Sekolah Adiwiyata mungkin istilah yang tidak asing bagi sebagian masyarakat Indonesia khususnya dari kalangan pendidik. Program yang diluncurkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak 2006, telah mencatatkan kesuksesan yang patut diapresiasi semua pihak.
Ya, program ini tidak hanya memiliki tujuan untuk mendidik anak-anak menjadi generasi yang cerdas, tetapi generasi yang memiliki karakter khususnya dalam melestarikan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Sejak diluncurkan pada 2006, program sekolah adiwiyata telah berkontribusi mengurangi sampah sebanyak 38.745 ton, menanam sebanyak 322.875 pohon dan tanaman, membuat dan merawat biopori sebanyak 64.575, serta membuat sumur resapan air hujan sebanyak 12.915 buah.
Sebuah capaian yang luar biasa dan patut diacungi jempol! Sekolah adiwiyata (green school) adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang memiliki tujuan untuk mendorong terciptanya pengetahuan serta juga kesadaran warga sekolah dalam pelestarian lingkungan hidup. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata menyatakan bahwa sekolah adiwiyata merupakan sekolah yang peduli serta berbudaya lingkungan dan juga program adiwiyata ialah suatu program untuk dapat mewujudkan sekolah yang peduli serta
juga berbudaya lingkungan.
Sekolah adiwiyata menekankan pada pendidikan karakter yang menjadi sebuah kata kunci penting
bagi generasi masa depan Indonesia untuk memiliki pemahaman wawasan lingkungan yang tinggi.
Jika saat ini anak-anak telah diajarkan bagaimana mengelola sampah dan merawat lingkungan di
sekitarnya, maka tidak kalah penting untuk mengedukasi anak-anak sejak dini mengenai pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Akan lebih baik jika pencegahan karhutla menjadi materi yang diajarkan di sekolah-sekolah pada area rawan kebakaran misalnya di Sumatera dan Kalimantan dan menjadi materi pengayaan ekoliterasi untuk program Sekolah Adiwiyata. Ketika Jepang sudah sejak lama mengedukasi siswa mereka mengenai tanggap bencana gempa bumi dan tsunami, pola seperti ini bisa diterapkan juga di Indonesia untuk pencegahan karhutla melaui adiwiyata.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Manggala Agni telah turun ke sekolahsekolah untuk terlibat langsung dengan para siswa dan guru memberikan edukasi pencegahan karhutla. Anak-anak diperkenalkan berbagai perlengkapan pemadam kebakaran (damkar), cara memadamkan api, maupun bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat karhutla.
Edukasi pencegahan karhutla tidak hanya mengedukasi anak-anak untuk menjaga lingkungan, tetapi juga menjadi pendidikan karakter yang penting bagi perkembangan anak-anak. Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat menghantarkan anak pada kematangan mengolah emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak usia dini menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan, baik secara akademis maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mewujudkan anak Indonesia yang cerdas dan berkarakter memang buklanlah hal yang mudah, apalagi ketika mengajak anak-anak memahami pentingnya mencegah karhutla. Materi pencegahan karhutla menjadi cukup berat dipahami terutama oleh anak-anak kelas kecil (taman kanak-kanak dan kelas 1-3 sekolah dasar).
Diperlukan sebuah metode edukasi yang tepat agar mereka dapat memahami pencegahan karhutla dengan mudah. Metode edukasi bagi kelas besar (kelas 4-6 sekolah dasar, SMP, SMA) tentu akan berbeda dan lebih kompleks dibandingakan dengan kelas kecil. Tenaga
pengajar atau pun fasilitator perlu memperhatikan dengan cermat pola edukasi yang diterapkan.
Peran guru sebagai sumber utama informasi siswa di sekolah menjadi sangat penting. Namun, kita tidak dapat serta merta menyerahkan semua tanggung jawab kepada para guru untuk mengedukasi anak-anak kita. Guru pun memiliki keterbatasan misalnya dalam menyampaikan materi-materi non akademik maupun materi dan alat peraga untuk mendukung proses belajar mengajar.
Untuk itulah peran serta pihak lain seperti pemerintah, media, lembaga swadaya masyarakat, maupun swasta seperti Sinar Mas Agribusiness and Food penting untuk ambil bagian dalam ekoliterasi pencegahan karhutla.
