Gadis kelahiran Surabaya, 9 Juni 2000, ini selama kuliah berpengalaman bekerja di tiga tempat prestisius di bawah naungan University of California Berkeley.
Pertama, di Lawrence Hall of Science (LHS), tempat yang menerima dia bekerja sejak semester kedua. LHS adalah lembaga yang menjembatani anak-anak, pelajar dan orang awam untuk lebih memahami ilmu pengetahuan, serta menghubungkan keilmuan Berkeley agar lebih membumi dan dipahami oleh masyarakat luas. Selama awal masa pandemi, Fira tetap bekerja secara daring untuk LHS, dengan memproduksi lebih dari 50 video edukasi online bagi lembaga ini.
Kedua, tempat Fira bekerja adalah Space Sciences Laboratory (SSL), lembaga antariksa ternama yang berkontribusi dalam lebih dari 50 misi penting NASA dan membantu misi luar angkasa banyak negara ke antariksa.
Di lembaga ini Fira berhasil melakukan penelitian di bawah bimbingan Dr Solene Lejosne (ilmuwan dari Perancis) tentang sabuk magnetik bumi yang karyanya dipublikasikan melalui jurnal ilmiah terkemuka, Journal of Geophysical Research, yang diterbitkan oleh Wiley Blackwell dan lembaga American Geophysical Union (AGU).
Terakhir tempat kerja ketiga adalah Lawrence Berkeley National Laboratory (LBNL), sebuah institusi yang sangat bergengsi, dengan puluhan Nobel Prize muncul dari institusi ini, yang juga 16 unsur dalam tabel periodik kimia ditemukan di sini atau dengan bantuan instutusi ini.
Di LBNL, sulung dari dua bersaudara ini bekerja menjadi salah seorang asisten riset Dr Saul Perlmutter (profesor Astrofisika peraih Nobel bidang fisika tahun 2011) untuk meneliti supernova atau ledakan bintang raksasa.
Fira juga pernah menjadi asisten penelitian bagi Dr Michael Rich, profesor Astrofisika dari University of California Los Angeles (promotor doktoral dari Dr Neil deGrasse Tyson) yang meneliti planet2 di luar tata surya (exoplanets).
Fira Fatmasiefa, mahasiswi asal Indonesia berprestasi di Amerika
Senin, 15 Mei 2023 12:27 WIB 9820