Jakarta (ANTARA) - Empat dari enam liga domestik papan atas Eropa memutuskan melanjutkan kompetisi 2019/2020 setelah sempat tertangguhkan sejak Maret karena pandemi COVID-19.
Dua kompetisi sisanya, Liga Prancis dan Liga Belanda, memilih untuk menghentikan kompetisi. Bedanya, Liga Prancis memutuskan mendaulat Paris St Germain (PSG) untuk menjadi tim juara, sedangkan Liga Belanda tidak mengangkat Ajax Amsterdam sebagai juara meski mereka memuncaki klasemen.
Dari liga-liga yang meneruskan kompetisi, terlihat grafik yang beraneka ragam. Beberapa tim yang kemudian menjadi juara memperlihatkan performa meyakinkan, sedangkan ada pula tim juara yang penampilannya tidak stabil pada era pandemi.
Juara Liga Jerman Bayern Munich memperlihatkan penampilan stabil saat kompetisi dilanjutkan. Tim Bavaria itu memenangi sembilan pertandingan tersisa dalam perjalanannya mengamankan gelar.
Baca juga: Liverpool pertimbangkan bek Betis sebagai pengganti Lovren
Real Madrid juga tampil trengginas saat melanjutkan musim. Los Blancos memenangi sepuluh dari 11 pertandingan tersisa untuk memenangi gelar liga domestik.
Juara Liga Inggris dan Liga Italia, Liverpool dan Juventus, justru tidak masuk dalam sepuluh tim dengan penampilan terbaik di era pandemi. Meski demikian keduanya tetap mampu mengamankan gelar masing-masing.
Baca juga: Lampard keluhkan start Liga Premier yang terlalu cepat
Di Inggris, justru juara musim lalu Manchester City merupakan tim Liga Inggris dengan catatan penampilan terbaik. Sedangkan di Italia, catatan bagus tersebut menjadi milik Atalanta.
Leeds United memastikan mereka kembali ke strata tertinggi Inggris setelah 16 tahun absen dengan catatan terbaik di seantero Inggris. Mereka rata-rata mengemas 2,44 poin per pertandingan untuk memenangi gelar Championship.
Tabel catatan terbaik
*Tabel ini mengambil klasemen dua divisi teratas dari liga-liga di Inggris, Jerman, Italia, Spanyol, dan Portugal. Tabel ini tidak memperhitungkan pertandingan-pertandingan playoff dan piala domestik.
Di kutub sebaliknya, Norwich menjadi yang terburuk dengan sembilan kekalahan dari seluruh pertandingan tersisa untuk memastikan mereka terdegradasi dari Liga Inggris.
Norwich merupakan satu-satunya tim di dua divisi teratas dari enam negara papan atas Eropa yang gagal mendulang satu poin pun di era pandemi.
Tabel catatan terburuk
Pemilik catatan gol terbaik
City menjalani era pandemi sebagai tim dengan catatan gol terbaik. Pasukan Pep Guardiola rata-rata mencetak 3,40 gol per pertandingan setelah mengemas 34 gol dari sepuluh laga tersisa.
Di kutub lain, Norwich dan klub Liga Portugal Aves menjadi pemilik catatan gol terburuk dengan masing-masing hanya membukukan satu gol.
Seperti juga Norwich, Aves mengakhiri musim sebagai tim juru kunci.
The Citizens juga memiliki rekor pertahanan terbaik di era pandemi. Mereka hanya kemasukan empat gol dari sepuluh pertandingan, untuk membuat mereka dapat menatap musim depan dengan optimistis.
Klub Liga Italia SPAL menjadi tim dengan pertahanan paling rapuh dari enam negara papan atas Eropa sejak liga kembali diteruskan. Mereka kemasukan 30 gol dari 11 pertandingan dalam perjalannya untuk finis sebagai tim juru kunci di Italia.
Cosenza catat kebangkitan terbaik
Statistik City dapat dikatakan cukup impresif di era pandemi. Mereka mendulang poin terbanyak, serta mencetak gol terbanyak dan paling sedikit kemasukan gol.
Meski demikian catatan kebangkitan terbaik menjadi milik tim strata kedua Italia Cosenza.
Mereka hanya mengumpulkan 25 poin dari 28 pertandingan ketika liga ditangguhkan, membuat Cosenza hanya terpaut enam poin dari degradasi langsung dan delapan poin dari playoff degradasi.
Tetapi pada era pandemi, Cosenza mampu mengumpulkan 22 poin dari sepuluh pertandingan dan finis di posisi ke-15. Mereka kemudian pada akhir musim unggul satu poin dari spot degradasi langsung dan di atas zona playoff.
Berikut tim terbaik dan terburuk Eropa saat kompetisi di era pandemi
Selasa, 4 Agustus 2020 11:43 WIB 1327