu yang menarik, sangat banyak anak-anak dan pelajar yang berkunjung ke Kota Terlarang untuk menyaksikan berbagai bangunan yang ada, termasuk gedung yang menjadi lokasi aktivitas kaisar.
Tidak sedikit juga kalangan remaja yang menggunakan pakaian tradisional sambil mengabadikan kenangan dengan latar belakangn bangunan Kota Terlarang.
Menurut William, hal itu dilakukan karena rakyat Tiongkok sangat bangga dengan kebesaran dan kehebatan kekaisaran yang sempat berjaya di masa lalu.
