Hama tikus memaksa petani Tapanuli Selatan (Tapsel) mengalihfungsikan lahan padi sawahnya ke hortikultura. Sebagaimana di alami kelompok wanita tani (KWT) Cempaka Desa Sorimanaon, Kecamatan Angkola Muaratais.
Ketua KWT Cempaka Eliana Harahap kepada ANTARA, Sabtu (8/1) mengatakan, dari sebanyak 35 orang anggotanya 15 orang di antaranya sudah menukar sebagian tanaman sawahnya.
"Rata-rata anggota kelompok yang mengalihkan tanamannya untuk budidaya cabai merah, tomat, ada juga tumpang sari daun bawang dengan terong, separuh lahannya lagi tanam padi sawah," katanya.
Beralihnya sebagian areal persawahan ke hortikultura, kata Eliani, mengingat hasil panen padi sawah kelompoknya akhir ini dinilai gagal panen hingga lebih kurang 75 persen akibat serangan hama tikus.
"Karenanya kami mencoba peruntungan sebagian lahan petani yang ada di usahai tanaman muda, dengan harapan bisa memberi harapan ekonomi baru, demi menyambung hidup keluarga. Termasuk harapan padi yang baru di tanam kali ini," ucapanya.
Parahnya serangan hama tikus sejumlah hektare di wilayah itu, kata dia, sekitar November 2021 bahkan hingga akhir tahun 2021. Petani, masyarakat, POPT-PHP, BPP, PPL juga gencar melakukan perburuan.
"Bahkan hingga saat ini atau Januari 2022 perburuan hama tikus terus dilaksanakan di sejumlah titik daerah di Angkola Muaratais - Batang Angkola yang memiliki luas areal persawahan ribuan hektare," ungkapnya.
Terpisah, Petugas POPT-PHP Batang Angkola - Angkola Muaratais Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, Ali Husni Dalimunthe mengatakan, bahwanya pihaknya bersama kelompok tani, KCD, PPL, Kepala Desa dan masyarakat pro aktif mengadakan perburuan massal hama tikus di wilayah kerjanya tersebut.
"Perburuan dengan sistem geropyokan yang kita lakukan sejak November 2021 upaya menjaga tanaman padi sawah petani dari serangan hama tikus," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022
Ketua KWT Cempaka Eliana Harahap kepada ANTARA, Sabtu (8/1) mengatakan, dari sebanyak 35 orang anggotanya 15 orang di antaranya sudah menukar sebagian tanaman sawahnya.
"Rata-rata anggota kelompok yang mengalihkan tanamannya untuk budidaya cabai merah, tomat, ada juga tumpang sari daun bawang dengan terong, separuh lahannya lagi tanam padi sawah," katanya.
Beralihnya sebagian areal persawahan ke hortikultura, kata Eliani, mengingat hasil panen padi sawah kelompoknya akhir ini dinilai gagal panen hingga lebih kurang 75 persen akibat serangan hama tikus.
"Karenanya kami mencoba peruntungan sebagian lahan petani yang ada di usahai tanaman muda, dengan harapan bisa memberi harapan ekonomi baru, demi menyambung hidup keluarga. Termasuk harapan padi yang baru di tanam kali ini," ucapanya.
Parahnya serangan hama tikus sejumlah hektare di wilayah itu, kata dia, sekitar November 2021 bahkan hingga akhir tahun 2021. Petani, masyarakat, POPT-PHP, BPP, PPL juga gencar melakukan perburuan.
"Bahkan hingga saat ini atau Januari 2022 perburuan hama tikus terus dilaksanakan di sejumlah titik daerah di Angkola Muaratais - Batang Angkola yang memiliki luas areal persawahan ribuan hektare," ungkapnya.
Terpisah, Petugas POPT-PHP Batang Angkola - Angkola Muaratais Dinas Ketahanan Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Utara, Ali Husni Dalimunthe mengatakan, bahwanya pihaknya bersama kelompok tani, KCD, PPL, Kepala Desa dan masyarakat pro aktif mengadakan perburuan massal hama tikus di wilayah kerjanya tersebut.
"Perburuan dengan sistem geropyokan yang kita lakukan sejak November 2021 upaya menjaga tanaman padi sawah petani dari serangan hama tikus," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2022