Sekitar empat puluh tahun lalu, Jumat, 14 Maret 1980, Wakil Presiden pertama RI Mohammad Hatta, wafat dalam usia 77 tahun.
Sepanjang hidupnya, tokoh kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, tersebut berjuang demi kesejahteraan bangsa Indonesia. Bung Hatta dikenal luas sebagai sosok yang cerdas, tekun, pendiam, tepat waktu, jujur, dan hidup sederhana.
Dalam perjuangannya membela bangsa dan negara, Bung Hatta pernah diasingkan oleh kolonial Belada ke Boven Digul, Papua tahun 1935, kemudian tahun 1936 dipindahkan lagi ke Banda Neira di Maluku. Terakhir, sempat juga diasingkan ke Sukabumi, Jawa Barat pada 1 Februari 1942 dalam rangka mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan RI.
Setelah tidak lagi menjadi Wakil Presiden RI, pada tahun 1956, Bung Hatta memilih tinggal di rumah sederhana yang beralamat di Jl. Diponegoro 57, Jakarta, hingga akhir hayatnya.
Hingga saat ini, rumah hunian yang menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan Bung Hatta tersebut, masih berdiri tegak meskipun sudah pasti lapuk di makan usia.
Untuk itulah, Forum Komunikasi Koperasi Besar Indonesia (Forkom KBI) berinisiatif untuk melakukan renovasi rumah tinggal Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia, yang berada di Jl Diponegoro 57, Jakarta Pusat itu.
Ketua Umum Pusat Koperasi Pegawai RI DKI Jakarta, Hasanuddin Bsy sebagai salah satu anggota Forkom KBI dalam keterangannya, di Jakarta, Sabtu (20//2020), mengatakan rumah yang mulai dihuni oleh Bung Hatta sejak 1943 itu, saat ini kondisinya memprihatinkan di mana sejumlah tiang dan bangunannya mulai rapuh.
“Sayangnya belum ada pihak yang tergerak untuk memperbaiki rumah Wakil Presiden RI pertama dan juga salah satu proklamator kemerdekaan Republik Indonesia ini,” katanya.
Ia bersama rekan-rekannya pun tergugah dan merasa prihatin dengan kondisi rumah bersejarah yang berada di jalan utama ibu kota itu.
Hasanuddin dan Sekjen Forkom KBI Irsyad Muchtar kemudian mengajak rekan-rekan koperasi yang tergabung dalam Forkom KBI menghimpun dana untuk merenovasi rumah bergaya arsitektur Indische itu hingga terkumpul dana sebesar Rp825 juta. Rencana renovasi rumah itu agak tertunda seiring adanya pandemi COVID-19.
“Renovasi rumah Bung Hatta adalah manifestasi dari rasa terima kasih kita terhadap Bung Hatta, yang tidak hanya tokoh sejarah tetapi beliau juga mewariskan ilmu koperasi kepada anak bangsa ini,” kata Hasanuddin saat menyerahkan bantuan renovasi kepada keluarga alm Bung Hatta, di Rumah Bung Hatta Jl Diponegoro 57 Jakarta Pusat, Sabtu (20/6).
Hasanuddin mengatakan untuk merenovasi rumah Bung Hatta membutuhkan biaya yang relatif besar, apalagi lokasinya berada di jalur utama yang dipadati perkantoran dan rumah tinggal para duta besar mancanegara.
“Dana ini hanya inisiasi awal, dan tentunya nanti bakal ada pihak lain yang tergerak untuk ikut bersama-sama membantu penyelesaian rumah tokoh nasional yang kita cintai ini,” tutur Hasanuddin.
Sekjen Forkom KBI Irsyad Muchtar menambahkan, jika kondisi ibu kota sudah normal dari ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), rencana renovasi dijadwalkan akan dimulai pada awal Juli 2020.
Putri tertua Bung Hatta, Prof DR Mutia Hatta didamping suaminya, Prof DR Sri Edi Swasono beserta dua putri Bung Hatta lainnya, Gemala Hatta dan Halida Hatta menyambut baik keinginan para pegiat koperasi.
Dalam sambutannya, Mutia Hatta terharu karena justru insan koperasi yang tergerak dan peduli untuk merenovasi rumah bersejarah Bung Hatta.
