Jakarta (ANTARA) - Di seri pertama musim balapan MotoGP 2019 digelar di Qatar, Suzuki tak perlu menunggu lama untuk membuat kejutan ketika dua pebalapnya, Alex Rins dan Joan Mir, mengancam posisi para pebalap di rombongan depan.
Duo Suzuki yang start dari P10 dan P11 menyodok ke posisi tiga dan empat menempel ketat pemimpin balapan Andrea Dovizioso (Mission Winnow Ducati) dan Marc Marquez (Repsol Honda).
Kemudian Rins sempat menyalip Dovi dan memimpin balapan selama beberapa lap sebelum kehilangan posisinya.
Finis P4 untuk Rins dan P8 untuk Mir di seri pertama merupakan awal yang tak terlalu buruk bagi Suzuki.
Sebenarnya Rins sudah cukup panas di tahun keduanya bersama Suzuki waktu mengemas lima finis podium, tiga diantaranya sebagai runner-up, yang menempatkan pebalap asal Spanyol itu di peringkat lima pebalap di bawah nama-nama besar seperti Marc Marquez, Andrea Dovizioso, Valentino Rossi dan Maverick Vinales pada tahun lalu.
Baru di seri ketiga musim ini, di Austin, Rins meraih trofi juara pertamanya di kelar premier yang juga merupakan kemenangan bagi Suzuki sejak terakhir kali dipersembahkan oleh Maverick Vinales di balapan GP Inggris 2016.
"MotoGP tahun ini menyajikan kejutan yang besar. Yang paling utama tentunya, Suzuki," ungkap mantan pebalap Suzuki John Hopkins, seperti dikutip laman resmi MotoGP.
Pebalap asal Amerika Serikat itu membalap bersama Suzuki di kelas premier pada 2003-2007. Hopkins menjalani musim paling produktif dengan Suzuki pada 2007 di mana rekan satu timnya kala itu, Chris Vermeulen mempersembahkan kemenangan pertama bagi tim bermarkas di Hamamatsu itu di kelas MotoGP di Sirkuit Le Mans, Prancis.
Rins meraih trofi juara pertamanya setelah bertarung ketat dengan Valentino Rossi di lap-lap terakhir di Sirkuit Americas, di mana Marquez, yang mengincar gelar juara di sana untuk ketujuh kali berturut-turut terjatuh dari motor dan gagal melanjutkan balapan.
"Diperhitungkan dengan sempurna, menurutku dia menyalip di waktu yang tepat dan jujur aku tidak mengira demikian hingga paruh terakhir lomba karena dia tampak sedikit kewalahan dengan tenaga kuda dan akselerasi Yamaha," kata Hopkins soal gaya membalap Rins.
"Dia tampak merosot sedikit namun menyalip di tempat yang sempurna di seksi yang ketat di mana Rossi pastinya tidak bisa langsung menyalipnya setelah itu."
"Di atas motor yang pernah aku kendarai dan kurang bertenaga di masa lalu, itu merupakan tempat dimana kalian ingin mencoba dan menyalip... itu adalah tempat di mana mereka tidak akan bisa menyerangmu langsung dengan tenaga kuda dan akselerasi dan dia (Rins) bisa mempertahankan kepemimpinannya," kata Hopkins.
Secara keseluruhan bagi Suzuki, gelar juara di Austin merupakan kemenangan yang ke-92 bagi mereka di kelas premier. Namun menjadi kemenangan pertama mereka di sirkuit yang berada di Amerika Serikat baik di kelas MotoGP maupun 500cc.
Bahkan legenda MotoGP Kevin Schwantz belum pernah mempersembahkan kemenangan di tanah kelahirannya bagi Suzuki. Di usianya yang baru 23 tahun, Rins masih memiliki peluang banyak untuk mengejar 24 kemenangan lagi bagi Suzuki jika ingin menyamai rekor Schwantz.
Hopkins mengungkapkan jika Suzuki selalu membuat motor yang kompetitif yang mana kekuatan utamanya adalah di handling (pengendalian).
"Aku kira itu adalah salah satu motor dengan handling terbaik di paddock. Pendapat itu dari setiap pebalap yang mencobanya. Bukan hanya pebalap baru, muda atau pun rookie, tapi semuanya kelihatannya bisa beradaptasi dengan baik dengannya," kata Hopkins.
