Sasarannya, Juwaini melanjutkan, idealnya adalah anak-anak yang masih duduk di bangku sekolah. Itu agar mereka terbiasa dengan sorgum sampai dewasa.
"Bukan cuma sorgum, konsumsi pangan selain beras lainnya seperti ubi, jagung dan kacang kedelai juga harus dikampanyekan supaya mengurangi ketergantungan kita terhadap beras," kata dia.
Muhammad Juwaini menyebutkan pemanfaatan pangan alternatif untuk menekan konsumsi beras sejalan dengan imbauan Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian agar pemerintah daerah mengampanyekan langkah diversifikasi pangan kepada masyarakat di tengah tingginya harga beras saat ini.
Masyarakat didorong supaya tidak bergantung pada komoditas beras, tetapi juga makanan sehat lain seperti sagu, keladi ubi dan kentang.
"Apalagi makanan tersebut selama ini juga telah banyak dikonsumsi masyarakat, khususnya di wilayah Indonesia timur," ujar Tito.
Berdasarkan informasi Kementerian Pertanian, sorgum adalah tanaman asal Afrika yang bijinya bermanfaat sebagai bahan pangan, bahan dasar energi biodiesel dan pakan ternak.
Biji sorgum yang mirip jagung bisa diolah menjadi makanan seperti sereal, bubur, tepung, roti, kue dan sirop.
Sorgum dianggap cocok menjadi makanan pokok karena memiliki banyak kandungan nutrisi penting seperti serat, kalori bebas gluten, antioksidan, asam fenolat (untuk anti-inflamasi) dan zat lipid policosanol yang menghambat sintesis kolesterol berlebih dalam tubuh.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemprov sebut sorgum berpotensi jadi pangan alternatif di Sumut