Madina (ANTARA) - Pasca kejadian yang terjadi di Well Test T-011 pembangkit listrik tenaga panasbumi (PLTP) Sorik Marapi Geothermal Power pada tanggal 27 September 2022 yang lalu para tokoh dan kepala desa yang tergabung dalam Forum Peduli Masyarakat Kecamatan Puncak Sorik Marapi Kabupaten Mandailing Natal (Madina) mengadakan rapat terbuka.
Rapat terbuka yang dihadiri seluruh kepala desa dan puluhan tokoh masyarakat Kecamatan Puncak Sorik Marapi itu dilaksanakan di kafe Aek Raja Desa Sibanggor Tonga pada Senin (11/10).
Rapat itu bertujuan untuk menyikapi peristiwa yang sempat mengakibatkan warga Sibanggor Julu dan Sibanggor Tonga dilarikan ke rumah sakit serta adanya intervensi dan pemberitaan pemberitaan negatif terhadap aktifitas perusahaan dari luar WKP Puncak Sorik Marapi.
Akibatnya, atas intervensi pemberitaan dan dampak kejadian tersebut, pihak pemangku kebijakan menginstruksikan untuk menghentikan sebagian kegiatan dan pihak perusahaan menghentikan kegiatan non operasi seperti pengeboran dan kontruksi yang mengakibatkan terjadinya pengurangan karyawan besar-besaran serta menimbulkan efek sosial bagi masyarakat sekitar.
Menanggapi hal itu, Ketua Forum Peduli Masyarakat Puncak Sorik Marapi-Purba Lamo, Abdus Somad Lubis melalui sekretaris, Muhammad Abdi Rangkuti dalam keterangannya, Selasa (11/10) menyebutkan, Forum Peduli Masyarakat Puncak Sorik Marapi - Purba Lamo memberikan lima pernyataan sikap kepada perusahaan dan pemangku kepentingan.
Adapun kelima poin pernyataan tersebut adalah, meminta pihak perusahaan untuk segera menyelesaikan permasalahan kejadian T-011 dengan korban dan masyarakat yang terdampak langsung.
Kemudian, mendorong pihak perusahaan untuk segera menyelesaikan permasalahan yang terjadi antara masyarakat dengan perusahaan secara arif dan bijaksana.
Selanjutnya, meminta kepada pemangku kebijakan dan pihak pihak lain untuk mempertimbangkan efek dari penghentian kegiatan perusahaan.
Menolak pihak ketiga dalam penyelesaian masalah di wilayah kerja PT SMGP sepanjang masyarakat Puncak Sorik Marapi mempu menyelesaikannya.
Dan yang terakhir, mendukung perusahaan tetap berjalan sesuai dengan perencanaan perusahaan dengan tidak mengabaikan regulasi yang berlaku dan mengevaluasi kinerja yang dapat merugikan keselamatan, kesehatan dan lingkungan.
Abdi menegaskan, isu miring yang beredar di media sosial lewat pemberitaan serta di tengah-tengah masyarakat bahwasanya tidak ada keharmonisan masyarakat dengan pihak perusahaan, itu tidak benar atau dipastikan bohong.
Mereka (Forum-red) menilai sejak peristiwa 25 Januari hingga insiden terakhir bahwasanya perusahaan selalu menyelesaikan persoalan dengan masyarakat yang terdampak. Mereka tidak ingin penyelesaian dilakukan dengan campur tangan pihak ketiga selagi mereka bisa menyelesaikannya.
Kemudian, terkait suatu gerakan salah satu kelompok yang kontra dengan pihak perusahaan dan sering kali mengatakanamakan masyarakat Sibanggor, forum tersebut secara spontan membantah bahwa oknum ini tidak pernah melakukan koordinasi dengan masyarakat Puncak Sorik Marapi.
"Efek-efek dari kepentingan politik maupun kepentingan pribadi baik siapapun itu yang berani untuk menghentikan kegiatan perusahaan, kami menolak keras," tegasnya.
Meski demikian, masyarakat Puncak Sorik Marapi tidak pernah diam dan mereka terus mengkritisi, bahkan menurutnya lebih efektif gerakan yang mereka lakukan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan daripada yang dilakukan oleh pihak lain.
"Yang selalu keberatan soal perusahaan itu sebenarnya tidak tahu apa yang terjadi di perusahaan. Disini kami tegaskan yang melaporkan SMGP ke penegak hukum itu memang warga Sibanggor, tapi itu oknum satu atau dua orang, bukan mewakili seluruh masyarakat," imbuhnya.
Abdi menyebut apabila perusahaan berhenti melakukan kegiatan yang dimaksud, maka ratusan masyarakat Puncak Sorik Marapi akan kehilangan pekerjaan.
"Apabila ini terus terjadi, maka sekitar 400 orang karyawan yang tinggal di Puncak dan apabila dikalikan dengan tanggungan di rumah, dipastikan ribuan masyarakat akan terancam kesulitan dalam mencari nafkah. Ini yang harus dipikirkan, sudah menjadi permasalahan perut," ujarnya.