DPRD Sumatera Utara (Sumut) mengatakan maksimalkan pelayanan fasilitas kesehatan (faskes) dalam penanganan pemberantasan nyamuk untuk mencegah penyakit malaria dan demam berdarah dengue (DBD) di Nias Selatan yang sedang mewabah.
"Kami mendorong agar adanya call center dan layanan faskes di kecamatan yang berdampak selama 24 jam," ujar Ketua DPRD Sumut Sutarto di Medan, Jumat.
Adanya pelayanan itu, menurutnya, supaya masyarakat yang teridentifikasi terjangkit gejala penyakit DBD dengan cepat ditangani dengan baik.
Selain itu, Sutarto mengatakan Pemerintah Provinsi Sumut secara komprehensif bersama Pemerintah Kabupaten Nias Selatan dalam menangani DBD yang berada di Nias Selatan tersebut.
Ia melanjutkan, kolaborasi ini bertujuan untuk melakukan langkah yang tepat dan terukur, agar wabah DBD dan malaria tidak menyebar, mengingat pada wilayah tersebut telah banyak merenggut korban jiwa tersebut.
BMKG, Dinas Kesehatan, BNPB dan lainnya melakukan upaya mitigasi risiko yang akurat dan terukur.
"Hal ini untuk mengetahui perubahan iklim yang ekstrem di berbagai daerah dan apakah curah hujan ini berdampak langsung dengan penyebaran DBD," kata Sutarto.
Dari sisi mitigasi risiko, menurutnya, penyebaran informasi, layanan kesehatan, ketersediaan obat-obatan dan penanggulangan lainnya perlu menjadi perhatian dan komitmen kita bersama.
"Saya berharap agar wabah ini segera mereda dan kita berdoa bagi saudara-saudara kita di sana agar kondisinya kembali pulih dan aman," kata Sutarto.
Sebelumnya, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Basarin Yunus mengatakan telah melakukan koordinasi kepada Pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar semua bergerak untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
"Kami melakukan koordinasi kepada Pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar semua bergerak untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Kita sudah menyiapkan bahan untuk pengasapan dan bubuk larvasida," ujarnya.
Pemenuhan bahan dan obat tersebut terkonsentrasi terutama pada Pulau Simuk dan Pulau-Pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan yang menjadi endemik malaria.
Di samping itu, dia mengatakan, pihaknya telah memberikan pengasapan dengan insektisida dan larvasida pada Selasa (13/8). Ditambah dengan Tim Dinkes Provinsi Sumut dan Kementerian Kesehatan melakukan pendampingan di April 2024.
"Kami memberikan ratusan kelambu kepada masyarakat di wilayah tersebut untuk melakukan pencegahan gigitan nyamuk saat tidur," kata Basarin.
Delapan orang yang meninggal pada Maret sampai Juni 2024 akibat malaria dan yang positif malaria tercatat 705 pasien dari Januari sampai Agustus. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anoples.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024
"Kami mendorong agar adanya call center dan layanan faskes di kecamatan yang berdampak selama 24 jam," ujar Ketua DPRD Sumut Sutarto di Medan, Jumat.
Adanya pelayanan itu, menurutnya, supaya masyarakat yang teridentifikasi terjangkit gejala penyakit DBD dengan cepat ditangani dengan baik.
Selain itu, Sutarto mengatakan Pemerintah Provinsi Sumut secara komprehensif bersama Pemerintah Kabupaten Nias Selatan dalam menangani DBD yang berada di Nias Selatan tersebut.
Ia melanjutkan, kolaborasi ini bertujuan untuk melakukan langkah yang tepat dan terukur, agar wabah DBD dan malaria tidak menyebar, mengingat pada wilayah tersebut telah banyak merenggut korban jiwa tersebut.
BMKG, Dinas Kesehatan, BNPB dan lainnya melakukan upaya mitigasi risiko yang akurat dan terukur.
"Hal ini untuk mengetahui perubahan iklim yang ekstrem di berbagai daerah dan apakah curah hujan ini berdampak langsung dengan penyebaran DBD," kata Sutarto.
Dari sisi mitigasi risiko, menurutnya, penyebaran informasi, layanan kesehatan, ketersediaan obat-obatan dan penanggulangan lainnya perlu menjadi perhatian dan komitmen kita bersama.
"Saya berharap agar wabah ini segera mereda dan kita berdoa bagi saudara-saudara kita di sana agar kondisinya kembali pulih dan aman," kata Sutarto.
Sebelumnya, Plt. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Basarin Yunus mengatakan telah melakukan koordinasi kepada Pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar semua bergerak untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk.
"Kami melakukan koordinasi kepada Pemerintah Kabupaten Nias Selatan agar semua bergerak untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk. Kita sudah menyiapkan bahan untuk pengasapan dan bubuk larvasida," ujarnya.
Pemenuhan bahan dan obat tersebut terkonsentrasi terutama pada Pulau Simuk dan Pulau-Pulau Batu, Kabupaten Nias Selatan yang menjadi endemik malaria.
Di samping itu, dia mengatakan, pihaknya telah memberikan pengasapan dengan insektisida dan larvasida pada Selasa (13/8). Ditambah dengan Tim Dinkes Provinsi Sumut dan Kementerian Kesehatan melakukan pendampingan di April 2024.
"Kami memberikan ratusan kelambu kepada masyarakat di wilayah tersebut untuk melakukan pencegahan gigitan nyamuk saat tidur," kata Basarin.
Delapan orang yang meninggal pada Maret sampai Juni 2024 akibat malaria dan yang positif malaria tercatat 705 pasien dari Januari sampai Agustus. Malaria ditularkan melalui gigitan nyamuk anoples.*
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2024