Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani menyampaikan defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) November 2021 turun menjadi Rp611 triliun dari yang sebesar Rp885,1 triliun pada November 2020.
Defisit terjadi karena realisasi belanja negara yang sebesar Rp2.310,4 triliun melebihi pencapaian pendapatan negara Rp1.699,4 triliun.
"Jadi kita bisa lihat penurunan defisit dibanding tahun lalu itu mencapai 31 persen," tutur Menkeu Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KiTa edisi Desember 2021 secara daring di Jakarta, Selasa.(21/12).
Dengan demikian ia menyebutkan rasio defisit APBN terhadap Produk Domestik Burto (PDB) mencapai 3,63 persen atau turun dari yang sebesar 5,73 persen PDB pada tahun lalu.
Baca juga: Menkeu sebut Indonesia mampu pulih dari pandemi lebih cepat dibanding krisis 97-98
Baca juga: Menkeu sebut Indonesia mampu pulih dari pandemi lebih cepat dibanding krisis 97-98
"Terdapat penurunan lebih dari 2 persen PDB dalam waktu 12 bulan, ini adalah perbaikan kesehatan APBN yang akan kami jaga, sehingga APBN kita bisa diandalkan dalam situasi apapun," ujar Menkeu Sri Mulyani.
Dengan kondisi defisit tersebut ia menyampaikan realisasi pembiayaan anggaran telah mencapai Rp642,6 triliun atau 63,8 persen dari target APBN yang sebesar Rp1.006,4 triliun.
Realisasi tersebut turun 41,7 persen dari pembiayaan anggaran November 2020 yang mencapai Rp1.101,5 triliun.
Maka dari itu, sisa lebih pembiayaan anggaran (SILPA) pun menurun dari Rp216,4 triliun menjadi Rp31,6 triliun. Selain itu, tercatat keseimbangan primer minus Rp281,8 triliun.
"Jadi ini menggambarkan pemulihan ekonomi dan kerja keras APBN melindungi rakyat dari segi kesehatan untuk masyarakat terkena COVID-19, tenaga kesehatan, vaksinasi, maupun melindungi masyarakat di bidang sosial, hingga bantuan kepada perusahaan, UMKM, dan berbagai dukungan lainnya," ujar Menkeu Sri Mulyani.