Bensin sawit mulai diperkenalkan di Indonesia seperti melalui aksi tim ITB yang mengendarai sepeda motor dari Bogor - Medan yang menempuh jarak 2.000 km dengan menggunakan bensin sawit dengan kadar RON 110 itu.

"Alhamdulillah dengan menempuh 2.000 km, penggunaan BBM nya juga sangat hemat atau per liter bisa untuk menempuh jarak 33 km,"ujar salah satu tim riset ITB dan PT Kemurgi Indonesia, Muhammad Ferian di Medan, Kamis.

Tour itu menggunakan kendaraan sepeda motor KTM 390 CC Adventure.

Dia mengatakan itu saat mengenalkan  bensin sawit (bensa) di Pekan Riset Sawit Indonesia (Perisai) yang digelar dalam rangkaian acara  Indonesian Palm Oil Stakehokders  (IPOS) Forum di Hotel Santika, Medan 20-21 Oktober

Produksi bensin sawit itu merupakan hasil penelitian Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan (LPIK) Institut Teknologi Bandung yang dibiayai Badan
Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan PT Kemurgi Indonesia.

Menurut Muhammad Ferian, untuk menepis isu bahwa produk sawit merusak, dia juga menggunakan berkala BBM jenis pertalite di perjalanannya dan nyatanya mesin kenderaan tetap bagus.

"Alhamdulillah juga, dalam perjalanan, sepeda motor dengan BBM bensin sawit dan juga dicampur BBM lainnya itu tidak mengalami masalah apa pun," ujar Muhammad Ferian di Medan.

Dengan tidak adanya masalah menggunakan BBM campuran, maka sudah jelass bensin sawit itu bisa digunakan 100 persen,"katanya.

Dia menegaskan, bensin berbahan baku dari sawit itu memang sama seperti bensin dari minyak bumi.

Prof. DR. Subagjo, peneliti dari ITB menegaskan, saat ini, bensin sawit telah diproduksi sebanyak 1.000 liter dan diharapkan bisa dikembangkan lagi ke depan karena Indonesia memiliki perkebunan sawit yang cukup luas.

"Awalnya kami berhasil memproduksi 250 ml per jam, kemudian 10 liter per hari, dan sekarang sudah memproduksi sebanyak 1.000 liter,"katanya.

Dia mengakui, untuk pengembangan skala besar hingga komersial, masih terus memerlukan dukungan kuat.

Syukur, ujar Subagjo, BPDPKS, menyatakan kesiapan untuk terus mendukung.

"Kami berharap, pada 2024, produksi bensin sawit sudah bisa dikembangkan lebih besar atau dikomersialkan," ujar Subagjo.

Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrachman mengatakan bensin sawit merupakan wujud
Kerja sama BPDPKS dengan peneliti.

"BPDPKS terus berkontribusi untuk terus meningkatkan kontribusi untuk melakukan penelitian tentang sawit," katanya.

BPDPKS .mendanai penelitian inovasi lanjut katalis dan  teknologi bensin sawit itu  dan termasuk pengembangan teknologi produksi percontohan industrial vegetable oil (IVO) dan minyak makan sehat dari kelapa sawit.

Penandatangan kerja sama itu dilakukan bersamaan dengan penandatangan 46 perjanjian kerja sama penelitian dengan 24 lembaga penelitian dan pengembangan serta lembaga pendidikan di Bogor pada 21 September 2022.

Upaya untuk penerapan teknologi yang dapat mengolah hasil kebun sawit rakyat menjadi bahan baku bensin biohidrokarbon itu sekaligus menjalankan amanat Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2020 .

Perpes Nomor 109 Tahun 2020 itu tentang pengembangan teknologi katalis dan bensin sawit yang terintegrasi dengan kebun sawit rakyat.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022