Humbahas (Antaranews Sumut) - Sejumlah 6 orang mahasiswa asal Amerika Serikat yang merupakan bagian dari program 'bridge Year Program' antara Princeton University Amerika dengan Indonesia yang menggandeng kemitraan dengan 'NGO Where There Be Dragon' akhirnya menyadari bahwa citra negatif proses pengolahan kopi luwak di Indonesia sebagai tindakan eksploitasi hewan luwak tidaklah benar.
Citra negatif yang selama ini sudah merasuki pemahaman umum yang melekat di tengah masyarakat di negaranya secara spontan terhapuskan setelah para mahasiswa melihat proses pengolahan kopi luwak Sumatera Lintong Coffee yang dihasilkan dari keberadaan luwak liar.
"Awalnya, saat mereka hadir di Lintongnihuta, mereka tidak mau minum kopi luwak Indonesia yang menurut mereka memiliki citra negatif di negaranya karena dianggap melakukan eksploitasi terhadap binatang luwak," ungkap Reynold Hasibuan, manajer pemasaran SLC kepada Antara, Kamis.
Namun, setelah proses nyata pengolahan kopi luwak SLC dari keberadaan luwak liar di lokasi KSU POM Humbang Organik dipahami dan disaksikan langsung oleh mereka, rasa penasaran untuk menikmati kopi luwak 'Lintong' itupun menghantarkan para mahasiswa untuk menyeruput kenikmatan kopi seduhan.
"Kita berikan pemahaman bahwa mungkin saja ada yang prakteknya demikian. Namun, pengolahan kopi luwak SLC tanpa eksploitasi luwak, dapat kita pastikan," papar Reynold.
Menyaksikan secara langsung proses pengolahan kopi luwak di sana memunculkan kesadaran para mahasiswa yang selama 8 bulan terakhir tinggal di Yogyakarta, bahwa kopi tersebut benar-benar diperoleh dari luwak liar
"Salah seorang diantara mereka, yakni Christine dari NGO Where There Be Dragon' mengaku tertarik untuk mendalami prosesnya," terangnya.
Harapan Reynold, apa yang disaksikan para mahasiswa akan berbicara banyak dan menjadi cerita yang benar di negaranya agar citra kopi luwak dari Indonesia tidak negatif lagi, sehingga nilai jualnya akan semakin baik.