Tapteng (ANTARA) - Setiap peristiwa selalu ada hikmahnya. Mungkin petuah itulah yang dirasakan oleh Syaiful Rahmad (18), seorang pedagang bandrek susu di simpang lampu merah Pandan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.
Setelah merebaknya virus corona, penjualan bandrek olahan milik keluarga Syaiful justru mengalami peningkatan omset. Jika selama ini pria lajang itu hanya mampu menjual bandrek 1 sampai 1,5 dandang, sejak corona merebak penjualannya meningkat menjadi 2 sampai 2,5 dandang bandrek.
Setiap hari Syaiful dibantu bibinya menggelar dagangan sekitar pukul 17.00 WIB dan tutup pukul 02.00 WIB. Lokasinya yang berada di persimpangan lampu merah Pandan menambah letak strategis usahanya.
Baca juga: Penjualan sepi akibat corona, pedagang di Tapteng harapkan dana stimulus
Untuk satu gelas bandrek komplit pakai telur dan susu dibadrol Syaiful Rp11.000. Sedangkan bandrek tanpa telur atau hanya pakai susu seharga Rp9.000/gelasnya. Untuk bandrek polos tanpa susu dan telur hanya Rp6.000/gelas.
Harga tersebut menurut Syaiful sudah mengalami kenaikan Rp1.000/gelas, dikarenakan mahalnya bahan dasar bandrek, yaitu jahe merah.
“Sekarang jahe merah melonjak harganya dari Rp30.000 menjadi Rp80.000/kg. Itupun agak sulit didapatnya. Demikian juga harga gula merah mengalami kenaikan. Terpaksalah harga kita naikkan Rp1.000/gelas, supaya tertutupi biaya operasional. Walaupun ada kenaikan harga, peminat bandrek terus meningkat, mungkin karena khasiat jahe merah dan rempah-rempah yang bagus untuk kesehatan, bahkan katanya baik untuk melawan virus corona,” kata Syaiful ketika ditanyai ANTARA, Jumat (3/4/2020) dini hari.
Baca juga: BKAG Tapteng imbau gereja tunda acara pemberkatan dan pesta pernikahan
Usaha bandrek Syaiful yang diberi nama Bandrek Pertemuan adalah usaha turun temurun. Racikan khas dari ibunya Lina Yanti Hutabarat mampu dipertahankan hingga sekarang. Ciri khas itulah yang selalu diingat para pembeli Syaiful.
“Saya sudah 3 tahun meneruskan usaha bandrek ibu saya ini. Alhamdulillah sampai saat ini pelanggannya terus ada, karena racikan kami ini alami dan menggunakan rempah-rempah olahan, bukan saset. Dan sejak diberlakukannya larangan berkumpul akibat penularan virus corona, pelanggan lebih banyak yang membungkus untuk dinikmati di rumah. Kalau pun ada yang minum di sini, mereka tidak mau berlama-lama. Habis minum bandrek langsung pulang,” ujarnya.
Walaupun omset usahanya meningkat sejak adanya wabah virus corona, Syaiful tetap berharap agar virus corona segera berlalu. Karena baginya tidak sebatas keuntungan yang diharapkan melainkan kesehatan juga.
“Kalau masalah rezeki bang itu sudah diatur yang di atas, asalkan kita berusaha dan berserah selalu ada rezeki yang disediakan. Doa dan harapan saya segeralah virus corona ini musnah agar hidup kita bisa seperti dulu nyaman ke mana-mana dan tidak merasa takut,” pintanya.