Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu menjelaskan secara umum, HFMD bukan penyakit berat.
Penderitanya bisa sembuh dalam kurun waktu tujuh sampai 10 hari, meski pengobatan hanya bersifat suportif.
Sementara itu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) kantor regional Eropa melaporkan sedang terjadi peningkatan kasus Enterovirus 11 (Echovirus-11) di wilayah setempat. Sembilan kasus neonatal sepsis dengan kerusakan hati (hepatic impairment) dan kegagalan multi organ telah ditemukan di Prancis.
Tujuh dari sembilan kasus tadi dinyatakan meninggal dunia. WHO juga melaporkan bila kasus serupa terjadi di Kroasia satu kasus, Italia tujuh kasus, Spanyol dua kasus, Swedia lima kasus serta Inggris dua kasus.
Prof Tjandra mengatakan kondisi saat ini yang sedang menyebabkan peningkatan kasus di Eropa adalah infeksi dari Echovirus-11, sebuah jenis positive-strand RNA dari famili Picornaviridae.
Ia menjelaskan seperti juga enterovirus pada umumnya, infeksi akibat E-11 bisa beragam bentuknya, dari mulai yang ringan seperti kulit kemerahan dan demam, dan mungkin juga sampai yang berat dalam bentuk gangguan sistem saraf, termasuk meningitis, ensefalitis dan kelumpuhan (Acute flaccid paralysis/AFP).
“Echovirus-11 juga dilaporkan menimbulkan penyakit yang berat pada neonates dan bayi, dengan angka kesakitan dan kematian pula, seperti yang sekarang terjadi di Eropa ini dan perlu kita cermati. Bentuknya dapat berupa peradangan berat pada neonates (bayi baru lahir), termasuk hepatitis akut berat dengan koagulopati. E-11 juga dapat saja menular dari ibu ke anaknya,” ucapnya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pakar sebut Indonesia miliki riwayat terkena Enterovirus 71