Jakarta (ANTARA) - Anak memiliki peran penting mencegah penyakit pneumonia atau radang paru-paru yang berisiko dialami orang tua mereka di rumah, kata dokter spesialis paru dan pernapasan Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta, Amira Anwar.
"Sekitar 1,4 juta orang di seluruh dunia dilaporkan meninggal dunia akibat pneumonia setiap tahunnya. Pneumonia umumnya lebih rentan menyerang kelompok lanjut usia (lansia) 50 tahun ke atas," katanya pada agenda Diskusi Publik Indonesia Ramah Lansia dalam rangka peringatan Hari Keluarga Nasional 2021 yang diselenggarakan Pfizer Indonesia di Jakarta, Senin (28/6).
Berdasarkan laporan yang dilansir dari Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), kata Amira, lansia pengidap pneumonia juga lebih rentan mengalami komplikasi lebih lanjut seperti abses paru-paru dan keracunan darah (sepsis).
Baca juga: Minggu 27 Juni, pasien positif COVID-19 di Tapsel nambah 11 kasus
"Pneumonia sendiri merupakan salah satu dari sepuluh penyebab kematian teratas di Indonesia," katanya.
Upaya yang dapat dilakukan anak untuk mencegah penyakit tersebut di antaranya dengan menjaga pola hidup sehat bagi orang tua.
Kebersihan tempat tinggal dan pola makan yang berimbang merupakan faktor utama untuk menjaga daya tahan tubuh dan mencegah beragam penyakit termasuk pneumonia, kata Amira.
Namun seiring bertambahnya usia, katanya, orang tua dapat merasa terlalu lelah untuk membersihkan lingkungan tempat tinggal serta juga menyiapkan makanan yang bergizi seimbang.
"Anak dapat membantu membersihkan lingkungan tempat tinggal dan selalu memastikan asupan gizi seimbang untuk orang tua mereka. Ketika orang tua sudah tidak memiliki energi dan stamina untuk menjaga pola hidup yang sehat, anak dapat membantu merawat orang tua mereka untuk memenuhi kebutuhannya," katanya.
Pada acara yang sama, Konselor Keluarga Ida Rochmawati menyarankan agar anak mendampingi orang tua dalam perawatan kesehatan mereka.
Agar terhindar dari pneumonia, kata Ida, penting bagi orang memasuki usia lanjut untuk rutin memeriksakan kondisi kesehatan dan menerima vaksinasi PCV.
"Namun, seringkali orang tua tidak termotivasi untuk melakukan rutinitas ini. Anak dapat menjadi roda penggerak agar orang tua pada akhirnya dapat menemui petugas kesehatan dan mendapatkan perawatan yang diperlukan," katanya.
Menurut Ida, salah satu faktor keengganan orang tua untuk menerima vaksin atau melakukan perawatan kesehatan adalah kurangnya referensi dan informasi.
“Untuk meyakinkan orang tua, tentu harus kita lihat situasinya terlebih dahulu. Mula-mula kita gali pemahaman mereka. Bila pemahamannya benar, kita kuatkan. Bila salah, kita perbaiki. Kita juga harus bisa mengajak orang tua berdiskusi sekaligus memberikan edukasi dari sumber yang valid,” katanya.
Seorang anak juga bisa membantu orang tua untuk membuat janji dengan dokter ataupun rumah sakit, hingga menjemput dan mengantar mereka ke rumah sakit untuk kontrol rutin, kata Ida.
Ida mengatakan menjaga kesehatan diri sendiri juga penting bagi anak agar tidak membebani pikiran orang tua, terutama ketika sedang sibuk merawat orang tua.
“Penting bagi anak yang sedang merawat orang tuanya untuk tidak memaksakan diri dan tetap menjaga kesehatan, agar tidak membuat orang tua khawatir yang mana dapat mempengaruhi daya tahan dan kondisi kesehatan mereka,” kata Ida.
Pfizer Indonesia selaku kolaborator acara kembali menekankan dukungan mereka terhadap program edukasi guna meningkatkan pencegahan akan penyakit pneumonia serta meningkatkan akses publik terhadap pelayanan kesehatan preventif yang berkualitas.
“Hari Keluarga Nasional merupakan momen yang tepat untuk mengingatkan kita bahwa kesehatan anggota keluarga kita, terutama orang tua kita yang sudah berusia lanjut, adalah prioritas yang utama," kata Senior Medical Manager Pfizer Indonesia, Dini Arini.
Pfizer mendorong kesadaran publik akan bahaya penyakit pneumonia bagi para orang tua yang sudah berusia lanjut, serta mengenai pentingnya vaksinasi PCV terhadap orang tua sebagai upaya pencegahan.