Medan (ANTARA) - Keterbatasannya sebagai guru honor di UPT SDN No 30 Pasar Lapan, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara tidak membuat Hotma Wulansari Sitohang kehilangan semangat menekuni profesinya, dengan harapan anak didiknya punya masa depan yang lebih indah.
Seperti arti nama panggilan akrabnya Wulan yang berarti bulan (menerangi), perempuan kelahiran 22 November 1989 itu ingin menjadi penerang awal bagi siswanya untuk tumbuh jadi cerdas yang menjadi bekal untuk kehidupan di masa depannya.
Tapi mewujudkan harapannya itu bukanlah hal mudah dan Wulan menyadari hal itu sejak menetapkan hati berubah profesi menjadi guru dari kerja di bagian keuangan di perusahaan swasta di Balikpapan, Kalimantan Timur.
Secara pribadi, Wulan harus menata hatinya yang sedih dan penuh kegamangan setelah dia dan satu putranya ditinggal sang suami tercinta yang lebih dulu menghadap Sang Pencipta.
Apalagi anaknya masih berumur 1,5 tahun saat suaminya meninggal.
Setelah suaminya meninggal pada 2017, Wulan memutuskan kembali ke kampung halamannya di Sumut.
Dia pun memilih menjadi guru yang memang merupakan cita-citanya sejak kecil.
Mengawali kariernya sebagai guru di salah satu SD swasta yang berlokasi di dekat tempat tinggalnya, pada 2020 Wulan pindah ke UPT SD Negeri 30 Pasar Lapan, Kabupaten Batubara.
Hambatan lain Wulan sebagai guru adalah belum maksimalnya kemampuannya menjadi guru yang baik akibat kurangnya ilmu pengetahuan dan pelatihan.
Wulan mengaku awal menjadi guru, dia adalah guru yang pasif dengan mendominasi proses belajar dan mengajar siswa. Walaupun Wulan lulusan dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan mengenyam Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
Termasuk hambatan menyangkut masalah latar belakang siswa yang berbeda yang menjadi salah satu perbedaan di tingkat kecerdasan masing-masing anak.
Tapi hambatan itu akhirnya tersibak juga dengan kehadiran Tanoto Foundation di sekolah UPT SDN 30 Pasar Lapan itu.
"Sejak kehadiran dan bahkan dipercaya menjadi fasda (fasilitator daerah) Tanoto, sejak itu pula saya mulai paham trik-trik menjadi guru yang aktif yang otomatis membuat siswa juga aktif," katanya.
Pola belajar dan mengajar dengan pendekatan yang disebut "MIKIR" (akronim dari Mengalami, Interaksi, Komunikasi, dan Refleksi), menumbuhkan semangat Wulan lagi untuk mewujudkan harapannya menghasilkan anak-anak yang cerdas.
Pendekatan "MIKIR" mendorong peserta didik untuk lebih kreatif, mampu berkolaborasi dalam tim, dan kritis selama pembelajaran berlangsung.
Dengan pendekatan "MIKIR" dan mengikuti berbagai pelatihan dari Program Pintar Tanoto, Wulan merasa lebih mudah untuk menciptakan ide-ide pembelajaran yang menyenangkan.
Pembelajaran yang selalu berpihak kepada murid, bukan saja membuat anak-anak lebih kreatif dan kritis, tetapi juga menyenangkan siswa dan bahkan guru.
Jadi benarlah, kata Wulan, menjadi guru itu harus terus belajar. Kalau guru berhenti belajar, maka berhentilah mengajar.
Kini selain mau mencoba keberuntungan menjadi
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja atau PPPK, dengan kemampuan mengajarnya yang semakin meningkat dan ingin melanjutkan kuliah lagi.
Wulan merasa punya tanggung jawab besar meningkatkan kualitas sumber daya manusia di sekolah.
Seperti berbagi ilmu yang didapatnya dari pelatihan Tanoto dengan para guru di sekolahnya dan menjadi pemateri di berbagai pelatihan peningkatan belajar dan mengajar di sekolah
Tugas yang semakin banyak itu dijalani Wulan dengan tetap penuh semangat.
Baginya, semua tugasnya itu mempercepat terwujudnya harapannya menjadi guru yang berhati guru dimana sebagai guru harus mampu mengajarkan ilmu pengetahuan dan mendidik dengan hati.
External Affair & Communication Tanoto Foundation Sumut, Mutazar, menyebutkan, dengan sebagai fasda, para guru akan mendapat kesempatan mendapatkan pelatihan banyak untuk peningkatan sumber daya manusia.
Para fasda itu juga harus menerapkan ilmu di dalam ruang kelasnya karena Tanoto berkeinginan konsep itu menyebar ke masing-masing sekolah.
Hal itu dinilai penting, ujar Mutazar, karena konsep "MIKIR" merupakan "student center" artinya dalam pembelajaran yang terpusat pada siswa bukan guru.
"MIKIR" Tanoto bikin Hotma Wulansari Sitohang tidak kehilangan ide mengajar di tengah keterbatasan sebagai guru honor
Kamis, 15 Desember 2022 15:08 WIB 25617