Petani di Kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara, membudidayakan bawang merah varietas Batu Ijo karena dinilai lebih menjanjikan baik dari sisi waktu maupun ekonomi.

Ketua Kelompok Tani Cempaka Desa Sori Manaon, Ellyani Harahap, di SIpirok, Senin, mengatakan, hasil dari satu hektare lahan bisa mencapai 14 ton bawang merah basah atau setara 10,7 ton kering jemur.

Ia sendiri membudidayakan bawang merah di atas lahan 0,5 ha. Dibanding padi sawah dengan luas yang sama ternyata budidaya bawang merah batu ijo lebih menjanjikan baik dari waktu maupun segi ekonomi.

Untuk analisa usaha tani-nya dengan luas 0,5 ha padi cuma menghasilkan 2-3 ton gabah atau setara dengan 10-12 juta dengan waktu sekali tanam sekitar 5 bulan terhitung dari pengolahan lahan.

"Sedang bawang merah dengan luas lahan yang sama (0,5 ha) akan menghasilkan 7 - 9 ton. Bawang merah kering dapat disimpan dalam waktu lama sekitar dua bulan," katanya.

Baca juga: Dolly Pasaribu ajak HIPMI bersinergi bangkitkan ekonomi Tapsel

Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Tapsel Sarietta Pasaribu mengatakan, pihaknya terus mendorong petani untuk membudidayakan bawang merah varietas Batu Ijo.

"Bawang merah batu ijo ini mempunyai kualitas secara produksi. Dengan karakteristik umbinya berwarna merah keunguan, ukuran siung-nya rata rata 0,5 - 1,5 cm. Daunnya silindris kehijauan dan saat di panen daunnya kekuningan, sehat dan tidak terserang hama penyakit," jelasnya.

Untuk pasaran sebagai konsumsi, bawang merah varietas Batu Ijo sangat cocok dengan tekstur umbi keras yang menunjukkan kadar air untuk penyimpanan dua bulan akan tahan untuk dikonsumsi, tidak bopong atau berlubang.

"Selain itu kegiatan budi daya bawang merah ini dalam rangka mendorong kesejahteraan masyarakat petani Tapsel sesuai visi misi Bupati Tapsel Dolly P.Pasaribu," katanya.

 

Pewarta: Juraidi dan Kodir

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2023