Jakarta (ANTARA) - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GTPP) COVID-19 mencatat 31 zona risiko tinggi wabah, dengan 177 kabupaten/kota lainnya tercatat dengan risiko sedang, 204 berisiko rendah, 48 tidak ada kasus baru dan 54 tidak terdampak oleh pandemi tersebut.
"Pemetaan zonasi resiko daerah ini berasal dari 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia," kata anggota Tim Pakar GTPP COVID-19 Wiku Adisasmito dalam konferensi pers di Graha BNPB Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan perkembangan zonasi COVID-19 terbaru yang diperoleh terakhir pada 12 Juli 2020 menunjukkan bahwa perkembangan untuk daerah kabupaten/kota dengan risiko tinggi berubah-ubah mulai dari 21 persen, turun menjadi 12 persen, 9 persen dan pada 12 Juli menjadi 6 persen.
Data itu menunjukkan bahwa perubahan zonasi tersebut sangat dinamis dan selama minimal 7 pekan terakhir justru terjadi peningkatan. Untuk itu, Gugus Tugas mengingatkan perlunya kewaspadaan untuk memastikan zonasi tersebut semakin lama bisa menjadi semakin baik.
Kemudian, ia mengatakan perubahan yang dinamis terlihat juga pada daerah-daerah yang dinyatakan sebagai zona hijau atau zona bebas COVID-19, yang awalnya tercatat ada 102, kemudian turun menjadi 92, 85, 74, lalu naik lagi menjadi 99, 104 dan terakhir tercatat sebanyak 102.
Baca juga: 4.253 pasien COVID-19 di Wisma Atlet sembuh
Baca juga: Hampir 1.000 pegawai pusat penahanan imigrasi AS positif virus corona
"Ini juga menunjukkan dinamika bahwa beberapa daerah di Indonesia jumlahnya cukup banyak yang mampu untuk mengubah risikonya dari risiko tinggi, sedang, rendah untuk menjadi tidak terdampak atau tidak ada kasus," katanya.
Berikutnya, Gugus Tugas juga melaporkan delapan provinsi yang menjadi perhatian pemerintah karena jumlah kasusnya tinggi dengan laju insiden yang juga tinggi, antara lain Jawa Timur dengan kontribusi kasus dari awal sampai dengan sekarang sebanyak 16.658, DKI Jakarta 14.517, Sulawesi Selatan 6.973, Jawa Tengah 5.473, Jawa Barat 5.077, Kalimantan Selatan 4.146, Sumatera Utara 2.323 dan Papua 2.267.
"Total dari 8 provinsi ini kontribusinya adalah sekitar 74 persen dari seluruh kasus yang ada di Indonesia. Untuk itu, perlu ditingkatkan 3 T, yaitu testing, tracing dan treatment," katanya.
Wiku berharap delapan kontributor kasus tersebut ke depan menjadi lebih baik dengan kondisi di Indonesia yang secara keseluruhan juga diharapkan akan menjadi lebih baik pula.
"Untuk seluruh pimpinan di daerah dan masyarakat secara keseluruhan, mari kita bekerja sama agar seluruh kondisi wilayah yang ada di Indonesia, usahakan untuk selalu membaik zonasinya karena itu terkait dengan protokol kesehatan yang dijalankan secara disiplin oleh individu maupun bersama-sama secara kolektif," demikian kata Wiku Adisasmito.