Inflasi di Sumatera pada tahun 2020 diprakirakan relatif akan melambat dibandingkan 2019 atau hanya pada kisaran 1,9 sampai 2,3 persen.
"Pada 2019 inflasi di Sumatera sebesar 2,23 persen," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, di Medan, Sabtu.
Penurunan inflasi di Sumatera pada 2020, katanya, didorong melemahnya inflasi di semua provinsi sebagai dampak penurunan harga berbagai barang dan daya beli yang menurun akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: BI minta Pemprov Sumut jaga ketahanan pangan di era normal baru
Meski demikian, beberapa komoditas seperti harga bahan pokok serta rokok dan emas tetap perlu diperhatikan karena bisa mendorong kenaikan inflasi.
"Harga bahan makanan diprakirakan
masih mengalami inflasi, namun relatif sedikit melambat dibandingkan 2019," katanya.
Baca juga: Inflasi Sumut pada 2020 diperkirakan di kisaran 2,6-3 persen
Wiwiek menjelaskan, ada beberapa ancaman atau risiko terhadap kenaikan inflasi. Mulai dari transmisi kenaikan cukai dan harga jual eceran rokok yang melebihi transmisi historis yang
dapat menyebabkan harga berbagai jenis rokok meningkat lebih tinggi lagi.
Kemudian, penyesuaian tarif transportasi daring dari penyedia jasa di luar prakiraan sebelumnya, juga dapat menambah tekanan bagi inflasi.
Termasuk anomali cuaca, khususnya curah hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dari historis yang berisiko meningkatkan inflasi bahan makanan.
"Kondisi ekonomi global yang berisiko semakin tidak menentu juga dapat menambah tekanan pada inflasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
"Pada 2019 inflasi di Sumatera sebesar 2,23 persen," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Sumut, Wiwiek Sisto Widayat, di Medan, Sabtu.
Penurunan inflasi di Sumatera pada 2020, katanya, didorong melemahnya inflasi di semua provinsi sebagai dampak penurunan harga berbagai barang dan daya beli yang menurun akibat pandemi COVID-19.
Baca juga: BI minta Pemprov Sumut jaga ketahanan pangan di era normal baru
Meski demikian, beberapa komoditas seperti harga bahan pokok serta rokok dan emas tetap perlu diperhatikan karena bisa mendorong kenaikan inflasi.
"Harga bahan makanan diprakirakan
masih mengalami inflasi, namun relatif sedikit melambat dibandingkan 2019," katanya.
Baca juga: Inflasi Sumut pada 2020 diperkirakan di kisaran 2,6-3 persen
Wiwiek menjelaskan, ada beberapa ancaman atau risiko terhadap kenaikan inflasi. Mulai dari transmisi kenaikan cukai dan harga jual eceran rokok yang melebihi transmisi historis yang
dapat menyebabkan harga berbagai jenis rokok meningkat lebih tinggi lagi.
Kemudian, penyesuaian tarif transportasi daring dari penyedia jasa di luar prakiraan sebelumnya, juga dapat menambah tekanan bagi inflasi.
Termasuk anomali cuaca, khususnya curah hujan dengan intensitas yang lebih tinggi dari historis yang berisiko meningkatkan inflasi bahan makanan.
"Kondisi ekonomi global yang berisiko semakin tidak menentu juga dapat menambah tekanan pada inflasi," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020