“Saat ini kita masih dalam tahap mungkin besok kita akan melakukan shooting,†kata Askolani Nasution yang merupakan sutradara dari film tersebut kepada Jumat.
Film yang berjudul “ Dari Mandailing Ke Boven Digul†yang disutradarai budayawan Mandailing, Askolani Nasution ini nantinya akan menceritakan kisah para pahlawan asal Mandailing yang tertulis pada tugu perintis tersebut.
Pada film yang berlatar era tahun 1927 ini nantinya akan mengisahkan peristiwa mulai dari ditangkapnya beberapa tokoh pergerakan asal Mandailing di Subulussalam, Kotanopan tanpa pemeriksaan oleh agen polisi kolonial (PID) hingga dibuang ke kamp tahanan politik tanah merah, Digul, Papua.
Pembuangan ini bersamaan dengan pembuangan ribuan tokoh pergerakan lainnya dari berbagai daerah di Hindia Belanda.
Ia mengatakan, selama perjalanan hingga sampai ke pembuangan ke Tanah Merah, Digul, Papua, para tokoh-tokoh perintis kemerdekaan ini mengalami penderitaan dan berbagai tekanan dan perlakuan kasar, keganasan alam, kerja paksa, gangguan binatang buas, malaria hingga gangguan suku primitive.
“Ini kisah nyata, Kepahlawanan mereka ini sangat berperan dalam menggagas kemerdekaan Republik Indonsia,†katanya.
Disebutkannya, nama-nama para pahlawan ini hingga sekarang masih terpampang di tugu Perintis Kotanopan dan sudah ditetapkan oleh Presiden sebagai pahlawan Perintis Kemerdakaan.
“Pembuatan film ini merupakan arahan bupati Mandailing Natal, Drs.H Dahlan Hasan Nasution, memang ini awalnya disarankan dalam bentuk drama saja, namun mengingat kurang bagus karena banyak keterbatasan akhirnya dibuat dalam bentuk film,†sebut Askolani.
Sementara itu, pelatih peran, Ali Fikri Pulungan menyebutkan, dalam film ini nantinya akan melibatkan pemain sebanyak 23 orang dengan lokasi shooting dibeberapa tempat yang meliputi di wilayah Kotanopan, Tapian Siri-siri dan Tor Panatapan dan sebagainya.
“Pemainnya terdiri ketua Tp.Pkk Madina, Ny.Ika Desika Dahlan Hasan Nasution, para siswa Sma 1 Panyabungan, siswa pesantren Subulussalam, anggota Satpol, dan personil dari Sanggar Jeges Art,†kata Fikri.
Ia mengatakan, selama perjalanan hingga sampai ke pembuangan ke Tanah Merah, Digul, Papua, para tokoh-tokoh perintis kemerdekaan ini mengalami penderitaan dan berbagai tekanan dan perlakuan kasar, keganasan alam, kerja paksa, gangguan binatang buas, malaria hingga gangguan suku primitive.
“Ini kisah nyata, Kepahlawanan mereka ini sangat berperan dalam menggagas kemerdekaan Republik Indonsia,†katanya.
Disebutkannya, nama-nama para pahlawan ini hingga sekarang masih terpampang di tugu Perintis Kotanopan dan sudah ditetapkan oleh Presiden sebagai pahlawan Perintis Kemerdakaan.
“Pembuatan film ini merupakan arahan bupati Mandailing Natal, Drs.H Dahlan Hasan Nasution, memang ini awalnya disarankan dalam bentuk drama saja, namun mengingat kurang bagus karena banyak keterbatasan akhirnya dibuat dalam bentuk film,†sebut Askolani.
Sementara itu, pelatih peran, Ali Fikri Pulungan menyebutkan, dalam film ini nantinya akan melibatkan pemain sebanyak 23 orang dengan lokasi shooting dibeberapa tempat yang meliputi di wilayah Kotanopan, Tapian Siri-siri dan Tor Panatapan dan sebagainya.
“Pemainnya terdiri ketua Tp.Pkk Madina, Ny.Ika Desika Dahlan Hasan Nasution, para siswa Sma 1 Panyabungan, siswa pesantren Subulussalam, anggota Satpol, dan personil dari Sanggar Jeges Art,†kata Fikri.