Mahasiswa asal Bogor, Jawa Barat, Nabila Ramdani melahirkan sebuah inovasi berupa bantal pereda gangguan sendi rahang atau temporomandibular disorder (TMD).
"TMD secara signifikan menyebabkan ketidaknyamanan dan mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari, seperti gangguan tidur," ungkap Nabila saat ditemui di Bogor, Kamis (5/8)
Menurut dia, alat yang mengedepankan teknologi terapi laser itu merupakan basis terapi yang aman, non-invasif, tidak menyakitkan, serta hanya membutuhkan waktu perawatan yang singkat.
Baca juga: Daun pisang ternyata punya banyak khasiat kesehatan
Kemudian, efeknya relatif lebih cepat jika dibandingkan penanganan gangguan sendi rahang lainnya, sehingga dapat langsung dirasakan oleh pasien setelah perawatan,
"Inovasi ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi penderita TMD untuk mendapatkan kualitas tidur dan penanganan yang lebih baik, sehingga tidak ada lagi penurunan produktivitas dikalangan masyarakat akibat nyeri TMD dan gangguan tidur terkait TMD," ujarnya.
Bantal tersebut dirancang dengan menyempurnakan bentuk bantal ideal, menggunakan bahan ramah lingkungan dan ergonomis menyesuaikan postur tubuh manusia saat tidur.
Alat berbentuk bantal pada umumnya itu dilengkapi dengan relay timer yang akan menghentikan paparan laser jika alat telah bekerja selama 15 menit. Timer berfungsi untuk memutus otomatis listrik sesuai dosis aman penggunaan terapi laser tingkat rendah, yakni 660 nanometer.
Material bantal yang digunakan yaitu lateks dikarenakan dapat mengikuti bentuk tekanan kepala, leher, dan bahu sehingga memberikan penyangga dan kenyamanan yang tepat.
"Bantal lateks dapat membantu mencegah panas berlebih karena struktur selulernya, lateks tetap sejuk secara alami sepanjang malam dan memberikan sirkulasi udara maksimum," papar Nabil.
Menurutnya, produk ini juga memanfaatkan serat bambu sebagai sarung bantal yang bersifat antibakteri, hipoalergenik, serta dapat secara alami menyerap kelembapan dan panas.
Inovasi tersebut ia rancang bersama para mahasiswa kedokteran lainnya, yakni Muhammad Refal Akbar, Al Ghumaisha, Ahmad Ghazalli Darwis, dan Andi Muhammad Irsyad Baso, dengan didamping oleh drg Nursyamsi, M.Kes.
Berkat inovasi tersebut, para mahasiswa ini berhasil mendapatkan dana hibah dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
"TMD secara signifikan menyebabkan ketidaknyamanan dan mempengaruhi aktivitas hidup sehari-hari, seperti gangguan tidur," ungkap Nabila saat ditemui di Bogor, Kamis (5/8)
Menurut dia, alat yang mengedepankan teknologi terapi laser itu merupakan basis terapi yang aman, non-invasif, tidak menyakitkan, serta hanya membutuhkan waktu perawatan yang singkat.
Baca juga: Daun pisang ternyata punya banyak khasiat kesehatan
Kemudian, efeknya relatif lebih cepat jika dibandingkan penanganan gangguan sendi rahang lainnya, sehingga dapat langsung dirasakan oleh pasien setelah perawatan,
"Inovasi ini diharapkan mampu menjadi solusi bagi penderita TMD untuk mendapatkan kualitas tidur dan penanganan yang lebih baik, sehingga tidak ada lagi penurunan produktivitas dikalangan masyarakat akibat nyeri TMD dan gangguan tidur terkait TMD," ujarnya.
Bantal tersebut dirancang dengan menyempurnakan bentuk bantal ideal, menggunakan bahan ramah lingkungan dan ergonomis menyesuaikan postur tubuh manusia saat tidur.
Alat berbentuk bantal pada umumnya itu dilengkapi dengan relay timer yang akan menghentikan paparan laser jika alat telah bekerja selama 15 menit. Timer berfungsi untuk memutus otomatis listrik sesuai dosis aman penggunaan terapi laser tingkat rendah, yakni 660 nanometer.
Material bantal yang digunakan yaitu lateks dikarenakan dapat mengikuti bentuk tekanan kepala, leher, dan bahu sehingga memberikan penyangga dan kenyamanan yang tepat.
"Bantal lateks dapat membantu mencegah panas berlebih karena struktur selulernya, lateks tetap sejuk secara alami sepanjang malam dan memberikan sirkulasi udara maksimum," papar Nabil.
Menurutnya, produk ini juga memanfaatkan serat bambu sebagai sarung bantal yang bersifat antibakteri, hipoalergenik, serta dapat secara alami menyerap kelembapan dan panas.
Inovasi tersebut ia rancang bersama para mahasiswa kedokteran lainnya, yakni Muhammad Refal Akbar, Al Ghumaisha, Ahmad Ghazalli Darwis, dan Andi Muhammad Irsyad Baso, dengan didamping oleh drg Nursyamsi, M.Kes.
Berkat inovasi tersebut, para mahasiswa ini berhasil mendapatkan dana hibah dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta (PKM-KC) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021