Di tengah kondisi ketidakpastian, SDM pertanian diharapkan selalu bisa beradaptasi. Khususnya untuk memenuhi kebutuhan pangan. Keterbatasan lahan dan kebutuhan yang meningkat tentunya menjadi permasalahan tersendiri. Namun, hal tersebut bisa diatasi dengan urban farming. 

Kepopuleran urban farming, atau bertani dan berkebun di tengah kota, meningkat selama pandemi COVID-19. Tidak hanya budidaya tanaman hias, kekinian berkebun juga dilakukan menggunakan buah hingga sayuran yang bisa dimakan.

Sejumlah sayuran mulai dari pakcoy, sawi, hingga kangkung bisa ditanam sendiri di rumah tanpa perlu memiliki halaman yang luas.

Menjawab tantangan tersebut, Politeknik Kementerian Pertanian melalui BEM Polbangtan Medan menggelar Webinar 'Peluang Bisnis Urban Farming' secara virtual dan juga disiarkan langsung pada kanal Youtube Polbangtan  Medan  (24/10).

Baca juga: HPS ke 41, FAO apresiasi capaian pembagunan pertanian di masa COVID-19

Menteri Pertanian (Mentan), Syahrul Yasin Limpo, mendukung hal tersebut. Menurutnya, hidroponik yang marak di perkotaan harus didukung sebagai momentum tepat mendukung ketahanan pangan nasional. 

“Pertanian perkotaan (urban farming) melalui budidaya tanaman sistem hidroponik, selain tambah pendapatan juga mendukung ketahanan pangan,” katanya.

Mentan Syahrul mengingatkan pertanian adalah sektor terpenting, karena menyangkut kebutuhan pangan dan penentu stabilitas nasional. 

"Seiring itu, semua pihak mesti aktif menemukan cara untuk terus mengembangkan pertanian berbasis teknologi, di antaranya hidroponik," katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi juga menyikapi tren warga kota bertani di halaman  rumah (urban farming) dengan  hidroponik. 

"Meski lahan sempit, tapi produktivitas urban farming sangat tinggi. Kami memiliki banyak program mengenai hal ini. Nanti program pelatihan penyuluh dan petani, silakan arahkan ke sana. Kami punya banyak program. Ada program pengembangan urban farming, ada juga program pengembangan lahan pekarangan," tuturnya.

Pada kesempatan ini, BEM Polbangtan Medan mengundang Narasumber Cecep Komaya, Ketua dari Komunitas Hidroponik Batam Madani (KOHIBAMA), Wakil Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (DPD BATAM), Pembina Yayasan Pendidikan Madani Batam Kota, Mentor Urban Farming Batam, Tranining dan Penjamin Mutu Batam Green Farm, Pendampingan Plasma Farm, Formulator Nutrisi Hidroponik dan Organik, serta Konsultan Agribisnis.

BEM Polbangtan Medan  membekali skill dan pengetahuan mahasiswa dengan berkebun hidroponik yang dapat dilakukan di lahan terbatas. 

Lebih lanjut lagi, hidroponik adalah bentuk berkebun yang tidak menggunakan tanah, melainkan menanam tanaman dalam larutan air dan nutrisi. 

“Sistem hidroponik dapat menumbuhkan tanaman dan sayuran lebih cepat. Tanaman yang ditanam dengan cara ini biasanya bisa menghasilkan lebih banyak dan membutuhkan lebih sedikit ruang serta menghemat tanah dan air” ujar Cecep Komaya.

Cecep Komaya juga memberikan pesan, 

“Satu tanaman tumbuh dari tangan kita lalu berfotosintesis menghasilkan oksigen bagi kehidupan, bila Ikhlas memeliharanya berbuah pahala”.

Direktur Polbangtan Medan, Yuliana Kansrini, mengatakan bahwa Webinar Kewirausahaan ini sangat cocok diadakan karena akan menumbuhkan jiwa kewirausahaan mahasiswa pada masa pandemi Covid-19. 

Selain menguntungkan, menjalani usaha tanaman hidroponik juga tak membutuhkan lahan yang luas, bisa dengan memanfaatkan pekarangan rumah. 

“Urban Farming merupakan salah satu solusi bagaimana dengan lahan sempit, lingkungan perumahan yang pas-pasan namun dapat menghasilkan setidaknya kebutuhan sayuran dan buah-buahan dengan menggunakan hidroponik maupun vertikultur atau dengan cara-cara lain yang tentunya bisa dilakukan di derah-daerah kota dengan lahan-lahan yang sempit,” kata Yuliana.
 

Pewarta: Rilis

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021