Seperti peribahasa mengatakan ‘berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’, menjadi sebuah
perumpamaan bahwa mencapai tujuan bersama menciptakan generasi berkarater dan berwawasan lingkungan, semua pihak perlu bekerja sama. Baru-baru ini Badan Restorasi Gambut (BRG) Nasional bekerja sama dengan Sinar Mas Agribusiness and Food juga menggelar pelatihan Da’i Peduli Gambut di Kalimantan Barat di mana tokoh agama ambil bagian dalam misi penting menjaga gambut sehingga Indonesia terhindar dari ancaman karhutla.
Untuk mendukung upaya ini, Sinar Mas Agribusiness and Food meluncurkan kampanye pencegahan karhutla di sekolah-sekolah melalui peluncuran buku cerita Rumbun dan Sahabat Rimba sejak Februari 2020. Buku cerita ini diharapkan menjadi sebuah materi yang dapat digunakan oleh para guru sebagai bahan mengajar di sekolah mengenai pencegahan karhutla.
Sebanyak 5.800 buku cerita telah didistribusikan ke sekolah-sekolah yang berada di area rawan kebakaran di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Selain itu, lokakarya virtual juga diselenggarakan untuk membekali para guru dengan teknik mengajar yang mudah dipahami para siswa dalam menyampaikan pesan pencegahan karhutla.
Lokakarya ini diikuti lebih dari 400 guru di tanah air. Materi edukasi lain seperti video
animasi, podcast, dan presentasi pencegahan karhutla bagi siswa SMP dan SMA juga bisa didapatkan secara gratis melalui laman edukasi pencegahan karhutla.
Ekoliterasi pencegahan karhutla merupakan sebuah investasi jangka panjang dan memerlukan proses serta waktu yang tidak singkat. Konsistensi semua pihak mulai dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, pemerintah, dan swasta sangat diperlukan untuk terus mengingatkan anak-anak mencegah karhutla. Pihak-pihak inilah yang akan menjadi motor untuk mewujudkan generasi yang cerdas, berkarakter, serta berwawasan lingkungan. Tentu kita berharap bersama bahwa upaya edukasi pencegahan karhutla ini dapat diperluas ke seluruh pelosok tanah air terutama area-area yang memiliki tingkat risiko kebakaran yang tinggi.
*) Agus Purnomo adalah Managing Director Sustainability, Sinar Mas Agribusiness and Food
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Ya, program ini tidak hanya memiliki tujuan untuk mendidik anak-anak menjadi generasi yang cerdas, tetapi generasi yang memiliki karakter khususnya dalam melestarikan lingkungan yang ada di sekitar mereka. Sejak diluncurkan pada 2006, program sekolah adiwiyata telah berkontribusi mengurangi sampah sebanyak 38.745 ton, menanam sebanyak 322.875 pohon dan tanaman, membuat dan merawat biopori sebanyak 64.575, serta membuat sumur resapan air hujan sebanyak 12.915 buah.
Sebuah capaian yang luar biasa dan patut diacungi jempol! Sekolah adiwiyata (green school) adalah salah satu program Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang memiliki tujuan untuk mendorong terciptanya pengetahuan serta juga kesadaran warga sekolah dalam pelestarian lingkungan hidup. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor 05 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Adiwiyata menyatakan bahwa sekolah adiwiyata merupakan sekolah yang peduli serta berbudaya lingkungan dan juga program adiwiyata ialah suatu program untuk dapat mewujudkan sekolah yang peduli serta
juga berbudaya lingkungan.
Sekolah adiwiyata menekankan pada pendidikan karakter yang menjadi sebuah kata kunci penting
bagi generasi masa depan Indonesia untuk memiliki pemahaman wawasan lingkungan yang tinggi.
Jika saat ini anak-anak telah diajarkan bagaimana mengelola sampah dan merawat lingkungan di
sekitarnya, maka tidak kalah penting untuk mengedukasi anak-anak sejak dini mengenai pencegahan kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Akan lebih baik jika pencegahan karhutla menjadi materi yang diajarkan di sekolah-sekolah pada area rawan kebakaran misalnya di Sumatera dan Kalimantan dan menjadi materi pengayaan ekoliterasi untuk program Sekolah Adiwiyata. Ketika Jepang sudah sejak lama mengedukasi siswa mereka mengenai tanggap bencana gempa bumi dan tsunami, pola seperti ini bisa diterapkan juga di Indonesia untuk pencegahan karhutla melaui adiwiyata.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Manggala Agni telah turun ke sekolahsekolah untuk terlibat langsung dengan para siswa dan guru memberikan edukasi pencegahan karhutla. Anak-anak diperkenalkan berbagai perlengkapan pemadam kebakaran (damkar), cara memadamkan api, maupun bahaya-bahaya yang ditimbulkan akibat karhutla.
