Kendati Indonesia sudah merdeka sejak 75 tahun silam, namun hingga saat ini di Kecamatan Panyabungan Kabupaten Mandailing Natal masih ada beberapa desa belum teraliri jaringan listrik.

Salah satunya adalah Desa Sopo Batu Kecamatan Panyabungan. Desa ini sebenarnya tidak jauh dari pusat ibukota Kabupaten Mandailing Natal (Madina) dan PLN yang jaraknya diperkirakan hanya lima Kilo Meter (KM) saja.

Baca juga: Pemkab Madina buka pendaftaran CPNS dan PPPK untuk 2.330 formasi

Hingga saat ini para warga di desa itu masih menggunakan lampu teplok sebagai alat penerang di malam hari.

Setiap malam, warga desa setempat merasakan kondisi gelap gulita tanpa ada penerangan dari PLN. Hanya segelintir warga mampu saja dapat menikmati listrik, itu pun dengan menggunakan alat genset.

Pj Kepala Desa Sopo Batu, Usri Lubis kepada ANTARA, Rabu (6/7) mengaku, para warga sudah pernah mengajukan pemasangan jaringan tersebut ke PLN maupun pemerintah daerah setempat agar kampung mereka dapat aliran listrik. Namun sampai saat ini hasilnya nihil.

"Sejak kampung ini berdiri, sampai sekarang di 2021 warga kami belum mendapat aliran listrik. Belum sekalipun kami rasakan sarana PLN," kata Usri.

Sementara itu, Manajer PLN ULP Panyabungan, Andi Lala yang dikonfirmasi menyebutkan, untuk Lisdes Sopo Batu Sigalapang Ujung sudah pernah masuk permohonan di 2016 dan sudah disurvey namun terkendala dipembebasan lahan.

"Sudah pernah di survey tahun 2016 yang lalu, namun terkendala oleh surat pembebasan lahan. Kalau bisa dibuatkan kembali surat permohonannya lagi yang dilampirkan surat pembebasan lahan dari masyarakat," sebut Andi.

Selain listrik, warga kampung yang memiliki 180 Kepala Keluarga (KK) itu juga mengeluhkan kondisi infrastruktur jalan menuju desa mereka.

Kondisi jalan yang cukup memprihatinkan itu bisa dirasakan mulai dari Desa Sigalapang Julu hingga Desa Sopo Batu.

Dengan kondisi jalan yang belum diaspal jalan tersebut dilewati warga setiap harinya dengan menggunakan kenderaan roda dua dan roda empat.

"Sejak merdeka jalannya juga belum di aspal, hanya jalan batu saja padahal cuma Lima KM saja dari pusat kota Panyabungan," sebut Kades.

Meskipun begitu, para warga sekarang sudah sedikit merasa lega, sebab sebagian jalan pernah dilebarkan sepanjang lima KM pada masa Bupati Madina, Drs Dahlan Hasan.

"Dulu jalannya sempit sekali cuma tiga meter saja, namun sekarang sudah diperlebar lima KM yang susahnya cuma Tiga KM lagi," ujarnya.

Pelayanan kesehatan dan sarana telekomunikasi juga dikeluhkan

Selain jaringan listrik dan infrastruktur jalan, pelayanan kesehatan dan sarana telekomunikasi seluler juga menjadi keluhan warga.

Disebutkan bila mana ada warga desa yang mendadak sakit terpaksa harus dibawa berobat ke Panyabungan meskipun di desa itu ada Polindes. Hal itu dilakukan warga karena petugas jarang masuk.

"Polindesnya ada, petugas dari Puskesmas kan datangnya cuma sekali dua minggu, jadi kalau ada yang sakit mendadak terpaksa dibawa berobat ke pusat kota Panyabungan," sebut Kades.

Begitu juga dengan jaringan telekomunikasi seluler yang sekarang telah menjadi kebutuhan utama bagi anak sekolah khususnya pada kegiatan Daring.

Namun kebutuhan itu terpaksa harus ditebus para siswa dengan berjalan kaki sepanjang 2,5 KM untuk mendapatkannya.

Pewarta: Holik

Editor : Juraidi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021