Wall Street beragam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan saham-saham blue-chips Dow Jones naik ke rekor tertinggi kelima beruntun dan S&P 500 ditutup sedikit menguat saat investor membeli saham-saham yang akan diuntungkan dari pembukaan kembali ekonomi AS, sebuah prospek yang ditandai meningkatnya imbal hasil di pasar obligasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 293,05 poin atau 0,90 persen menjadi ditutup pada 32.778,64 poin. Indeks S&P 500 menguat 4,00 poin atau 0,10 persen, menjadi menetap di 3.943,34 poin. Sementara itu, Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 78,81 poin atau 0,59 persen, menjadi berakhir di 13.319,86 poin.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor real estat menguat 1,5 persen, memimpin kenaikan. Sementara itu, sektor jasa komunikasi dan teknologi merosot masing-masing 0,9 persen dan 0,71 persen, merupakan dua kelompok yang menurun.
Untuk minggu ini, Indeks S&P terangkat 2,6 persen, Indeks Dow Jones melonjak 4,1 persen dan Indeks Nasdaq naik 3,1 persen. Bagi Indeks Dow Jones, itu adalah kenaikan mingguan terbesar sejak November.
Indeks Nasdaq jatuh setelah rebound lebih dari 6,0 persen selama tiga sesi terakhir karena kenaikan imbal hasil obligasi menghidupkan kembali kekhawatiran inflasi dan memperlemah daya tarik saham-saham teknologi dengan pertumbuhan tinggi.
Indeks S&P 500 dan Indeks Nasdaq membukukan kenaikan persentase mingguan terbesar sejak awal Februari setelah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang stimulus fiskal terbesar AS pada Kamis (11/3/2021) dan data memperkuat keyakinan bahwa ekonomi sedang menuju pemulihan dengan pertumbuhan tinggi.
Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran pelonggaran stimulus moneter secara tiba-tiba dan memberikan tekanan turun di Wall Street dalam beberapa pekan terakhir.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang menjadi acuan, mencapai 1,642 persen pada Jumat (12/3/2021), level tertinggi sejak Februari tahun lalu.
Boeing Co melonjak 6,82 persen mengangkat Indeks Dow Jones dan Indeks S&P 500 lebih tinggi. Meningkatnya Indeks Dow Jones dan anjloknya Indeks Nasdaq mencerminkan aksi jual yang sedang berlangsung di sektor teknologi, karena investor membeli saham-saham siklikal dan value stocks (saham-saham yang diperdagangkan pada harga lebih rendah dibandingkan fundamentalnya) yang diharapkan dapat membaik saat ekonomi pulih.
Agar saham-saham teknologi terus berkembang, Anda memerlukan suku bunga rendah, dan pada dasarnya pertumbuhan lebih lambat, kata Ketua dan Anggota Pengelola hedge fund Great Hill Capital LLC, Thomas Hayes.
Tetapi dengan paket stimulus ekonomi kemungkinan akan tumbuh sekitar 7,0 persen hingga 9,0 persen tahun ini dan menekan suku bunga, katanya.
“Itulah mengapa Anda melihat suku bunga naik hari ini karena pembukaan kembali terjadi lebih cepat dan lebih kuat dari yang diantisipasi. Dan saat itulah saham-saham siklikal dan value stocks serta saham yang sensitif secara ekonomi berkinerja lebih baik," kata Hayes.
Distribusi vaksin yang cepat dan lebih banyak bantuan fiskal telah memicu kekhawatiran akan meningkatnya inflasi meskipun ada jaminan dari Federal Reserve (Fed) untuk mempertahankan kebijakan yang akomodatif. Semua mata akan tertuju pada pertemuan kebijakan bank sentral minggu depan untuk petunjuk lebih lanjut tentang inflasi.
Sentimen konsumen AS juga membaik pada awal Maret ke level terkuat dalam satu tahun, sebuah survei oleh University of Michigan menunjukkan pada Jumat (12/3/2021).
Indeks Nasdaq secara khusus terpukul oleh aksi jual dalam beberapa pekan terakhir dan mengonfirmasi koreksi pada awal minggu karena investor bertukar saham teknologi bernilai tinggi dengan perusahaan energi, pertambangan dan industri yang siap untuk mendapatkan keuntungan lebih dari rebound ekonomi.
Kelompok saham yang terbang tinggi tetapi sensitif terhadap imbal hasil obligasi termasuk Facebook Inc, Apple Inc, Amazon.com Inc, Netflix Inc, induk Google Alphabet Inc, Tesla Inc, dan Microsoft Corp, yang memicu reli tahun lalu, jatuh.
