Medan (ANTARA) - Gerak cepat menjadi penentu upaya pemberantasan hama dan penyakit tanaman, setelah melalui pengamatan seksama. Hal itu dilakukan alumni Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) yang cepat tanggap mengatasi masalah di lapangan guna mendukung produksi dan produktivitas hasil pertanian.
Kementerian Pertanian RI melalui Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) mengerahkan alumni Polbangtan Medan, untuk mendukung kinerja petani serta mengawal dan mendampingi produktivitas komoditas pertanian di FE Humbahas.
Alumni Polbangtan Medan aktif melakukan pengamatan dan identifikasi terhadap tanaman seperti penyakit daun keriting pada tanaman cabai merah, akibat serangan organisme pengganggu tanaman [OPT] atau virus, yang menginfeksi jaringan tanaman. Dampaknya, sel tanaman berkembang secara abnormal dan berefek pada struktur daun dan pucuk tanaman.
Hal itu sejalan komitmen Menteri Pertanian RI Syahrul Yasin Limpo yang berupaya memaksimalkan semua lini agar pendampingan yang diberikan terhadap petani di Food Estate bisa berjalan maksimal.
"Petugas perlu disiapkan dan ditingkatkan kompetensinya sehingga dapat optimal bekerja, dengan kompetensi ini, para pendamping dapat memiliki kemampuan mendampingi dan mengawal para petani di food estate dalam melakukan budidaya, penggunaan alsintan dan penanganan panen serta pasca panen," katanya.
Upaya serupa dikemukakan Kepala BPPSDMP Kementan, Dedi Nursyamsi tentang Tim Pendamping menjadi landasan utama dalam mengoptimalkan berbagai aktivitas Food Estate dari hulu ke hilir.
"Kehadiran pendamping bagi petani diharapkan membantu percepatan pengembangan Food Estate dan memperkuat eksistensi kelembagaan petani serta pengembangan bisnis dan korporasi petani," katanya.
Dedi Nursyamsi menambahkan Program Food Estate harus sukses, dan BPPSDMP Kementan berkomitmen mendukung penuh upaya pendampingan bagi petani.
"Aspek pendampingan merupakan langkah yang sangat penting dalam mengakselerasi kegiatan pertanian di lokasi Food Estate," katanya lagi.
Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini mengatakan penyakit tanaman cabai, gejala awal serang terjadi pada daun muda bagian pucuk lalu menyebar ke bagian tanaman yang lain. Pertumbuhan vegetatif tanaman seperti tunas, daun dan akar bisa terhambat bahkan terhenti.
Tanaman cabai merah yang terkena serangan keriting tentu tidak bisa menghasilkan buah secara optimal karena keluarnya bunga dan buah cabe berdasarkan percabangan tunasnya.
"Kami ingatkan alumni pendamping memberikan rekomendasi beberapa upaya agar penyakit daun keriting tidak menyerang tanaman melalui beberapa langkah pencegahan," kata Yuliana.
Pencegahan terhadap serangan daun keriting hanya bisa dilakukan dengan mengendalikan vektornya yakni kutu daun (thrips) dan aphids serta mencegah menjangkitnya virus mozaik dari benih. Terbukti bahwa tanaman cabe dalam rumah kaca bebas dari penyakit daun keriting.
Alumni pendamping mengingatkan petani yang menanam di area terbuka, sebaiknya rutin lakukan penyemprotan insektisida kontak berbahan aktif Abamektin minimal 18 EC atau Dimetoat setiap lima hingga tujuh hari sekali setelah tanaman memasuki usia 20 hari setelah tanam [HST].
Gunakan campuran pelekat untuk menjaga keawetan insektisida menempel pada daun. Selain insektisida kontak, gunakan pula insektisida sistemik tiap 10 hari sekali untuk pencegahan lebih lama.
Alumni Polbangtan Kementan atasi penyakit cabai merah di Food Estate Humbahas
Selasa, 1 November 2022 18:46 WIB 1437