Jakarta (ANTARA) - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson pada Senin waktu setempat untuk ketiga kalinya menerapkan lagi lockdown di seluruh Inggris Raya setelah varian baru COVID-19 yang lebih menular telah memicu lonjakan baru kasus infeksi dan jumlah pasien virus corona yang harus dirawat di rumah sakit.
"Sudah jelas kita mesti berbuat lebih guna mengendalikan varian baru ini," kata Johnson seperti dikutip CNN. "Itu artinya pemerintah kembali memerintahkan Anda agar tetap di rumah."
Konsekuensi dari keputusan ini adalah berbagai aktivitas harus dihentikan dan 56 juta rakyat Inggris kembali terkurung oleh lockdown yang diberlakukan sampai pertengahan Februari nanti.
Orang hanya dibolehkan keluar rumah untuk alasan yang benar-benar penting dan mendesak, termasuk mereka yang menjadi korban kekerasan rumah tangga.
Penerbangan internasional dibatasi, demikian dengan kegiatan olahraga luar ruangan. Namun tak seperti lockdown Maret tahun lalu, kali ini kompetisi-kompetisi olahraga seperti Liga Premier, dibolehkan jalan terus.
Baca juga: Olahraga elite terus dilanjutkan di tengah "lockdown" nasional Inggris
Varian baru COVID-19 ini telah membuat seluruh Inggris Raya kelimpungan yang menurut hasil studi kampus terkemuka Inggris, Imperial College London, telah menaikkan tingkat reproduksi atau penularan sampai 0,7. Padahal RO atau tingkat penularan terakhir yang tercatat di Inggris adalah antara 1,1 sampai 1,3.
Jadi, tingkat penularan COVID-19 di Inggris maksimum naik sampai 2, padahal pembatasan sosial atau lockdown baru bisa dilonggarkan atau bahkan dicabut jika RO sudah di bawah 1,0 seperti ketika Liga Premier musim lalu dilanjutkan lagi 17 Juni setelah sempat dihentikan oleh pandemi.
Tak ada bukti yang menunjukkan varian baru ini lebih mematikan, kecuali meningkatkan jumlah kasus yang pada akhirnya bakal kian menekan tenaga-tenaga medis Inggris yang berada di garis depan melawan pandemi.
Mungkin karena tingkat fatalitasnya yang tidak berbahaya itu membuat otoritas Inggris percaya diri menempuh langkah berbeda dari saat mereka menerapkan lockdown pertama yang mengharuskan kegiatan olah raga seperti Liga Premier harus berhenti.
Namun yang pasti pemerintah Inggris saat ini mengkategorikan Liga Inggris sebagai "olahraga elite yang dibolehkan terus bertanding dan berlatih" dan sekaligus aktivitas esensial atau sangat penting yang tak boleh diganggu.
Buah patuh pada protokol
Tetapi memang periode pandemi sekarang ini jauh lebih positif dibandingkan dengan bulan-bulan sebelumnya, terutama setelah vaksin sudah beredar di pasar.
Inggris sendiri menjadi negara pertama yang mengeluarkan otorisasi penggunaan vaksin dan kemudian diikuti Eropa, AS, dan bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Vaksin yang diotorisasi Inggris itu, dan juga WHO, adalah vaksin COVID-19 buatan Pfizer dan BionTech.
Tetapi yang mesti digarisbawahi dari langkah pemerintah Inggris tetap membolehkan Liga Premier jalan terus adalah bukti pengakuan otoritas terhadap disiplin liga ini menerapkan protokol kesehatan sehingga sekalipun kompetisi jalan terus dalam jadwal yang super-padat, penularan dan kasus virus tetap bisa ditekan seminimal mungkin.
Tes COVID-19 yang ketat dan disiplin untuk cuma beroperasi dalam gelembung sosial turut mendorong Liga Premier menegaskan bahwa mereka tak akan menghentikan kompetisi untuk kedua kalinya.
