Neraca perdagangan Sumatera Utara dengan Jepang hingga Juli 2020 tercatat surplus 188,053 juta dolar AS,didorong antara lain oleh kenaikan ekspor kelompok minyak nabati dan karet.

"Nilai ekspor Sumut ke Jepang hingga Juli 2020 sudah 234,756 juta dolar AS, sedangkan impor hanya 46,703 juta dolar AS," ujar Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, Syech Suhaimi, di Medan, Selasa.

Menurut data, di saat pandemi COVID-19 nilai ekspor Sumut ke Jepang tetap lebih besar dari impor.

Baca juga: Neraca perdagangan Sumut dengan India surplus 248,665 juta dolar AS

Pada Juli, misalnya, nilai ekspor Sumut ke Jepang sebanyak 27,701 juta dolar AS sementara impor 5,356 juta dolar AS.

"Peningkatan ekspor didorong kenaikan penjualan golongan barang minyak hewan/nabati yakni crude palm oil dan produk turunannya serta karet dan barang dari karet," ujarnya.

Jepang juga tercatat sebagai salah satu negara pengimpor terbesar udang dan ikan dari Sumut.

Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Derom Bangun, mengakui Jepang semakin tertarik membeli CPO dan produk turunan sawit dari Indonesia termasuk Sumut yang tercatat sebagai salah satu produsen terbesar CPO nasional.

Jepang, misalnya sudah menegaskan kebutuhan yang besar pada bahan bakar biomassa untuk peningkatan produksi listrik dengan cara produksi energi yang baru dan terbarukan.

Sumut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan Jepang yang bahkan tertarik dengan pelet ikan dari bahan limbah sawit

"Potensi ekspor produk olahan minyak sawit memang masih cukup besar ke Jepang," katanya.

Pewarta: Evalisa Siregar

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020