Ulta Beauty Inc anjlok 8,4 persen setelah pengecer kosmetik itu memperkirakan pendapatan tahunannya di bawah perkiraan, karena permintaan untuk produk make-up berada di bawah tekanan akibat kebijakan kerja-dari-rumah yang diperpanjang.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021
Indeks Dow Jones Industrial Average terangkat 293,05 poin atau 0,90 persen menjadi ditutup pada 32.778,64 poin. Indeks S&P 500 menguat 4,00 poin atau 0,10 persen, menjadi menetap di 3.943,34 poin. Sementara itu, Indeks Komposit Nasdaq terpangkas 78,81 poin atau 0,59 persen, menjadi berakhir di 13.319,86 poin.
Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan sektor real estat menguat 1,5 persen, memimpin kenaikan. Sementara itu, sektor jasa komunikasi dan teknologi merosot masing-masing 0,9 persen dan 0,71 persen, merupakan dua kelompok yang menurun.
Untuk minggu ini, Indeks S&P terangkat 2,6 persen, Indeks Dow Jones melonjak 4,1 persen dan Indeks Nasdaq naik 3,1 persen. Bagi Indeks Dow Jones, itu adalah kenaikan mingguan terbesar sejak November.
Indeks Nasdaq jatuh setelah rebound lebih dari 6,0 persen selama tiga sesi terakhir karena kenaikan imbal hasil obligasi menghidupkan kembali kekhawatiran inflasi dan memperlemah daya tarik saham-saham teknologi dengan pertumbuhan tinggi.
Indeks S&P 500 dan Indeks Nasdaq membukukan kenaikan persentase mingguan terbesar sejak awal Februari setelah Presiden Joe Biden menandatangani undang-undang stimulus fiskal terbesar AS pada Kamis (11/3/2021) dan data memperkuat keyakinan bahwa ekonomi sedang menuju pemulihan dengan pertumbuhan tinggi.
Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS baru-baru ini telah menimbulkan kekhawatiran pelonggaran stimulus moneter secara tiba-tiba dan memberikan tekanan turun di Wall Street dalam beberapa pekan terakhir.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun yang menjadi acuan, mencapai 1,642 persen pada Jumat (12/3/2021), level tertinggi sejak Februari tahun lalu.
Boeing Co melonjak 6,82 persen mengangkat Indeks Dow Jones dan Indeks S&P 500 lebih tinggi. Meningkatnya Indeks Dow Jones dan anjloknya Indeks Nasdaq mencerminkan aksi jual yang sedang berlangsung di sektor teknologi, karena investor membeli saham-saham siklikal dan value stocks (saham-saham yang diperdagangkan pada harga lebih rendah dibandingkan fundamentalnya) yang diharapkan dapat membaik saat ekonomi pulih.
Agar saham-saham teknologi terus berkembang, Anda memerlukan suku bunga rendah, dan pada dasarnya pertumbuhan lebih lambat, kata Ketua dan Anggota Pengelola hedge fund Great Hill Capital LLC, Thomas Hayes.
Tetapi dengan paket stimulus ekonomi kemungkinan akan tumbuh sekitar 7,0 persen hingga 9,0 persen tahun ini dan menekan suku bunga, katanya.
“Itulah mengapa Anda melihat suku bunga naik hari ini karena pembukaan kembali terjadi lebih cepat dan lebih kuat dari yang diantisipasi. Dan saat itulah saham-saham siklikal dan value stocks serta saham yang sensitif secara ekonomi berkinerja lebih baik," kata Hayes.
Distribusi vaksin yang cepat dan lebih banyak bantuan fiskal telah memicu kekhawatiran akan meningkatnya inflasi meskipun ada jaminan dari Federal Reserve (Fed) untuk mempertahankan kebijakan yang akomodatif. Semua mata akan tertuju pada pertemuan kebijakan bank sentral minggu depan untuk petunjuk lebih lanjut tentang inflasi.
Sentimen konsumen AS juga membaik pada awal Maret ke level terkuat dalam satu tahun, sebuah survei oleh University of Michigan menunjukkan pada Jumat (12/3/2021).
Indeks Nasdaq secara khusus terpukul oleh aksi jual dalam beberapa pekan terakhir dan mengonfirmasi koreksi pada awal minggu karena investor bertukar saham teknologi bernilai tinggi dengan perusahaan energi, pertambangan dan industri yang siap untuk mendapatkan keuntungan lebih dari rebound ekonomi.
Kelompok saham yang terbang tinggi tetapi sensitif terhadap imbal hasil obligasi termasuk Facebook Inc, Apple Inc, Amazon.com Inc, Netflix Inc, induk Google Alphabet Inc, Tesla Inc, dan Microsoft Corp, yang memicu reli tahun lalu, jatuh.
Ulta Beauty Inc anjlok 8,4 persen setelah pengecer kosmetik itu memperkirakan pendapatan tahunannya di bawah perkiraan, karena permintaan untuk produk make-up berada di bawah tekanan akibat kebijakan kerja-dari-rumah yang diperpanjang.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2021