INALUM TERUS BERUPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PRODUKSI ALUMUNIUM
Medan (Antaranews Sumut) - PT Inalum (Persero) selalu berusaha meningkatkan mutu dan kualitas dan kuantitas produksi aluminium setiap tahunnya. Untuk itu Inalum selalu melakukan terobosan yang dilakukan untuk selalu memberi kepuasan kepada para pelanggan PT Inalum dalam mendukung kegiatan bisnisnya.
Hal itu disampaikan Plt Direktur Pelaksana PT Inalum (Persero), Oggy Achmad Kosasih mewakili Direktur Utama PT Inalum (Persero), Budi Gunadi Sadikin saat Inalum menggelar Temu Ramah bersama Pelanggan Aluminium di Hotel Adimulia, Jumat (9/11) malam.
Acara Temu Ramah Pelanggan Inalum ini merupakan bentuk apresiasi Inalum kepada para pelanggan setianya yang digelar setiap tahun. Acara dihadiri perusahaan-perusahaan pelanggan PT Inalum.
"Berangkat dari pasar yang masih terbuka, sedangkan kita masih punya potensi. Dengan melakukan update teknologi. Inalum kan masih menggunakan teknologi 80an sekarang 2000an dengan sumber energi yang ada selama ini bagaimana menghasilkan produk aluminiumnya dengan lebih banyak. Dari kapasitas 250 ribu menjadi 300an ribu ton per tahun," ujar Oggy.
"Disamping itu ada Billet dan alloy. Billet 30 ribu dan alloynya 90 ribu. Kenapa lebih banyak Alloy karena pandangan strategis kami ke depan. Apalagi ke depannya kebutuhan Aluminium akan digerakkan oleh sektor otomotif yang mengarah ke mobil rangka ringan/mobil listrik, yang digunakan untuk rangka, velg dan breaker, transmission, engine block, cylinder head.
Pengembangan mobil listrik ini sangat gencar dilakukan di China, Eropa dan Amerika. Kendaraan lebih banyak aluminium karena lebih ringan bahan bakarnya pasti lebih irit. Ban jadi lebih panjang masa gunanya," tambah pria yang juga Direktur Pengembangan Bisnis.
Diakui Oggy, peningkatkan bahan baku utama yang masih diimpor dari negara lain turut mempengaruhi harga produksi. Apalagi terjadi lonjakan harga yang signifikan yang turut dipengaruhi faktor eksternal.
"Tahun 2018 sungguh merupakan tahun yang sangat menantang bagi Inalum, pertama kondisi pasar yaitu meningkatnya harga bahan baku utama CPC, CTP, Aluminium Floride dan yang tertinggi Alumina. Alumina bergerak dari harga rata2 $288 perton menjadi $614 perton, bahkan pernah mencapai $800 perton. Naik 2,13 x, atau 213%.
Padahal untuk memproduksi 1 ton Aluminium dibutuhkan 2 ton Alumina, bila Inalum produksi 100.000 ton Aluminium maka Alumina sebesar 200.000 ton. Inalum harus menambah biaya sekitar $ 30 juta atau meningkatkan sekitar 6-7% HPP. Kalau dilihat harga LME cenderung flat diangka $2000/ton, Alumina mencapai 30% LME sesuatu yang belum pernah terjadi selama 10 tahun belakangan ini," ungkapnya.
Sebenarnya Inalum punya potensi untuk mengolah alumina sendiri dari bauksit. "Kita punya bauksit yang bisa diolah dari alumina dan itu jadi bahan baku kita. Itu yang akan kita lakukan tahun 2019 samai 2020 nanti. Sehingga nanti kita punya bahan baku sendiri.Juga karbon karena itu sampai 1000 ton.
Untuk mengamankan pasokan alumina, Inalum bekerjasama dengan antam dan mitra strategis akan mendirikan SGA refinery dan dengan Pertamina membangun pabrik CPC, ini diperlukan agar produk Inalum tetap dapat bersaing," tambahnya.
Pada kesempatan itu Oggy juga menyampaikan kasus pajak air permukaan Inalum yang masih bermasalah dengan Pemprovsu karena ada perbedaan perhitungan harga.
"Inalum menghitungnya berdasarkan harga air pembangkit listrik Rp.75/kwh sebagaimana diatur sedangkan Pemda menghitungnya berdasarkan harga air industri Rp.1444/m3. Dengan kewajiban ini maka Inalum harus membayar ke Pemda sekitar Rp.480 miliar kepada Pemda. Atas pengenaan ini Inalum banding ke Pengadilan Pajak.
Yang kami juga tidak tahu Pengadilan Pajak malah memenangkan Pemda, sudah ada 2 putusan, yang pertama adalah TDD dan yang kedua Ditolak. Tetntunya dengan ketidakadilan ini Inalum akan menempuh upaya hokum lanjutan ke MA," ungkapnya.
Turut hadir Direktur Produksi, SS Sijabat, Direktur Umum dan HC, Carry Mumbunan, SEVP Pengembangan Usaha yang membawahi Sales & Marketing, Bapak Dante Sinaga, SEVP Keuangan, Bapak Anton Herdianto serta para General Manager/Manager dan staff PT Inalum.
Oggy mengatakan membutuhkan masukan dan saran dari para pelanggan bilamana ada yang outspek untuk segera menginformasikan untuk segera dianalisis dan pihaknya siap mengganti yang outspek tersebut.
"Inalum juga akan selalu mendukung kebutuhan pelanggan dan mendorong juga supaya dapat melakukan ekspor. Apalagi saat ini Indonesia melalukan 30 ribu ton ekspor dan mungkin ada yang disupport dari pelanggan yang ada di sini.
Besar harapan kami, para pelanggan tetap seiring sejalan dalam mengembangkan usah bersama menumbuhkan industri berbasis aluminium yang mandiri," harapnya.
Sementara itu mewakili pelanggan, Edi Lukman dari PT Alfo Citra Abadi mengatakan sempat ragu sejak Inalum beralih status dari PMA menjadi BUMN untuk memproduksi aluminium berkualitas. Namun ternyata keraguan itu tak terbukti dan menjadi kepercayaan yang tinggi karena produk-produk Inalum membuat mereka bisa melakukan ekspor ke berbagai negara luar negeri.
"Harapannya pemerintah selalu mendukung memberi kontribusi kepada kualitas. Kualitas Inalum selama ini adalah kualitas terbaik, produksinya baik mendukung kepercayaan pelanggan kepada kami. Seperti kami yang mengambil bahan dari inalum dengan kualitas yang baik bisa jual ke luar negeri," ujarnya.
"Ke depan Inalum diharapkan produksinya diharap dari negara sendiri.Kita kan punya bauksit. Selama ini kita masih impor. Sehingga harganya jadi lebih naik. Kalau sudah diproduksi sendiri itu bisa memberi nilai tambah. Sejauh ini pasokan dari Inalum cukup dengan kuantitas ekspor kita.
Memang sangat berencana menambah ekspor. Kita memohon kepada inalum memberikan cairan alumnium yang panas sehingga kita bisa mengurangi biaya produksi," tambahnya.
PT.Inalum terus berupaya meningkatkan mutu produksi
Sabtu, 10 November 2018 15:39 WIB 2617