Komunitas pecinta dan penggiat lingkungan lintas profesi di Sumatera Utara (Sumut) yang tergabung di dalam Eco Enzyme Indonesia (EEI) menggelar pelatihan eco enzyme, di kebun pisang barangan merah Panabanana, Jalan Ngumban Surbakti Medan, Rabu (9/2). Eco enzyme diyakini mampu membantu pada petani.
Praktisi Pertanian Sumut, Jhon Sinaga mengatakan, petani harus mampu memahami cara mengolah dan mengaplikasikan eco enzyme ke tanaman. Sebab, implementasinya selama ini belum tepat.
"Eco enczym juga untuk mengangkat harkat dan martabat petani. Apalagi saat ini, harga pupuk dan pestisida sudah mahal. Nah, eco enzyme ini dari memanfaatkan pengolahan limbah rumah tangga, limbah restoran dan sebagainya. Setelah itu nanti menjadi pestisida nabati, pupuk organik cair dan padat. Sehingga petani tidak lagi membeli pupuk dan pestisida lainnya. Ini sangat membantu," ujarnya.
Dijelaskannya, eco enzyme ini diolah sendiri, seperti pupuk kandang. Contohnya, seperti pohon pisang, setelah panen, maka disiram dengan eco enzyme dan bisa ditanam kembali dengan tumbuh banyak tunas, tentunya hasilnya semakin bagus.
"Kita berharap dengan pelatihan ini agar pembuatan eco enzyme secara benar, mengaplikasikannya juga benar, terutama untuk pertanian dan kesehatan," ungkapnya.
Penggagas EEI, Vera Tan menjelaskan, dirinya mengikuti pelatihan eco enzyme selama sembilan hari di Thailand, sebagai murid Doktor Rosukon Poompanvong.
Di hari pertama pelatihan Vera mengaku diajarin melihat jamur dan memakannya. Hari kedua diberikan membaca kamus tentang antibiotik, hari ketiga belajar terkait tambang selama tiga hari dan kemudian belajar terapi terkait puluhan produk menggunakan eco enzyme. Lalu dibawa ke kebun durian yang tidak laku.
Setelah menggunakan eco enzyme dan akhirnya menjadi kebun paling ngetop dengan harganya paling mahal. Akhirnya di hari ke delapan, diajarkan membuat jamur hingga panen. Lahannya dikelilingi pabrik kimia. "Namun meski keadaan lingkungannya seperti tetap bisa panen dengan hasil yang bagus berkat eco enzyme," ujarnya.
Acara pelatihan ini digelar selama tiga hari, Rabu-Jumat, 9-11 Februari 2022 yang diikuti peserta dari berbagai daerah seperti Pekanbaru, Aceh, Dumai, Pematangsiantar, Medan, dan sebagainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Praktisi Pertanian Sumut, Jhon Sinaga mengatakan, petani harus mampu memahami cara mengolah dan mengaplikasikan eco enzyme ke tanaman. Sebab, implementasinya selama ini belum tepat.
"Eco enczym juga untuk mengangkat harkat dan martabat petani. Apalagi saat ini, harga pupuk dan pestisida sudah mahal. Nah, eco enzyme ini dari memanfaatkan pengolahan limbah rumah tangga, limbah restoran dan sebagainya. Setelah itu nanti menjadi pestisida nabati, pupuk organik cair dan padat. Sehingga petani tidak lagi membeli pupuk dan pestisida lainnya. Ini sangat membantu," ujarnya.
Dijelaskannya, eco enzyme ini diolah sendiri, seperti pupuk kandang. Contohnya, seperti pohon pisang, setelah panen, maka disiram dengan eco enzyme dan bisa ditanam kembali dengan tumbuh banyak tunas, tentunya hasilnya semakin bagus.
"Kita berharap dengan pelatihan ini agar pembuatan eco enzyme secara benar, mengaplikasikannya juga benar, terutama untuk pertanian dan kesehatan," ungkapnya.
Penggagas EEI, Vera Tan menjelaskan, dirinya mengikuti pelatihan eco enzyme selama sembilan hari di Thailand, sebagai murid Doktor Rosukon Poompanvong.
Di hari pertama pelatihan Vera mengaku diajarin melihat jamur dan memakannya. Hari kedua diberikan membaca kamus tentang antibiotik, hari ketiga belajar terkait tambang selama tiga hari dan kemudian belajar terapi terkait puluhan produk menggunakan eco enzyme. Lalu dibawa ke kebun durian yang tidak laku.
Setelah menggunakan eco enzyme dan akhirnya menjadi kebun paling ngetop dengan harganya paling mahal. Akhirnya di hari ke delapan, diajarkan membuat jamur hingga panen. Lahannya dikelilingi pabrik kimia. "Namun meski keadaan lingkungannya seperti tetap bisa panen dengan hasil yang bagus berkat eco enzyme," ujarnya.
Acara pelatihan ini digelar selama tiga hari, Rabu-Jumat, 9-11 Februari 2022 yang diikuti peserta dari berbagai daerah seperti Pekanbaru, Aceh, Dumai, Pematangsiantar, Medan, dan sebagainya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022