Jakarta (ANTARA) - Anak sebaiknya dibiarkan bermain bersama teman-temannya untuk menumbuhkan kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan di masa depan. Namun, ruang gerak anak pun jadi terbatas di tengah pembatasan jarak saat ini.
Anak yang memiliki saudara di rumah bisa berinteraksi dengan lebih banyak orang meski tidak leluasa bermain di luar rumah bersama teman-temannya, tapi bagaimana dengan si anak tunggal?
"Penting untuk tumbuhkan keterampilan sosial lewat proses bermain, maka yang bisa dilakukan orangtua adalah ikut bermain, terutama yang membutuhkan interaksi, misalnya roleplay," jelas psikolog Anna Surti Ariani dalam acara virtual #MainYuk Dari Rumah bareng Paddle Pop, Rabu (22/7).
Baca juga: Basuh dengan air mengalir, langkah awal agar luka bakar tak berbekas
Ketika berinteraksi dengan anak, coba untuk munculkan skenario konflik yang bisa terjadi saat buah hati bermain bersama teman-temannya.
Perkenalkan anak dengan konflik seperti berebut mainan, bicara dengan kata-kata yang tak enak didengar atau bermain curang.
Lalu, ajak anak berdiskusi mengenai apa yang sebaiknya dilakukan ketika dia berada di situasi tersebut. Bicarakan dengan anak, apa yang bisa dia lakukan ketika menghadapi kondisi tak mengenakkan saat bermain dengan teman-temannya.
Baca juga: Pakar kesehatan tidak anjurkan luka bakar diolesi pasta gigi, ini alasannya
Baca juga: Tips ajarkan anak cegah kena "phishing"
Lewat cara ini, anak-anak punya gambaran mengenai cara menyelesaikan masalah ketika bermain bersama orang lain.
"Praktik selama roleplay bisa dibawa anak ketika dia memang bermain di dunia sesungguhnya," ujar Anna.
Dia mengingatkan orangtua untuk senantiasa mengajari anak menjaga diri selama pandemi virus corona belum berakhir. Pastikan anak memakai masker secara benar, menutupi hidung dan mulut, di luar rumah.
Beritahu anak untuk menjaga jarak dengan orang lain sehingga mereka bisa berusaha menjaga diri ketika diperbolehkan main dengan temannya di luar.