Pada periode restart liga musim lalu, Liga Inggris memang sangat ketat dan konsisten mematuhi protokol kesehatan, termasuk menjaga jarak dan mengenakan masker yang tidak bermain, serta mewajibkan tes COVID-19 setiap kali menjelang latihan dan pertandingan digelar.
Pendukung klub-klub Liga Inggris juga sama disiplinnya dengan tim kesayangan mereka dengan mematuhi protokol kesehatan yang salah satunya tak boleh mendekati area stadion.
Hanya saat Liverpool memastikan diri menjadi juara liga pertamanya dalam kurun 30 tahun saja yang membuat pendukung sepak bola berkerumun di sekitar stadion. Dan itu bisa dimaklumi karena selain tetap dijaga ketat aparat keamanan, itu adalah momen yang memang pantas dirayakan, khususnya oleh pendukung Liverpool.
Dan pada saat musim baru bergulir yang ini pun sesekali dinodai beberapa kasus positif virus corona, otoritas liga dan yang lebih mengagumkan lagi adalah langkah klub-klub Liga Inggris untuk berinisiatif segera mengkarantina yang terpapar COVID-19.
Inisiatif itu bahkan lebih transparan dan berani lagi ketika sejumlah tim langsung membatalkan pertandingan begitu pemain-pemain mereka kedapatan positif tertular COVID-19.
Ini karena, mengutip pernyataan Liga Inggris dalam laman Goal.com, "kesehatan pemain dan staf adalah yang utama, liga juga mendukung penuh cara bagaimana klub-klub mengimplementasikan protokol dan aturan."
Kabar membahagiakan
Fulham misalnya, sudah dua kali meminta laga mereka ditunda setelah staf dan pemain mereka tertular virus corona.
Pertama saat harus menghadapi Tottenham Hotspur pada Rabu 30 Desember dan kedua pada Minggu 3 Januari yang tadinya harus melawan Burnley.
Kekacauan dalam jadwal akibat COVID-19 ini juga menimpa Manchester City ketika tim ini meminta otoritas liga menunda laga mereka melawan Everton di Goodison Park pada Senin 28 Desember, hanya beberapa jam sebelum kickoff.
Sebelum itu, pada 4 Desember, adalah Aston Villa dan Newcastle yang meminta pertandingan mereka ditunda dengan alasan sama.
Mengutip laporan The Independent pada 30 Desember tahun lalu, langkah itu tidak saja ditempuh klub-klub Liga Premier karena juga liga-liga di bawahnya termasuk Liga Championship juga melakukannya.
Dua klub League One --Doncaster Rovers dan Rochdale-- malah masing-masing menunda dua dan tiga pertandingan karena kasus tes positif COVID-19. Juga Rotherham United dan Millwall. Demikian pula Sunderland, Peterborough United dan Ipswich Town yang ketiganya bercokol di divisi tiga League One.
Ini menunjukkan betapa disiplin dan patuhnya Liga Inggris kepada ketentuan kesehatan yang sudah mereka sepakati dan tidak saja penting bagi mereka, namun juga penting bagi keseluruhan Inggris.
Kedisiplinan Liga Inggris dan juga masyarakat Inggris dalam mematuhi dan menghormati protokol kesehatan itu berbuah manis sehingga kompetisi pun tak harus dihentikan.
Tentu saja kabar ini membahagiakan tak saja puluhan juta penggemar sepak bola Inggris yang kembali harus mengurung diri di rumah, namun juga miliaran pasang mata manusia di seluruh dunia yang menyukai Liga Inggris.
Dan penonton pun bisa terus menikmati pertandingan-pertandingan yang semakin seru dan semakin membangkitkan adrenalin, seperti semifinal Piala Liga antara duo Manchester pada 6 Januari atau beberapa big match seperti Liverpool vs MU di Anfield pada 17 Januari, Leicester vs Chelsea pada 19 Januari atau Tottenham vs Liverpool pada 29 Januari, dan seterusnya.
Manakala "lockdown" tak lagi hentikan Liga Inggris
Selasa, 5 Januari 2021 15:09 WIB 679