Sanggar Anak Sungai Deli (Sasude), salah satu sanggar anak yang tinggal di bantaran Sungai Deli, mementaskan drama musikal "Nyanyian Orang Pinggiran" di Auditorium Kampus Wilmar Bisnis Indonesia, Deli Serdang, Sumatera Utara, Sabtu (24/9) malam.

Ketua Umum Sasude, Lukman Hakim Siagian, mengatakan, masyarakat yang tinggal di bantaran sungai adalah masyarakat yang terpinggirkan (marjinal). Mereka hidup dalam kegentingan ekologi, kegentingan sosial, kegentingan politik, kegentingan tata kota, dan tentu saja, kegentingan ekonomi. 

Hal itu membangun mental dan karakteristiknya sendiri, di tengah-tengah kondisi mereka yang cenderung tidak memiliki bargaining position (daya tawar) atas  posisinya sendiri sebagai Warga Negara Indonesia.

Terinspirasi dari hal itu, maka pihaknya mencoba membuat sebuah pertunjukan yang lahir dari riset dan studi kami terhadap masyarakat, yang secara khusus, tinggal di tepian sungai Deli dengan segala fenomena yang melatarinya. 

"Pertunjukan ini kami beri judul Nyanyian Orang Pinggiran," katanya.

Namun begitu, "Nyanyian Orang Pinggiran" bukan saja sebuah pertunjukan tentang masyarakat tepian sungai Deli semata. Nyanyian Orang Pinggiran adalah tentang siapa saja yang merasa terpinggirkan dan terabaikan. 

"Pertunjukan ini adalah semacam cara kami mengajak orang untuk melihat kemanusiaannya sendiri melalui refleksi yang terpantulkan dari kehidupan masyarakat di tepian sungai Deli, sebagai sebuah drama komedi gelap yang terjadi di negara kita tercinta ini," katanya.

Dalam kesempatan itu  juga disampaikan bahwa  teater, sebagai salah satu cabang kesenian, memiliki fungsi sebagai cermin kehidupan masyarakat. 

Ini bisa menjadi semacam "alat deteksi" untuk membaca dan sekaligus merefleksikan kondisi kemanusiaan yang terjadi di sekeliling kita, baik secara sosial, politik, budaya, maupun spiritual. 

Sebuah pertunjukan teater yang baik akan mampu menggugah hati penonton untuk merasa berempati terhadap isi pertunjukan yang ditontonnya, sehingga nilai-nilai kemanusiaan yang ingin disampaikan dalam pertunjukan bisa diterima oleh mereka yang menikmatinya. 

Karena pada hakikatnya, kesenian dalam hal ini teater adalah bahasa universal yang daya komunikasinya mampu menerabas batas-batas suku, ras dan agama, serta mampu menyentuh relung hati manusia yang paling dalam.

"Berangkat dari hal itu, maka kami mencoba untuk membuat sebuah pertunjukan teater yang diniatkan sebagai upaya untuk menggugah dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kelestarian alam dan lingkungan dengan menggambarkan kondisi kehidupan masyarakat bantaran sungai Deli sebagai bagian dari fenomena sosial yang harus diperhatikan di negara ini," katanya.

Pewarta: Juraidi

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022