Tarutung, 17/1 (Antara) - Pengrajin tenun ulos di Simaungmaung, Kelurahan Hutatoruan IX Tarutung, Tapanuli Utara mengeluhkan kenaikan harga bahan baku pembuatan ulos yang mencapai kisaran 20 persen.
“Kenaikan harga benang juga harga payet asesoris yang dikenal dengan istilah ‘simata’ hingga mencapai 20 persen sangat memberatkan. Ini sudah terjadi sejak awal Desember 2015,†ungkap pengrajin tenun ulos, Boru Lumbantobing, Minggu.
Pengrajin tenun ulos jenis ‘sadum mini’ itu memaparkan bahwa sebelumnya harga satu kating atau sekitar sepuluh gulungan benang biasanya dapat dibeli seharga Rp.25.000. Namun, sejak mengalami kenaikan, satu kating benang tersebut paling murah dibandrol Rp.30.000.
“Tidak hanya harga benang saja, harga ‘simata’ juga merangkak naik. Kenaikan harga atas bahan baku pembuatan ulos ini, tentu saja menjadi hal yang memberatkan. Meski demikian, karena menenun ulos sudah merupakan pekerjaan sehari-hari, hal ini tetap dilakoni saja,†sebutnya.
Boru Manalu, pengrajin ulos lainnya juga mengungkapkan hal senada. Dirinya bahkan menilai jika kenaikan harga bahan baku pembuatan ulos tanpa dibarengi kenaikan harga jual atas ulos jadi, tentu saja akan bakal berdampak pada eksistensi penenun ulos.
“Jika begini terus, bisa jadi banyak dari pengrajin ulos akan beralih profesi. Saya sendiri sangat merasa terganggu dengan kenaikan harga bahan baku itu. Bagaimana tidak, biaya pembuatan yang kian membengkak bukannya mendapatkan keseimbangan dengan adanya kenaikan harga jual,†terangnya.
Kedua pengrajin tenun ulos yang tergabung dalam kelompok tenun ‘Saurdot’ itu meminta agar hal tersebut secepatnya mendapatkan perhatian pihak pihak terkait. Sehingga, sebuah kebijakan atas kenaikan harga bahan baku dapat dibarengi dengan kebijakan harga jual ulos per lembar.