Jakarta (ANTARA) - "Kamu beruntung dibandingkan banyak orang lainnya, karena kamu punya kesempatan kedua."
Namun, apa jadinya jika ternyata bisa memiliki banyak kesempatan dalam satu momen yang sama?
Adalah Ray Garrison (Vin Diesel) seorang tentara perang yang tewas terbunuh, dan hidup kembali sebagai superhero Bloodshot "ciptaan" RST Corporation.
Baca juga: "Onward" buka pekan box office dengan 40 juta dolar di 4.310 lokasi
Dengan pasukan teknologi nano dalam darahnya, dia menjadi tak terhentikan, setiap tetesan darah yang dia keluarkan kembali ke dalam tubuhnya. Bahkan, dia menjadi yang terkuat yang pernah ada di RST. Namun, sejalan dengan itu, RST memanipulasi akal dan ingatan Garrison.
Garrison kemudian mulai mengingat kehidupan masa lalunya, dan berniat mengambil kontrol, dengan bantuan dua orang baik yang ditemuinya.
"Saya diciptakan layaknya mesin pembunuh... yang patah hati," ujar Vin Diesel, menceritakan sedikit karakternya dalam video singkat yang diputar sebelum film dimulai, ditujukan untuk penonton Indonesia.
Baca juga: "Sebelum Iblis Menjemput Ayat 2", teror kutukan iblis yang belum usai
Drama superhero
Setelah kehadirannya dalam karakter yang kuat di sejumlah film "Fast and Furious," "xXx" dan "The Chronicles of Riddick," termasuk suara Groot di "Guardians of the Galaxy," Vin Diesel kembali dengan "Bloodshot," yang masih "berbau" aksi namun dengan balutan cerita drama superhero.
"Ini pertama kalinya saya berperan di film superhero drama," kata Vin Diesel dalam video promosi itu.
Namun, berbeda dari film superhero kebanyakan, "Bloodshot" yang diangkat dari komik itu mencoba mengangkat ide cerita bahwa seorang superhero tidak melulu soal menangkap penjahat, tapi juga berusaha untuk menjadi superhero untuk menolong dirinya sendiri.
Vin Diesel mengungkapkan ketertarikannya kepada karakter Garisson, mengatakan bahwa "yang menarik dari karakter itu adalah dia termotivasi oleh sesuatu yang kita semua pasti akan terasa termotivasi, yaitu cinta yang tak pernah dilupakan."
"Tragisnya, tentang karakter itu, bagaimana cinta itu sendiri dimanipulasi menjadi sebuah pengkhianatan," dia melanjutkan.
Hal senada juga diungkapkan sang produser "Bloodshot," Neal H. Moritz, yang sebelumnya telah bekerja sama dengan Vin Diesel dalam seri "Fast and Furious" dan "xXx," bahwa karakter superhero tersebut "lebih rumit dan lebih emosial.
Rapuh
Karakter superhero Garrison bahkan tidak menyadari apakah dia melakukan hal baik atau jahat, yang menjadi konflik internal sang tokoh utama tersebut -- yang kemudian menjadi keputusan utama yang harus dia ambil.
Sementara itu, karakter tersebut membawa perasaan campur-adik bagi penonton. Alur cerita yang menarik akan membuat munculnya perasaan empati sekaligus terkhianati.
Sang sutradara, David S. F. Wilson mengatakan bahwa karakter superhero Garrison berbeda dari semua karakter yang pernah diperankan Vin Diesel sebelumnya.
"Secara fisik mungkin sama dengan karakter Vin sebelumnya, tetapi dalam hal emosi, dia sangat rapuh."
Bagi Wilson, karakter -- yang merupakan superhero dengan pengembangan "tambahan" teknologi dan ilmu pengetahuan -- tersebut menjadi kesempatan untuk menengok perkembangan teknologi di kehidupan nyata.
Dia melihat saat ini manusia telah dipengaruhi, bahkan dikontrol oleh teknologi di sekitar. Atau dengan kata lain, lewat karakter tersebut "Bloodshot" membawa pesan lain dengan memberi gambaran bahwa "teknologi membawa ilusi yang mengkontrol kehidupan kita."
Rasa video game
"Bloodshot" disajikan dengan apik melalui sinematik dengan rasa video game yang artistik, juga efek visual yang ciamik. Ditambah dengan narasi skrip yang juga baik, film tersebut menghadirkan pengalaman menonton film science-fiction, action dan thriller menjadi satu.
"Bloodshot" tayang mulai hari ini, Rabu, 11 Maret 2020, di Cinema XXI dan IMAX.
"Bloodshot," perjalanan "superhero" patah hati mencari jati diri
Rabu, 11 Maret 2020 11:49 WIB 904