Bagi para pecinta kopi di tanah air  mungkin tak asing dengan kopi Sigarar Utang yang berasal dari  Sumatera Utara (Sumut). Kopi Sigarar Utang adalah varietas unggulan kopi arabika yang namanya sudah ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 205/Kpts/SR.120/4/2005 tentang pelepasan varietas kopi sigarar utang sebagai varietas unggul.

Nama unik ini ternyata memiliki makna tersendiri, berasal dari bahasa batak, yang berarti si pembayar utang, kopi dengan cita rasa yang speciality premium ini mampu menembus pasar ekspor.  Tumbuh subur hanya di ketinggian 700 hingga 1.700 meter di atas permukaan laut, kebun kopi ini  terserak di Kecamatan Dolok Sanggul dan Lintongnihuta di  Kabupaten Humbang Hasundutan [Humbahas].

Salah satu kelompok yang mengembangkan kopi ini adalah Gapoktan Mutiara Kasih di Desa Sirisirisi, Dolok Sanggul. Dengan duungan distribusi dan ekspor oleh pengelola kedai kopi Sitalbak Coffee membuat  ketenaran kopi ini semakin nyata. 

Untuk meningkatkan kualitas lulusan dari Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan), Kementerian Pertanian (kementan)  berupaya untuk menggabungkan sistem pembelajaran teori yang selama ini mendominasi pendidikan dengan kegiatan praktik di dunia usaha dan dunia industri (DuDi).

Menurut Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, ada empat jurus jitu yang harus ditekankan dalam pendidikan vokasi yakni pengembangan keterampilan yang menyatukan intelektual sistem dengan manajemen praktis.

“Empat jurus tersebut adalah karakter, kompetensi, kritis dan kreatif karena pendidikan vokasi menuntut hadirnya generasi milenial yang tangguh berkarakter petarung,” tutur Mentan Syahrul.

Minggu ini, 10 mahasiswa Polbangtan Medan melaksanakan Praktik Kerja Lapang [PKL] di Gapoktan Mutiara Kasih. Dalam PKL tersebut mahasiswa Polbangtan Medan dikenalkan pada mitra importir kopi dari Jepang.

Tujuannya  agar mahasiswa mengetahui cara budidaya, cara penanganan kopi yang baik regulasi importasi Jepang yang sangat ketat  terkait penggunaan pupuk dan pestisida.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian [BPPSDMP] Dedi Nursyamsi pada Millennial Agriculture Forum [MAF] yang digelar Polbangtan Medan [18/3] oun mendorong petani milenial mengelola kopi dari produk olahan sehingga akan menaikkan nilai jual.

“Para petani milenial, mahasiswa dan calon mahasiswa, kalian adalah generasi penerus pertanian ke depan. Saya titip pada kalian untuk terus meningkatkan kopi kita ke seluruh manca negara," kata Dedi. 

Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini mengamini instruksi dan arahan Mentan dan Kabadan, agar petani milenial mendukung hadirnya produk pangan sehat  memenuhi standar ekspor seperti kopi Sigarar Utang.

Baca juga: Dukung Transformasi Pertanian, Polbangtan gandeng CV Sufi Agrifarm

Hadir sebagai salah satu narasumber, Manat Samosir yang mengakui ketatnya aturan impor pangan ke Jepang, seperti kandungan pestisida pada kopi, kalau ditemukan berlebihan maka perusahaan milik importir di Jepang bakal ditutup oleh otoritas terkait.

"Kopi Sigarar Utang disukai pasar Jepang maka kita harus penuhi standar murni dan minim pestisida. Kalau perusahaan dari mitra importir ditutup, petani di sini juga yang susah," katanya.

Manat meminta mahasiswa Polbangtan Medan setelah lulus kelak mengawal petani melalui kegiatan penyuluhan agar selalu optimis dan fokus pada tujuan, karena kopi akan terus dibutuhkan dunia.

"Banyak petani di sini tidak fokus pada tujuan bertani. Hari ini tanam kopi, tapi begitu harga cabai melambung lalu beralih menanam cabai padahal lahannya cuma itu saja. Mestinya fokus tanam kopi, karena nilainya tinggi, dibayar dengan yen atau dolar," kata Manat Samosir.

Pewarta: Rel

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022