Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengampanyekan aksi bersama cegah stunting dan obesitas dalam rangka memperingati Hari Gizi dan Makanan Nasional 2022 .
"Stunting dan obesitas masih menjadi permasalahan di dunia. Penting bagi kita, mencari, memahami, dan menerapkan pola makan teratur dengan gizi yang seimbang," kata Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Dhian Probhoyekti dalam konferensi pers Hari Gizi dan Makanan Nasional 2022 yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Selasa. (18/1)
Berdasarkan laporan nutrisi global 2021, kata dia, satu dari sembilan penduduk dunia menderita kelaparan dan satu dari tiga penduduk dunia mengalami gizi lebih atau obesitas. Hampir seperempat balita mengalami pendek, sementara gizi lebih dan obesitas meningkat secara cepat hampir di seluruh negara dunia.
Selain itu, sebagian besar penduduk dunia saat ini tidak dapat mengakses atau membeli makanan yang sehat, kata Dhian menambahkan.
Baca juga: Vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Sumut capai 35,6 persen
Ia mengatakan angka stunting di Indonesia terus mengalami penurunan. Hasil survei 2021 melaporkan prevalensi stunting saat ini 24,4 persen namun angka ini masih jauh dari target RPJMN sebesar 14 persen pada 2024.
Sementara prevalensi balita yang mengalami kelebihan berat badan pada 2021 sebesar 3,8 persen dan obesitas dewasa pada usia 18 tahun ke atas 21,8 persen pada 2018.
Intervensi yang dilakukan Kemenkes fokus pada usia remaja dan 1.000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi sehingga masalah gizi dari anak yang dilahirkan dapat ditekan sedini mungkin.
Ia menambahkan terdapat enam intervensi yakni kegiatan konseling, promosi dan konseling menyusui, pemantauan pertumbuhan dan pengembangan, pemberian suplemen kepada ibu hamil dan remaja, penanganan masalah gizi dengan pemberian makanan tambahan serta tata laksana penanganan gizi buruk.
"Situasi ini masih menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian semua pihak. Tujuan dari peringatan ini adalah agar masyarakat menyadari pentingnya asupan makanan bergizi bagi tubuh," katanya.
Hari Gizi dan Makanan Nasional yang diperingati setiap 25 Januari, kata Dhian Probhoyekti, diharapkan dapat terus membangun kebersamaan masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan melalui menu gizi seimbang. Adapun tema dari peringatan kaki ini adalah Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas, kata Dhian.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Pungkas B Ali mengatakan hasil survei 2021 angka stunting di Indonesia mencapai 5,33 juta balita, balita kurus mencapai 1,55 juta balita, dan obesitas 28,8 persen pada usia dewasa 18 tahun ke atas.
Ia mengatakan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Dampaknya akan sangat luas terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
"Stunting dapat mempengaruhi kemampuan intelektual dan fisik anak. Dalam jangka panjang juga menimbulkan dampak gangguan metabolik ada risiko individu saat dewasa mengalami stroke, diabetes dan jantung," katanya.
Ia mengatakan stunting terjadi hampir di seluruh wilayah dan di seluruh kelompok sosial ekonomi sehingga menjadi beban ganda permasalahan gizi di Indonesia.
Selain itu, prevalensi obesitas pada usia dewasa 18 tahun ke atas semakin meningkat dan target 2024 diharapkan tidak meningkat dari 21,8 persen.
"Faktor risiko obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik serta konsumsi buah sayur, serta tingginya konsumsi gula, garam, lemak," katanya.
Obesitas dapat dicegah melalui upaya promotif dan preventif dengan pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas), demikian Pungkas B Ali.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
"Stunting dan obesitas masih menjadi permasalahan di dunia. Penting bagi kita, mencari, memahami, dan menerapkan pola makan teratur dengan gizi yang seimbang," kata Direktur Gizi Masyarakat Kemenkes Dhian Probhoyekti dalam konferensi pers Hari Gizi dan Makanan Nasional 2022 yang diikuti dari YouTube Kemenkes RI di Jakarta, Selasa. (18/1)
Berdasarkan laporan nutrisi global 2021, kata dia, satu dari sembilan penduduk dunia menderita kelaparan dan satu dari tiga penduduk dunia mengalami gizi lebih atau obesitas. Hampir seperempat balita mengalami pendek, sementara gizi lebih dan obesitas meningkat secara cepat hampir di seluruh negara dunia.
Selain itu, sebagian besar penduduk dunia saat ini tidak dapat mengakses atau membeli makanan yang sehat, kata Dhian menambahkan.
Baca juga: Vaksinasi anak usia 6-11 tahun di Sumut capai 35,6 persen
Ia mengatakan angka stunting di Indonesia terus mengalami penurunan. Hasil survei 2021 melaporkan prevalensi stunting saat ini 24,4 persen namun angka ini masih jauh dari target RPJMN sebesar 14 persen pada 2024.
Sementara prevalensi balita yang mengalami kelebihan berat badan pada 2021 sebesar 3,8 persen dan obesitas dewasa pada usia 18 tahun ke atas 21,8 persen pada 2018.
Intervensi yang dilakukan Kemenkes fokus pada usia remaja dan 1.000 hari pertama kehidupan dengan tujuan memperkuat intervensi sehingga masalah gizi dari anak yang dilahirkan dapat ditekan sedini mungkin.
Ia menambahkan terdapat enam intervensi yakni kegiatan konseling, promosi dan konseling menyusui, pemantauan pertumbuhan dan pengembangan, pemberian suplemen kepada ibu hamil dan remaja, penanganan masalah gizi dengan pemberian makanan tambahan serta tata laksana penanganan gizi buruk.
"Situasi ini masih menjadi permasalahan yang perlu mendapat perhatian semua pihak. Tujuan dari peringatan ini adalah agar masyarakat menyadari pentingnya asupan makanan bergizi bagi tubuh," katanya.
Hari Gizi dan Makanan Nasional yang diperingati setiap 25 Januari, kata Dhian Probhoyekti, diharapkan dapat terus membangun kebersamaan masyarakat dalam upaya menjaga kesehatan melalui menu gizi seimbang. Adapun tema dari peringatan kaki ini adalah Aksi Bersama Cegah Stunting & Obesitas, kata Dhian.
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) Pungkas B Ali mengatakan hasil survei 2021 angka stunting di Indonesia mencapai 5,33 juta balita, balita kurus mencapai 1,55 juta balita, dan obesitas 28,8 persen pada usia dewasa 18 tahun ke atas.
Ia mengatakan stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis dalam 1.000 hari pertama kehidupan. Dampaknya akan sangat luas terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
"Stunting dapat mempengaruhi kemampuan intelektual dan fisik anak. Dalam jangka panjang juga menimbulkan dampak gangguan metabolik ada risiko individu saat dewasa mengalami stroke, diabetes dan jantung," katanya.
Ia mengatakan stunting terjadi hampir di seluruh wilayah dan di seluruh kelompok sosial ekonomi sehingga menjadi beban ganda permasalahan gizi di Indonesia.
Selain itu, prevalensi obesitas pada usia dewasa 18 tahun ke atas semakin meningkat dan target 2024 diharapkan tidak meningkat dari 21,8 persen.
"Faktor risiko obesitas adalah kurangnya aktivitas fisik serta konsumsi buah sayur, serta tingginya konsumsi gula, garam, lemak," katanya.
Obesitas dapat dicegah melalui upaya promotif dan preventif dengan pembudayaan gerakan masyarakat hidup sehat (Germas), demikian Pungkas B Ali.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022