Mereka berencana akan melakukan boikot, melarang rekanan melanjutkan pekerjaan tersebut. Bukan tanpa sebab mereka berbuat demikian.
Mereka mengaku sudah kehilangan kesabaran melihat hasil kerja rekanan yang menurut mereka akan menjadi petaka buat warga sekitar.
Salah satu yang paling mereka soroti adalah pengerjaan Tembok Penahan Tanah (TPT). Dari beberapa titik yang mereka survei, diduga tidak satupun yang mempunyai pondasi.
Batu kali yang disusun dengan kekuatan campuran semen sebagai perekatnya, hanya ditaruh diatas tanah, tanpa galian.
"Sudah kami lihat, gak ada pondasinya. Batu itunya yang disusun diatas tanah. Manalah tahan itu," kata Gontar Simanungkalit, (62) salah seorang warga Sitahuis, Kamis.
Kemudian, campuran semen dan pasir diduga tidak sesuai. Sehingga menimbulkan keraguan bagi warga sekitar, kalau bangunan tersebut tidak akan bertahan lama.
Yang paling mereka khawatirkan pada bangunan TPT tersebut, karena lokasinya berada di pemukiman penduduk. Warga takut bangunan itu suatu saat akan jadi petaka.
Warga Sitahuis berharap, pembangunan TPT tersebut dievaluasi. Bangunan yang tidak layak, segera dibongkar dan dibangun baru.
"Kita bukan tidak terima dengan pembangunan. Tapi, kalau kualitasnya begini, lebih baik tidak ada pembangunan sama sekali. Dari pada menimbulkan masalah baru buat kami. Permintaan kami, bongkar, bangun baru lagi, yang berkualitas,"pungkasnya seraya mengancam akan memboikot pengerjaan proyek Pemerintah tersebut.