Jakarta (ANTARA) - Kepala Praus Capital Marolop Alfred Nainggolan menilai, penetapan harga saham perdana atau IPO PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk telah memperhitungkan target investor dan kondisi pasar modal saat ini.
Harga IPO GoTo telah di tetapkan di level Rp338 per saham. Harga tersebut mendekati batas atas IPO saham GoTo di rentang harga Rp316-Rp 346 per saham.
"Penetapan harga IPO GoTo tentunya sudah didasari oleh strategi dari underwriter dan mendapat persetujuan pemegang saham. Harga itu sudah memperhitungkan target investor GOTO dan kondisi pasar modal saat ini, khususnya sentimen terhadap saham teknologi. Kini tinggal investor yang mengambil keputusan, apakah harga itu layak dibeli atau tidak," ujar Marolop dalam keterangan di Jakarta, Senin.
GoTo telah mendapat persetujuan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk melaksanakan IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI). Nilai penawaran umum perdana saham dan penjatahan lebih yang ditawarkan kepada investor adalah sebesar Rp15,8 triliun (1,1 miliar dolar AS) dan menjadikan IPO GoTo sebagai IPO terbesar ketiga di Asia serta kelima di dunia sepanjang 2022.
Dalam IPO ini, GoTo telah menunjuk PT Indo Premier Sekuritas, PT Mandiri Sekuritas, dan PT Trimegah Sekuritas Tbk sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Ketiga perusahaan tersebut merupakan pemain utama dan sekuritas dengan transaksi harian terbesar di BEI.
Sebagai contoh, selama Februari 2022 total transaksi saham di Mandiri Sekuritas mencapai Rp27,02 triliun, Indo Premier sebanyak Rp27,37 triliun dan Trimegah Sekuritas senilai Rp8,39 triliun. Ketiga sekuritas tersebut memiliki basis investor yang besar, baik institusi maupun ritel.
"Peran underwriter sangat penting dalam proses IPO. Dengan nilai IPO yang cukup besar, basis investor yang dimiliki oleh para underwriter tentunya akan ikut menentukan kesuksesan proses IPO GoTo tersebut," kata Marolop.
Sebagai korporasi berbasis teknologi, GoTo memiliki model bisnis yang berbeda dari kebanyakan perusahaan yang ada di pasar modal. Pembandingnya di BEI juga belum ada.
Dengan Bukalapak yang terlebih dahulu IPO pada tahun lalu, bisnis GoTo jauh berbeda. Bukalapak hanya ditopang oleh bisnis ecommerce, seperti halnya jika Tokopedia berdiri sendiri.
Sementara GoTo merupakan gabungan dari tiga segmen bisnis yaitu layanan on demand melalui Gojek, Ecommerce dengan Tokopedia dan Financial Services lewat bendera GoTo Finansial. Layanan Perusahaan menghubungkan lebih dari 55 juta Annual Transacting Users (ATU) dengan 14 juta pedagang terdaftar, dan 2,5 juta mitra pengemudi yang terdaftar per 30 September 2021.
Laporan iPrice mencatat bahwa pada kuartal ketiga 2021, pengunjung Tokopedia merupakan yang tertinggi, rata-rata sebanyak 158,13 juta pengunjung website per bulan. Bandingkan dengan Bukalapak yang hanya sekitar 30,13 juta pengunjung per bulan.
"Membandingkan saham IPO GoTo dan Bukalapak tentu tidak tepat. Walaupun berada di sektor teknologi, secara fundamental dan model bisnis, GoTo menawarkan peluang pertumbuhan bisnis yang lebih besar. Seperti halnya di banyak perusahaan teknologi di dunia, investasi di saham seperti ini cocoknya untuk jangka panjang," ujar Marolop.
Dalam IPO di bursa domestik, GoTo menawarkan sebanyak 3,43 persen dari modal ditempatkan dan disetor setelah selesainya IPO (tidak termasuk saham tambahan dari opsi penjatahan lebih). Prosentase saham yang kecil ini juga menjadi cara GoTo agar sahamnya di bursa tidak menjadi obyek spekulasi.
Langkah lain yang dilakukan GoTo adalah menetapkan lock up period bagi pemegang saham lama dan pemilik hak suara multiple (SHSM). Periode waktunya antara delapan bulan sampai dengan dua tahun, tergantung klasifikasi saham yang dimiliki.
Dalam IPO, GoTo juga akan menjalankan skema greenshoe option dan hak suara multipel (HSM) atau multiple voting shares (MVS). Greenshoe merupakan mekanisme yang memberikan GoTo fleksibilitas untuk menunjuk broker sebagai agen stabilisasi saham selama periode 30 hari sejak saham tercatat di BEI. GoTo akan mengalokasikan dana stabilisasi saham sebesar 160 juta dolar AS atau sekitar Rp2,3 triliun.