Belakangan ini warga di Desa Pagur Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal, Sumatera Utara dibuat resah dengan munculnya Harimau (Panthera Tigris) di areal perkebunan warga yang ada di desa itu.

Sekretaris Desa Pagur, Muhammad Taqwa kepada ANTARA, Kamis (14/7) menyebutkan, dalam dua pekan terakhir ini tercatat sudah tiga kali Harimau tersebut muncul di areal perkebunan warga.

"Dalam dua pekan ini tercatat sudah tiga kali terlihat oleh warga. Yang pertama pada tanggal (27/6) pagi, kemudian pada Rabu (6/7) sore dan terakhir, Rabu (13/7)", ujarnya.

Taqwa menyebut, kemunculan hewan satwa ini pertama kali dilihat oleh warga yang bernama Lahuddin wilayah Banjar Paran Bira atau sekitar 3 KM dari perkampungan warga. Saat itu Harimau tersebut hendak melintas.

Kemudian, di daerah Banjar Namumbang atau sekitar 4 KM dari areal pemukiman warga. Dan ketiga kalinya di daerah Simpang Pagur.

Ia menyampaikan, kehadiran satwa langka itu telah membuat warga menjadi resah dan ketakutan, apalagi mayoritas mata pencaharian warga di desa itu merupakan petani kebun.

"Dengan sering munculnya Harimau tersebut, sebahagian warga saat ini sudah takut untuk berusaha ke kebun. Meskipun begitu, sebahagian warga juga masih ada yang pergi ke kebun," katanya.

Menanggapi adanya konflik Harimau dengan manusia tersebut, Plt Kasi Perlindungan Hutan dan Pemberdayaan Masyarakat, KPH VIII Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, Zulham Afandi yang di konfirmasi menyampaikan, telah melakukan berbagai upaya untuk mengantisipasi kasus konflik Harimau dengan manusia itu.

Diantaranya, adalah melakukan sosialisasi, pemasangan kamera trap dan membuat dentuman untuk menghalau satwa tersebut.

"Yang pertama, kami dari tim gabungan yang terdiri dari TNBG dan KPH dan masyarakat telah memasang dentuman untuk menghalau satwa itu. Kemudian, memasang kamera trap dibeberapa tempat yang kita anggap sebagai rute jalan Harimau," sebut Zulham.

Dan apabila satwa langka tersebut, masih mendekat ke perkampungan warga, Zulham menyebut, akan dilakukan pemasangan alat perangkap.

"Apabila dari  langkah langkah ini sudah kita lakukan dan ternyata masih mendekat, maka proses selanjutnya kita pasang perangkap untuk di evakuasi, agar tidak  terjadi hal-hal yang tidak diinginkan oleh masyarakat setempat," jelasnya.

Kata dia, dari hasil pantauan yang dilaksanakan oleh tim di lapangan ada tiga ekor Harimau yang diperkirakan berkeliaran diwilayah hutan tersebut yakni, jantan, betina dan satu ekor anak.

Mengingat wilayah Aek Gorsing merupakan habibat satwa langka tersebut, dirinya mengimbau kepada warga untuk sementara waktu agar mengurangi aktifitasnya  ke hutan. Dan apabila sangat mendesak diminta agar tidak seorang diri.

Menurut dia, terjadinya konflik antara Harimau dengan manusia itu, diakibatkan oleh berkurangnya areal lahan hutan di wilayah Aek Gorsing Desa Pagur. Yang mana saat ini banyak hutan beralih fungsi ke lahan perkebunan. Selain itu juga diakibatkan oleh berkurangnya rantai makanan karena diburu oleh manusia.

Pewarta: Holik

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022