Langkat, Sumut, 19/7 (Antara) - Setelah lama menghilang akibat penyakit Citrus Vein Phloem Degeneration (CVPD), yaitu penyakit virus yang menyerang pada daun, kini petani di Kecamatan Besitang Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, kembali budidayakan tanaman jeruk.
Jeruk hasil budidaya tersebut pernah terkenal ke berbagai daerah di Indonesia.
"Ada dua kelompok tani yang mengembangkan tanaman jeruk ini," kata salah seorang Ketua kelompok tani NB Sinuan Desa Bukit Mas Kecamatan Besitang, Sueb, di Besitang, Sabtu.
Sueb menjelaskan bahwa tanaman jeruk yang kini dikembangkan petani itu diberinama "jeruk Jorok" di lahan seluas 130 hektare sekarang ini baik oleh perorangan maupun oleh kelompok tani.
Kenapa dikatakan jeruk "jorok" karena jeruk ini kulitnya hijau kekuning-kuningan, dan ada bercak-bercak hitam pada kulitnya, namun rasanya sangat manis.
Jeruk Besitang ini dulunya sudah sangat terkenal sekitar tahun 1988, dimana bibitnya pertama kali dibawa oleh petani dari Bangkinang Provinsi Riau.
Kemudian jeruk ini dikembangkan oleh petani, namun sekitar tahun 2007, jeruk "jorok" ini sudah tidak ada lagi, diakibatkan serangan CVPD, diplodia (cendawan) dan lalat buah, lalu menghilang.
Kini, petani mulai kembali bergairah untuk menanam jeruk "jorok" ini, buktinya kelompoknya sendiri kini sedang mengembangkan budidaya jeruk ini di lahan sekitar 25 hektare, ujar Sueb.
Secara terpisah ketua kelompok tani Subur Desa Sekoci Kecamatan Besitang, Saring mengungkapkan pula, bahwa jeruk "jorok" ini juga dikembangkan oleh kelompoknya di lahan 25 hektare.
"Tanaman coklat muda, maupun sawit kini ditebang, dan mereka beralih menanam jeruk, yang rasanya sangat manis yang dulu sangat terkenal dengan nama jeruk jorok pantai buaya," ujarnyanya.
Harga jeruk "jorok" di kalangan petani sekarang ini sudah Rp8.000 per kilogram, dan biasanya jeruk ini dibawa ke Aceh atau Medan untuk penjualannya.
Saring juga mengungkapkan bahwa usia panen jeruk Besitang ini dimulai dari umur tiga tahun, dan hasilnya sekali panen bisa mencapai 12 ton.
Dari hasil jeruk ini saja sekali panen, petani jeruk dapat menghasilkan uang sebesar Rp72 juta, dan untuk setahun panen yang dilakukan sebanyak dua kali, katanya.
Kini jeruk Besitang ini kembali dilirik karena rasanya yang manis, walaupun permukaan kulitnya kotor (jorok), katanya.
Mereka sangat berharap perhatian dari pemerintah Langkat maupun pusat kiranya dapat memberikan perhatian terhadap budidaya jeruk "jorok" agar dapat diberikan bantuan, sehingga produksi jeruk ini kembali seperti tahun 1988, kata Saring. ***2***
(T.KR-IFZ/B/F.C. Kuen/F.C. Kuen)
Petani Langkat Kembali Budidayakan Tanaman Jeruk
Sabtu, 19 Juli 2014 17:28 WIB 1740