Tapanuli Selatan (ANTARA) - Komunitas (warga masyarakat) Hatabosi ( Haunatas, Tanjung Dolok, Bonan Dolok, Siranap) Kecamatan Marancar, Kabupaten Tapanuli Selatan baru saja dianugerahi Penghargaan Kalpataru oleh Pemerintah RI melalui Kementerian LHK.
Sebagai apresiasi yang tinggi Pemerintah Kabupaten Tapanuli Selatan telah membangun sekaligus meresmikan Tugu Kalpataru Hatabosi terletak di Desa Tanjung Dolok, Kecamatan Marancar, Sabtu (22/1) kemarin.
Secara hakiki, respon positif Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M.Pasaribu membangun seraya meresmikan Tugu Hatabosi itu dinilai tidak-lah berlebihan apalagi mengada-ada. Tetapi, menjurus arah motivasi dan rasa memiliki.
Baca juga: MTQN ke-53: 621 kafilah bersaing pada 9 cabang perebutkan Piala bergilir Bupati Tapsel
Bupati selaku putera Marancar (Tanjung Rompa) ingin, kepedulian Komunitas Hatabosi menjaga lingkungan (hutan) dan sumber-sumber air untuk kehidupan masyarakat yang terpelihara sejak nenek moyang hingga saat ini terus bisa dipertahankan.
Ketua DPW Sarekat Hijau Indonesia (SHI) Hendrawan Hasibuan kepada ANTARA, Minggu (24/1) mengatakan, proses memeroleh Penghargaan Kalpataru itu sukar. Tetapi, lebih sukar lagi mempertahankan Kalpataru itu, bahkan dinilai sebagai ujian.
"Komunitas Hatabosi di uji kembali apakah mampu mempertanggungjawabkan penghargaan itu. Sebab, banyak dinamika yang akan muncul, kedepan," sebut Hendrawan juga Koordinator JAMM (Jaringan Advokasi Masyarakat Marjinal) ini.
Untuk menjawabnya, warga Hatabosi, kata Hendrawan, agar dapat lebih meningkatkan lagi aktivitas tradisi yang telah diberikan leluhur untuk mempertahankan kelestarian hutan dan sumber-sumber air yang menjadi sumber kehidupan komumitas selama ini.
"Selamat buat Komunitas Hatabosi sebagai penerima Penghargaan Kalpataru dari Presiden RI melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, tentu menjadi kebanggaan buat Pemkab Tapanuli Selatan utamanya," pungkasnya.
Tokoh Pemuda Dolly Putra Parlindungan Pasaribu mengungkap sejarah, jauh sebelum Indonesia merdeka para leluhur Hatabosi telah melakukan penjagaan kelestarian alam dan sumber-sumber air untuk kehidupan masyarakat di keempat desa itu (Haunatas, Tanjung Dolok, Bonan Dolok, Siranap) sampai sekarang.
"Nenek moyang kami sudah melakukan penjagaan kelestarian alam (hutan-hutan) dan sumber air untuk kehidupan masyarakat dari dulu sampai sekarang," ungkap Dolly putera kedua Panusunan Pasaribu (almarhum) asal Tanjung Dolok, Marancar.
Aktivitas menjago (penjaga) bondar (irigasi) yang menjadi tradisi Komunitas Hatabosi yang telah dipertahankan sejak ratusan silam sampai sekarang merupakan local wisdom atau kearifan lokal yang akhirnya mendapat penghargaan Kalpataru dari Presiden RI melalui Kementerian LHK.
Bahkan Bupati Tapanuli Selatan Syahrul M.Pasaribu berharap lebih jauh agar kearifan lokal (panjago bondar) yang telah diwariskan para leluhur secara regenerasi dapat menjadi role model untuk masyarakat Tapanuli Selatan secara umum.
Kalpataru merupakan ujian bagi Komunitas Hatabosi
Minggu, 24 Januari 2021 14:33 WIB 2506