Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) Dr Muryanto Amin mengatakan pemilu serentak memang terbukti meningkatkan partisipasi masyarakat.
"Namun perlu diuji apakah partisipasi ini karena kerasnya kompetisi ketimbang alasan ideologis atas ide dan gagasan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas pilihan," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (8/10) malam.
Hal itu dikatakan Rektor USU, saat menjadi pembicara dalam Webinar Nasional bertema "Sinergitas Penyelenggaraan Pemilu dengan Pemangku Kepentingan dalam Menyukseskan Pemilu Serentak Tahun 2024" di Medan, Kamis (7/10).
Ia menyebutkan, selain itu, perlu diuji apakah benar Pemilu serentak ini bisa mengurangi political fatigue, karena kelelahan politik justru terjadi karena kompetisi Pemilu yang sangat keras.
Pemilih sering disuguhi isu kebencian ketimbang ide dan gagasan, sehingga terpecah menjadi dua kubu yang bersaing.
Muryanto juga menilai bahwa Pemilu serentak, program calon presiden jauh lebih banyak menyita perhatian publik dan media konvensional maupun media sosial ketimbang calon anggota legislatif.
Hasil riset mengenai Pemilu serentak 2019 menyebutkan, Pemilu dianggap lebih efisien jika dilaksanakan serentak tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan perkiraan awal. Dari sisi waktu, terlihat proses perhitungan yang memerlukan perpanjangan waktu. Sedangkan dari sisi biaya anggaran yang dikeluarkan ternyata lebih besar 2,07 kali dibandingkan Pemilu 2014.
"Sinergitas agar dilakukan tidak hanya saat tahapan penyelenggaraan saja, tetapi agar dibangun dan dirancang antarpemangku kepentingan. Agar persiapan menjelang pemilu serentak dapat terencana dengan baik, sehingga potensi masalah yang ada di daerah maupun nasional bisa diantisipasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
"Namun perlu diuji apakah partisipasi ini karena kerasnya kompetisi ketimbang alasan ideologis atas ide dan gagasan. Hal ini akan berpengaruh terhadap kualitas pilihan," ujarnya, dalam keterangan tertulis, Jumat (8/10) malam.
Hal itu dikatakan Rektor USU, saat menjadi pembicara dalam Webinar Nasional bertema "Sinergitas Penyelenggaraan Pemilu dengan Pemangku Kepentingan dalam Menyukseskan Pemilu Serentak Tahun 2024" di Medan, Kamis (7/10).
Ia menyebutkan, selain itu, perlu diuji apakah benar Pemilu serentak ini bisa mengurangi political fatigue, karena kelelahan politik justru terjadi karena kompetisi Pemilu yang sangat keras.
Pemilih sering disuguhi isu kebencian ketimbang ide dan gagasan, sehingga terpecah menjadi dua kubu yang bersaing.
Muryanto juga menilai bahwa Pemilu serentak, program calon presiden jauh lebih banyak menyita perhatian publik dan media konvensional maupun media sosial ketimbang calon anggota legislatif.
Hasil riset mengenai Pemilu serentak 2019 menyebutkan, Pemilu dianggap lebih efisien jika dilaksanakan serentak tidak sepenuhnya berjalan sesuai dengan perkiraan awal. Dari sisi waktu, terlihat proses perhitungan yang memerlukan perpanjangan waktu. Sedangkan dari sisi biaya anggaran yang dikeluarkan ternyata lebih besar 2,07 kali dibandingkan Pemilu 2014.
"Sinergitas agar dilakukan tidak hanya saat tahapan penyelenggaraan saja, tetapi agar dibangun dan dirancang antarpemangku kepentingan. Agar persiapan menjelang pemilu serentak dapat terencana dengan baik, sehingga potensi masalah yang ada di daerah maupun nasional bisa diantisipasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021