Jember, Jawa Timur (ANTARA) - Peneliti sekaligus guru besar Fakultas Pertanian Universitas Jember Prof. Tri Agus Siswoyo mengatakan melinjo atau tangkil (Gnetum gnemon) sebagai suplemen super yang juga punya potensi sebagai suplemen untuk mencegah COVID-19.
"Kandungan antikanker di melinjo berpotensi paling besar menyembuhkan kanker paru-paru, sehingga melinjo punya potensi sebagai suplemen untuk mencegah COVID-19 yang juga menyerang pernapasan manusia, tapi tentu harus melalui penelitian lebih lanjut," katanya di Kabupaten Jember, Jawa Timur, Selasa (20/10).
Baca juga: 4.410 pasien COVID-19 sembuh kasus positif bertambah 3.602
Saat melakukan riset melinjo dalam rangka post doctoral di Gyeongsang National University, Korea Selatan, pada tahun 2019, peneliti Unej itu menemukan kandungan antikanker pada melinjo berpotensi menjadi obat bagi lima macam penyakit kanker.
"Dari penelitian yang saya lakukan, melinjo memiliki kandungan protein dan nonprotein yang banyak mengandung zat antihipertensi, antioksidan, antiperadangan, antikanker yang berguna bagi tubuh manusia," tuturnya.
Ia mengatakan pihaknya sedang mengembangkan kandungan protein dari melinjo yang berguna bagi antihipertensi, caranya adalah dengan mengisolasi protein dari melinjo hingga menghasilkan peptida aktif yang dengan bantuan bakteri tertentu kemudian akan dimasukkan ke padi, sehingga padi tersebut akan mengandung antihipertensi.
"Padi adalah sumber makanan pokok masyarakat Indonesia, sehingga diharapkan dengan adanya padi yang mengandung antihipertensi maka penderita darah tinggi yang mengkonsumsinya akan sekaligus mengkonsumsi obat," katanya.
Tri menjelaskan padi yang memiliki kandungan antihipertensi dari melinjo dikenal sebagai nutraceutical, dengan kata lain makanan sebagai obat dan obat sebagai makanan, namun perlu diingat karena masih perlu penelitian lanjutan untuk dapat dinikmati oleh masyarakat.
"Itu tergolong sebagai produk rekayasa genetika yang harus melewati sekian banyak prosedur pengawasan agar benar-benar terjamin keamanannya," ucap guru besar biokomia tanaman pertanian itu.
Saat ini, lanjut dia, justru para peneliti dan pengusaha dari Jepang yang rajin meneliti dan mengembangkan produk berbasis melinjo karena segudang manfaatnya berpotensi sebagai suplemen kesehatan super, padahal melinjo tidak tumbuh di Jepang karena merupakan tanaman khas daerah tropis.
"Mereka ingin mengimpor melinjo dari Indonesia yang mutunya dinilai lebih bagus dari melinjo yang ada di daerah tropis lainnya seperti Afrika, sehingga pengembangan melinjo sebagai produk unggulan Indonesia sangat terbuka," ujarnya.
Namun, lanjut dia, perlu pembenahan dari hulu hingga hilir untuk menjadikan melinjo sebagai produk unggulan Indonesia karena belum ada data pasti mengenai luasan lahan melinjo dan berapa produksi per tahunnya.
"Unej bertekad terus meneliti dan mengembangkan melinjo melalui PUI PT BioTin, Program Studi Magister Bioteknologi, kelompok riset maupun penelitian lintas disiplin lainnya mengingat potensinya yang luar biasa," katanya.