Para petani yang ada di Kabupaten Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara mengeluhkan kekurangan pasokan air dari saluran irigasi Batang Gadis ke lahan pertanian mereka.

Kurangnya pasokan air itu salah satunya datang dari petani yang berada saluran primer Batang Gadis Kiri (BGKr).

Berdasarkan pengakuan para petani, jika dalam beberapa tahun ini, pasokan air dari saluran irigasi itu ke lahan pertanian mereka mengalami penurunan debit air.

Hal itu, disebabkan karena adanya endapan sedimen sepanjang 1,5 kilometer di titik belakang kompi senapan B Rajawali Mangga Dua Desa Aek Godang, Kecamatan Panyabungan dan endapan sedimen di titik Aek Sarir Kelurahan Longat, Kecamatan Panyabungan Barat.

Minimnya pasokan air itu juga dikeluhkan para petani yang berada di saluran sekunder Sipolu-polu, saluran sekunder Panyabungan Jae, Manaon dan saluran sekunder Manyabar.

Meskipun, pemerintah telah membuat solusi alternatif melakukan perbaikan shipon di zal kanan saluran irigasi Batang Gadis, belum juga dapat membawa manfaat secara maksimal bagi petani yang berada dicakupan saluran sekunder Sipolu-polu.

Rizki salah seorang petani menyampaikan, minimnya pasokan air diseluruh cakupan saluran sekunder Sipu-polu itu diduga akibat banyaknya tumpukan sampah yang dibuang masyarakat kesaluran sekunder Sipolu-polu dan banyaknya endapan sedimen di sejumlah saluran irigasi yang ada.

Hal lain juga disebabkan, banyaknya rumput-rumput liar yang tumbuh disepanjang saluran irigasi sehingga mengakibatkan air tidak dapat mengalir dengan lancar.

Ia menyampaikan, kurangnya pasokan air ini sudah lama terjadi dan bahkan sudah bertahun-tahun. Hal ini sudah menjadi permasalahan serius bagi para petani khususnya yang berada dicakupan sejumlah saluran itu.

Bahkan kata Rizki, menurunnya pasokan air itu telah membuat petani menjadi menjerit karena ratusan hektar lahan persawahan mereka mengalami kekeringan akibat irigasi macet.

"Saat ini para petani yang menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian padi terpaksa harus rela menganggur karena tidak adanya pekerjaan lain," ujarnya.

PPK SKPD-TPOP Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sumatera Utara Wendi Prayudi yang dikonfirmasi ANTARA, Selasa (11/9) menyampaikan, kurangnya pasokan air pada lahan pertanian yang berada dicakupan saluran primer Batang Gadis kanan disebabkan kerusakan Siphon yang berada di bawah jembatan Aek Pohon.

"Namun, kerusakan kerusakan itu telah selesai diperbaiki dan dinyatakan sudah berfungsi," katanya.

Sedangkan, minimnya pasokan air bagi areal pertanian yang berada dicakupan saluran sekunder Sipolu-polu diakibatkan banyaknya tumpukan sampah dan endapan sedimen.

"Awal tahun 2024 diperkirakan bulan Februari saluran itu akan kita keruk sehingga air dapat mengalir dengan baik. Kalau untuk tahun ini kita belum punya anggaran. Insya Allah diawal tahun akan kita keruk," jelas dia.

Wendi menyebut, banyaknya tumpukan sampah yang berada disaluran itu disebabkan kurangnya kesadaran warga dalam menjaga lingkungan yakni dengan membuang sampah secara sembarangan disepanjang saluran.

Untuk itu dia berharap kepada warga agar sama-sama menjaga lingkungan yakni dengan tidak membuang sampah ke saluran irigasi.

"Untuk mengantisipasi tumpukan sampah itu, kita juga sudah sering memberikan imbauan kepada warga untuk tidak membuang sampah ke saluran irigasi. Kita berharap agar masyarakat juga ikut sama-sama menjaga kebersihan saluran sehingga pasokan air dapat mengalir dengan lancar," harap dia.

Pewarta: Holik

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023