Jakarta (ANTARA) - Sama-sama dianugerahi para penyerang haus gol tapi mandul belakangan ini, Prancis dan Belgia yang masing-masing berperingkat 2 dan 3 dunia, saling berhadapan di Dusseldorf Arena, Senin malam pukul 23.00 WIB nanti, dalam pertandingan 16 besar Piala Eropa 2024.
Baik Les Bleus maupun Setan Merah cuma bisa memasukkan dua gol dari tiga pertandingan terdahulu dalam fase grup, padahal mereka memiliki striker-striker hebat pada diri Kylian Mbappe dan Romelu Lukaku, selain para asistennya yang tak kalah berbahaya dari kedua pemain itu di depan gawang lawan.
Tapi tak seperti Inggris yang menjadi tim besar lainnya yang bermasalah lini depan tapi juga irit dalam menciptakan peluang, baik tim asuhan Didier Deschamps maupun pasukan Domenico Tedesco jauh lebih produktif dalam hal membuat peluang gol ketimbang Inggris.
Dari tiga pertandingan terdahulu yang dijalani kedua tim, Prancis membuat 49 peluang yang 14 di antaranya tepat sasaran, sedangkan Belgia menciptakan 46 peluang yang 18 di antaranya tepat sasaran.
Dalam banyak hal, kedua tim dari dua negara yang sangat dekat secara geografis, historis dan budaya ini, memiliki catatan-catatan tak begitu jauh satu sama lain dalam hal rata-rata penguasaan bola, akurasi umpan, frekuensi serangan dan bahkan dalam hal mementahkan peluang lawan.
Dalam soal yang terakhir itu, barisan belakang Prancis berhasil menihilkan 9 peluang emas lawan, sedangkan Belgia mementahkan 12 peluang emas lawan-lawannya terdahulu.
Statistik itu menunjukkan, selain memiliki batalion serang yang menjadi faktor teror yang dahsyat untuk lawan mana pun yang mereka hadapi, Prancis dan Belgia adalah juga dua tim yang hebat dalam menjaga teritori mereka.
Kini, mereka akan saling menguji lini pertahanan mana yang paling sanggup menghadang banjir serangan dari dua barisan serang yang sama agresif dan ofensif, apakah duet William Saliba-Dayot Upamecano yang sukses meredam kuartet serang pimpinan Lukaku, atau Jan Vertonghen-Wout Faes yang justru berhasil mematikan kuartet serang pimpinan Kylian Mbappe.
Membuat kesal pendukung
Sejak pertama kali saling berhadapan pada 1 Mei 1904, Prancis dan Belgia sudah 75 kali bertemu yang kebanyakan pertandingan persahabatan. Belgia menang 30 kali, Prancis menang 26 kali.
Tetapi, Les Bleus memenangkan semua dari empat pertemuan dalam Piala Dunia dan atau Piala Eropa, termasuk semifinal Piala Dunia 2018. Rekornya pun fantastis, menyarangkan 13 gol dan kebobolan cuma 3 gol.
Tapi kini sekalipun memiliki bakat-bakat serang yang mematikan, baik tim Belgia maupun tim Prancis edisi ini kesulitan mencetak gol, sampai para pendukung kedua tim dibuat marah oleh kemandulan ini.
Kemarahan para pendukung sampai membuat kapten Belgia Kevin de Bruyne urung memberikan salut kepada suporter Setan Merah usai laga melawan Ukraina yang berakhir 0-0.
Sementara itu, Didier Deschamps juga dibuat kesal oleh semakin nyaringnya kritik terhadap ketajaman tim serangan Prancis, sampai dia berkata "kalau tak suka melihatnya, ganti saluran saja."
Belgia tadinya yakin bakal memuncaki Grup E, tapi kenyataannya perjalanan mereka sungguh berliku. Tumbang 0-1 di tangan Slovakia, Setan Merah bangkit mengalahkan Rumania 2-0, tetapi kembali tampil mengecewakan saat seri 0-0 melawan Ukraina.
Mereka lolos ke fase grup hanya karena selisih gol yang lebih baik dari tim-tim lain dalam Grup E yang semuanya mengemas empat poin.
Perjalanan Prancis ke babak 16 besar tak kalah membuat kesal pendukung mereka. Mengawali turnamen di Jerman dengan kemenangan 1-0 atas Austria, Prancis cuma bisa memungut dua poin dari dua laga berikutnya setelah ditahan seri 0-0 dan 1-1 masing-masing oleh Belanda dan Polandia.
Untuk itu, di Dusseldorf Arena, Senin malam nanti, tugas utama Deschamps dan Domenico Tedesco adalah memancing pemain-pemain depannya mengakhiri ketumpulan mereka di depan gawang lawan.
Kedua pelatih tidak memiliki masalah pada baik lini tengah maupun pertahanan karena selama ini kedua lini permainan sudah menjalankan tugasnya dengan baik.
Formasi tim
Setelah bermain selama 90 menit kala Prancis menghadapi Polandia dalam pertandingan terakhir fase grup, Mbappe terlihat sudah pulih 100 persen.
Untuk itu, dia akan kembali memimpin barisan serangan Les Blues dalam formasi yang berubah dari pola tiga gelandang dan tiga penyerang ketika menghadapi Polandia, menjadi 4-2-3-1. Ini karena Deschamps menurunkan kembali Antoine Griezmann yang sengaja tak dimainkan dalam laga melawan Polandia.
Deschamps tak menghadapi masalah apa pun dalam skuadnya. Semua pemain siap diturunkan, termasuk Ousmane Dembele di sayap kanan serangan Les Bleus, tapi mungkin tanpa Aurelien Tchouameni karena kehadiran Griezmann dalam starting eleven.
Sedangkan Adrien Rabiot dan N'Golo Kante tetap menjadi penyeimbang tim yang memudahkan duet Saliba-Upamecano dalam menghadang lawan dan sekaligus membuat kuartet serangan mendapatkan pasokan bola yang kuat.
Sementara itu, Dominico Tedesco bisa memainkan lagi Dodi Lukebakio setelah masa skorsingnya selesai. Dia berperan penting saat Belgia mencatat satu-satunya kemenangan ketika melawan Rumania.
Dengan demikian, Leandro Trossard disimpan di bangku cadangan. Lukebakio akan bermitra dengan playmaker Kevin de Bruyne dan Jeremy Doku sebagai pengapit ujung tombak serangan, Romelu Lukaku, dalam formasi 4-2-3-1.
Tedesco masih tak bisa menurunkan Axel Witsel dan Thomas Meunier karena cedera. Untuk itu, dia tetap memasang bek tengah muda Wout Faes untuk mendampingi Jan Vertoghen di jantung pertahanan Belgia, sedangkan Timothy Castagne tetap mengisi sayap kanan pertahanan Belgia.
Pemenang pertandingan ini akan menghadapi Portugal atau Slovenia dalam perempat final.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Prancis vs Belgia: Pembuktian dua tim mandul berperingkat atas