Bahkan ketika kembali ke musim 2010/2011, saat Alvaro Bautista mengendarai Suzuki, dia tampil cukup kompetitif.
"Aku kira Rins adalah orang yang pas untuk pekerjaan ini. Aku rasa dia memiliki paket dan talenta untuk melakukannya, hanya soal 'kapan'. Dia harus memiliki kesempatan dan waktu untuk melakukannya, dan jelas 'kapan' itu adalah sekarang," kata Hopkins.
"Aku tak berharap itu terjadi dengan tiba-tiba, aku tahu dia akan tiba di sana suatu waktu namun tidak secepat itu."
Terpaut lima poin dari Andrea Doviziosi di puncak klasemen, Rins memiliki bekal untuk menatap seri balapan selanjutnya yang akan digelar di Sirkuit Jerez, Spanyol, di mana dia gagal finis pada tahun lalu. Justru Andrea Iannone lah yang merebut podium ketiga bagi Suzuki waktu itu.
Sejak GP San Marino tahun lalu, Suzuki selalu finis nyaris dan juga naik podium, dan jelang awal musim ini, dengan pemilihan suku cadang baru yang tepat mereka melanjutkan kompetisi mereka di papan atas.
Manajer tim Suzuki Ecstar Davide Brivio mengungkapkan kemenangan di Austin seperti sebuah evolusi alamiah bagi Suzuki.
"Tentu saya senang itu terwujud dan itu adalah penghargaan yang bagus bagi semua mekanik kami di Jepang karena kami memperbaiki motor ini ketika musim dingin. Kami tidak membuat suatu revolusi namun hanya banyak perbaikan kecil di sana sini," kata Brivio.
Pebalap uji Sylvain Guintoli dan kepala kru mereka Tom O'Kane berkontribusi besar terhadap langkah awal dan pemilihan suku cadang mereka.
Brivio mengungkapkan jika tim mereka memberi perhatian khusus terhadap pemilihan suku cadang yang bisa menguntungkan mereka dan meningkatkan performa motor.
Ketika datang sasis, mesin, lengan ayun, atau suspensi baru mereka melakukan analisa mendalam seperti sedang menyusun gambar.
Hasil akhir dari usaha pengembangan mereka adalah motor yang memiliki kecepatan tinggi di tikungan dan ramah terhadap penggunaan ban walaupun masih kalah jauh soal kecepatan puncak di banding motor-motor lainnya.
"Seperti yang Alex bilang, kami memiliki motor yang mungkin tidak sempurna, kami kewalahan di lintasan lurus di Qatar, tapi secara umum memiliki keseimbangan bagus, pergantian arah yang bagus, jadi kami bisa mengimbangi," kata Brivio.
Salah satu tantangan yang dimiliki Suzuki tahun ini adalah soal mesin, yang mana mereka dilarang melakukan pengembangan mesin di tengah musim karena kehilangan hak konsensi mereka, seperti juga pabrikan lain seperti Honda, Ducati dan Yamaha.
"Valentino mengatakan jika kami bagus di pengereman, mungkin kami bisa melakukan perbaikan di pengereman lebih lanjut. Dan kami bisa meningkatkan akselerasi mungkin dengan setting elektronik yang lebih baik, hal-hal semacam itu," kata Brivio.
Usai Amerika Serikat, pawai MotoGP akan tiba di Benua Eropa dengan Sirkuit Jerez, Spanyol, sebagai balapan berikutnya.
Dengan keempat pebalap teratas di klasemen dipisahkan jarak sembilan poin, perebutan gelar juara dunia tahun ini masih terbuka lebar.
Andrea Dovizioso, yang merebut pimpinan klasemen usai GP Amerika Serikat, mengatakan jika tahun ini terdapat lebih banyak pebalap yang kompetitif dibandingkan tahun lalu.
"Selain Marc, Rins dan Valentino sangat kuat dan mereka bisa benar-benar bertarung untuk gelar juara," kata Dovi.
Menanti kejutan lain Suzuki di arena MotoGP
Sabtu, 20 April 2019 11:41 WIB 948