Berikut ini adalah perkembangan terkini pandemi COVID-19 di dunia:

Pemimpin dunia kembali bertemu di PBB

Pemimpin dunia kembali menghadiri Sidang Majelis Umum PBB secara langsung di New York, Amerika Serikat, meski pandemi COVID belum mereda.

Dari 193 pemimpin negara anggota PBB, hanya sepertiga yang tidak hadir secara langsung.

AS sempat berusaha menghalangi para pemimpin datang ke New York untuk mencegah sidang PBB menjadi "acara penyebar virus".

Baca juga: Manfaat kulit kentang, menyembuhkan luka hingga cegah anemia

PBB menerapkan sebuah sistem yang memungkinkan peserta bisa memasuki ruang sidang utama tanpa harus menunjukkan bukti vaksinasi.

Otoritas New York menyiapkan sebuah mobil di luar gedung yang menyediakan uji COVID-19 dan vaksin dosis tunggal Johnson & Johnson (J&J) secara gratis.

Data vaksin booster J&J dan Moderna di AS

Data untuk menilai kelayakan vaksin penguat (booster) COVID-19 dari Moderna dan J&J akan tersedia dalam beberapa pekan, kata kepala penasihat kesehatan Presiden Joe Biden, Dr. Anthony Fauci, pada Minggu.

Otoritas kesehatan memberi sinyal bahwa vaksin booster akan disetujui penggunaannya untuk kalangan luas.

Namun, mereka meminta masyarakat untuk tidak menjalani vaksinasi penguat sebelum ada izin dari FDA, badan pengawas obat dan makanan AS.

Baca juga: Prof Tjandra: Vaksin ampuh tangani corona dan varian barunya

Penasihat FDA usulkan vaksin booster bagi warga di atas 65 tahun

Panel penasihat FDA melakukan voting pada Jumat untuk merekomendasikan vaksin booster COVID-19 bagi warga AS di atas 65 tahun dan orang-orang yang berisiko tinggi mengalami sakit parah.

Panel itu menolak memberi izin bagi kelompok yang lebih luas. Menurut mereka, data untuk mendukung hal itu belum cukup.

Mereka ingin mendapatkan data tentang keamanan vaksin yang lebih banyak, terutama tentang risiko peradangan jantung pada orang-orang lebih muda yang divaksinasi.

Peneliti kelelawar telusuri asal muasal COVID-19

Para peneliti tengah mengumpulkan sampel dari kelelawar di Kamboja utara untuk mempelajari pandemi virus corona.

Mereka mendatangi sebuah kawasan di mana sejenis virus yang sangat mirip dengan corona ditemukan pada hewan satu dekade lalu.

Dua sampel dari kelelawar tapal kuda dikumpulkan pada 2010 di provinsi Stung Treng dekat Laos dan disimpan dalam ruang pendingin di Institut Pasteur du Cambodge (IPC) di Phnom Penh.

Pengujian kedua sampel pada tahun lalu mengungkap adanya kekerabatan dekat dengan virus corona yang telah membunuh lebih 4,6 juta orang di seluruh dunia.

Kepala virologi IPC Dr. Veasna Duong mengatakan manusia bertanggung jawab atas kehancuran yang disebabkan oleh COVID-19 karena telah mengganggu dan merusak habitat alami.

Sejumlah RS di AS terpaksa menjatah perawatan

Lonjakan kasus COVID-19 di sejumlah negara bagian AS pekan ini, ditambah kurangnya tenaga kesehatan dan peralatan, menyebabkan rumah-rumah sakit kewalahan.

RS terbesar di Alaska, misalnya, tak lagi mampu memberikan perawatan kepada pasien yang membutuhkan akibat tingginya tingkat rawat inap pasien COVID-19.

Kondisi tersebut memaksa sejumlah RS untuk menerapkan penjatahan perawatan bagi pasien.

Sumber: Reuters

Pewarta: Anton Santoso

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021