Edukasi pencegahan karhutla tidak hanya mengedukasi anak-anak untuk menjaga lingkungan, tetapi juga menjadi pendidikan karakter yang penting bagi perkembangan anak-anak. Pendidikan karakter pada anak usia dini dapat menghantarkan anak pada kematangan mengolah emosi. Kecerdasan emosi adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak usia dini menyongsong masa depan yang penuh dengan tantangan, baik secara akademis maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mewujudkan anak Indonesia yang cerdas dan berkarakter memang buklanlah hal yang mudah, apalagi ketika mengajak anak-anak memahami pentingnya mencegah karhutla. Materi pencegahan karhutla menjadi cukup berat dipahami terutama oleh anak-anak kelas kecil (taman kanak-kanak dan kelas 1-3 sekolah dasar).
Diperlukan sebuah metode edukasi yang tepat agar mereka dapat memahami pencegahan karhutla dengan mudah. Metode edukasi bagi kelas besar (kelas 4-6 sekolah dasar, SMP, SMA) tentu akan berbeda dan lebih kompleks dibandingakan dengan kelas kecil. Tenaga
pengajar atau pun fasilitator perlu memperhatikan dengan cermat pola edukasi yang diterapkan.
Peran guru sebagai sumber utama informasi siswa di sekolah menjadi sangat penting. Namun, kita tidak dapat serta merta menyerahkan semua tanggung jawab kepada para guru untuk mengedukasi anak-anak kita. Guru pun memiliki keterbatasan misalnya dalam menyampaikan materi-materi non akademik maupun materi dan alat peraga untuk mendukung proses belajar mengajar.
Untuk itulah peran serta pihak lain seperti pemerintah, media, lembaga swadaya masyarakat, maupun swasta seperti Sinar Mas Agribusiness and Food penting untuk ambil bagian dalam ekoliterasi pencegahan karhutla.
Seperti peribahasa mengatakan ‘berat sama dipikul, ringan sama dijinjing’, menjadi sebuah
perumpamaan bahwa mencapai tujuan bersama menciptakan generasi berkarater dan berwawasan lingkungan, semua pihak perlu bekerja sama. Baru-baru ini Badan Restorasi Gambut (BRG) Nasional bekerja sama dengan Sinar Mas Agribusiness and Food juga menggelar pelatihan Da’i Peduli Gambut di Kalimantan Barat di mana tokoh agama ambil bagian dalam misi penting menjaga gambut sehingga Indonesia terhindar dari ancaman karhutla.
Untuk mendukung upaya ini, Sinar Mas Agribusiness and Food meluncurkan kampanye pencegahan karhutla di sekolah-sekolah melalui peluncuran buku cerita Rumbun dan Sahabat Rimba sejak Februari 2020. Buku cerita ini diharapkan menjadi sebuah materi yang dapat digunakan oleh para guru sebagai bahan mengajar di sekolah mengenai pencegahan karhutla.
Sebanyak 5.800 buku cerita telah didistribusikan ke sekolah-sekolah yang berada di area rawan kebakaran di Sumatera, Kalimantan dan Papua. Selain itu, lokakarya virtual juga diselenggarakan untuk membekali para guru dengan teknik mengajar yang mudah dipahami para siswa dalam menyampaikan pesan pencegahan karhutla.
Lokakarya ini diikuti lebih dari 400 guru di tanah air. Materi edukasi lain seperti video
animasi, podcast, dan presentasi pencegahan karhutla bagi siswa SMP dan SMA juga bisa didapatkan secara gratis melalui laman edukasi pencegahan karhutla.
Ekoliterasi pencegahan karhutla merupakan sebuah investasi jangka panjang dan memerlukan proses serta waktu yang tidak singkat. Konsistensi semua pihak mulai dari orang tua, guru, tokoh masyarakat, pemerintah, dan swasta sangat diperlukan untuk terus mengingatkan anak-anak mencegah karhutla. Pihak-pihak inilah yang akan menjadi motor untuk mewujudkan generasi yang cerdas, berkarakter, serta berwawasan lingkungan. Tentu kita berharap bersama bahwa upaya edukasi pencegahan karhutla ini dapat diperluas ke seluruh pelosok tanah air terutama area-area yang memiliki tingkat risiko kebakaran yang tinggi.
*) Agus Purnomo adalah Managing Director Sustainability, Sinar Mas Agribusiness and Food
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020