Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi, ancaman banjir yang melanda sejumlah wilayah di Sumatera Utara (Sumut) semakin berkurang akibat puncak musim penghujan berakhir di Desember tahun ini.
"Karena memang di Sumut sendiri cuma dua bulan, yakni Oktober dan November merupakan puncak hujan. Jadi banyak hujannya," ujar Forecaster on Duty Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I-Medan, Nora Sinaga di Medan, Ahad.
Meski demikian, lanjutnya, bukan berarti sejumlah wilayah di provinsi utara di Pulau Sumatera ini bakal terbebas dari potensi banjir dan longsor, akibat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang.
Peristiwa banjir dan longsor tidak sesering dalam dua bulan terakhir di puncak musim hujan, karena disebabkan letak, dan antara wilayah timur dengan wilayah barat di Sumut yang sangat berbeda.
"Kita lihat radar, beberapa daerah curah hujan lebih tinggi yang bisa sebabkan banjir dan longsor. Namun di daerah lain ada yang normal, bahkan curah hujannya belum melampaui batas normal," terang dia.
"Kalau prediksi kita tetap ada di Desember, karena memang kumulatif dari curah hujan di November ini. Tapi tidak sebesar di November," tegasnya lagi.
Ia menerangkan, pekan depan suhu udara di wilayah Sumut terasa lebih dingin malam hari yang menyentuh angka 17 derajat selsius, sedangkan siang hari 32 derajat selsius dengan kelembaban udara berkisar 60 hingga 98 persen.
Secara umum angin bergerak dari arah barat laut menuju tenggara dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 10 hingga 20 kilometer per jam.
"Untuk prakiraan gelombang laut di perairan Sumut meliputi Nias - Sibolga, dan Samudera Hindia barat Nias masing-masing 1,5 hingga 2,5 meter," ungkap Nora.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Karena memang di Sumut sendiri cuma dua bulan, yakni Oktober dan November merupakan puncak hujan. Jadi banyak hujannya," ujar Forecaster on Duty Balai Besar Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Wilayah I-Medan, Nora Sinaga di Medan, Ahad.
Meski demikian, lanjutnya, bukan berarti sejumlah wilayah di provinsi utara di Pulau Sumatera ini bakal terbebas dari potensi banjir dan longsor, akibat hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai petir dan angin kencang.
Peristiwa banjir dan longsor tidak sesering dalam dua bulan terakhir di puncak musim hujan, karena disebabkan letak, dan antara wilayah timur dengan wilayah barat di Sumut yang sangat berbeda.
"Kita lihat radar, beberapa daerah curah hujan lebih tinggi yang bisa sebabkan banjir dan longsor. Namun di daerah lain ada yang normal, bahkan curah hujannya belum melampaui batas normal," terang dia.
"Kalau prediksi kita tetap ada di Desember, karena memang kumulatif dari curah hujan di November ini. Tapi tidak sebesar di November," tegasnya lagi.
Ia menerangkan, pekan depan suhu udara di wilayah Sumut terasa lebih dingin malam hari yang menyentuh angka 17 derajat selsius, sedangkan siang hari 32 derajat selsius dengan kelembaban udara berkisar 60 hingga 98 persen.
Secara umum angin bergerak dari arah barat laut menuju tenggara dengan kecepatan rata-rata berkisar antara 10 hingga 20 kilometer per jam.
"Untuk prakiraan gelombang laut di perairan Sumut meliputi Nias - Sibolga, dan Samudera Hindia barat Nias masing-masing 1,5 hingga 2,5 meter," ungkap Nora.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020