New York (Antaranews Sumut) - Kurs dolar AS "rebound" pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), memulihkan sebagian kekuatannya setelah kemerosotan sebelumnya, karena pound sterling Inggris dan euro melemah tertekan ketidakpastian Brexit dan data ekonomi yang suram.
Nilai komparatif euro dengan greenback memperpanjang kerugian lebih dari 0,31 persen pada perdagangan Selasa (8/1), setelah anggota parlemen Inggris mulai mendebat proposal Brexit yang diusulkan Perdana Menteri Theresa May.
May masih harus berusaha keras untuk menang atas lawan-lawan tangguhnya di parleman, karena parlemen Inggris dijadwalkan akan memberikan suara tentang rencana Brexit pada 15 Januari.
Sementara itu, euro telah dibebani oleh data output industri yang lamban dari Jerman, ekonomi terbesar Eropa, sehingga meningkatkan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi zona euro.
Output industri turun 1,9 persen pada November tahun lalu, Kantor Statistik Federal Jerman mengatakan pada Selasa (8/1), berlawanan dengan ekspektasi pasar sebelumnya untuk kenaikan 0,3 persen dan menandai penurunan bulanan ketiga berturut-turut.
Indeks dolar AS, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama rivalnya, naik 0,25 persen menjadi 95,9044 pada akhir perdagangan.
Pada akhir perdagangan New York, euro turun menjadi 1,1442 dolar AS dari 1,1478 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris turun menjadi 1,2719 dolar AS dari 1,2769 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7139 dolar AS dari 0,7142 dolar AS.
Dolar AS dibeli 108,63 yen Jepang, lebih tinggi dari 108,60 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS naik menjadi 0,9812 franc Swiss dari 0,9794 franc Swiss, dan melemah menjadi 1,3282 dolar Kanada dari 1,3296 dolar Kanada.
Dolar AS "rebound" karena pound sterling Inggris dan euro melemah
Rabu, 9 Januari 2019 10:14 WIB 1867