“Saya bersama keluarga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebaikan dari Forkom KBI. Kami sampai sekarang memang belum merenovasi rumah ini. Kalau di lihat ini di lantai atas sudah mulai bocor, kabel ada kuno, ubin sudah retak,” kata Mutia Hatta.
Renovasi
Rumah Bung Hatta dibangun pada 1930 dan pertama kali direnovasi pada 1957 oleh seorang ahli beton. Rumah seluas kurang lebih 1.000 meter itu memiliki dua lantai.
Di dalam rumah tersebut, terdapat tiga sekat ruang. Sekat pertama adalah diperuntukan untuk ruang kerja Bung Hatta, ruang tamu, dan toilet yang berada di tembok yang dipasangi lukisan yang biasa disebut Hatta 'Cah Angon dan Kerbau'. Toilet tampak apik dan kering tanda jarang digunakan.
Sekat kedua terdapat ruang tidur. Di luar ruangan terdapat beberapa kursi tempo dulu yang berjajar kiri ke kanan yang biasa digunakan untuk jamuan tamu Bung Hatta. Sementara sekat ketiga menjadi ruang santai dan ruang makan Bung Hatta beserta keluarga. Ketiga sekat tersebut memiliki akses masuk. Namun, hanya pintu di sekat ketiga yang selalu terbuka. Selebihnya terkunci rapat setiap hari.
“Beberapa waktu lalu sebelum ada COVID-19, pernah didatangi sekitar 20 orang rumah ini sampai penuh. Tadinya kami pikir mau direnovasi tapi belakangan mereka mau beli. Tapi dari keluarga, anak dan cucu-cucu Bung Hatta tidak mau,” ujar Sri Edi Swasono
Gayung bersambut, pada 8 Maret 2020, Forkom KBI yang diwakili sejumlah pengurus koperasi yang berdomisili di wilayah Jabodetabek berkunjung ke rumah Diponegoro 57 untuk bersilaturahmi dan menyampaikan rencana renovasi kepada keluarga alm Bung Hatta.
Forkom KBI merupakan wadah berkumpul koperasi yang tergolong besar dari sisi aset, omset dan jumlah anggota. Keanggotaannya tersebar di berbagai pelosok tanah air.
Sejumlah koperasi yang ikut memberikan donasi renovasi rumah Bung Hatta antara lain Induk Koperasi Pegawai Republik Indonesia, Kospin Jasa Pekalongan, Kopsyah Benteng Mikro Indonesia Tangerang, KSP Sejahtera Bersama Bogor, Pusat Koperasi Pegawai RI DKI Jakarta, Koperasi Pegawai Pemda DKI Jakarta (KPPD), KSP Makmur Mandiri Bekasi, KSP Utama Karya Jepara, dan KSP Kodanua Jakarta.
Selain itu, Kopkar Tankers Perkapalan Pertamina Jakarta, Koperasi Garuda Maintenace Facility (GMF) Aero Asia Tangerang, Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya, Koperasi Awak Pesawat Garuda Indonesia (KOAPGI) Tangerang, Koperasi Telekomunikasi Selular (KISEL) Jakarta, Koperasi Setia Budi Wanita Malang, Koperasi Peternak Susu Bandung Selatan (KPBS), Koperasi Serba Usaha Tunas Jaya, Koperasi Simpan Pinjam Kowika Jaya, dan donatur-donatur pribadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020
Sepanjang hidupnya, tokoh kelahiran Bukittinggi, Sumatra Barat, tersebut berjuang demi kesejahteraan bangsa Indonesia. Bung Hatta dikenal luas sebagai sosok yang cerdas, tekun, pendiam, tepat waktu, jujur, dan hidup sederhana.
Dalam perjuangannya membela bangsa dan negara, Bung Hatta pernah diasingkan oleh kolonial Belada ke Boven Digul, Papua tahun 1935, kemudian tahun 1936 dipindahkan lagi ke Banda Neira di Maluku. Terakhir, sempat juga diasingkan ke Sukabumi, Jawa Barat pada 1 Februari 1942 dalam rangka mempersiapkan Proklamasi Kemerdekaan RI.
Setelah tidak lagi menjadi Wakil Presiden RI, pada tahun 1956, Bung Hatta memilih tinggal di rumah sederhana yang beralamat di Jl. Diponegoro 57, Jakarta, hingga akhir hayatnya.
Hingga saat ini, rumah hunian yang menjadi salah satu saksi sejarah perjalanan Bung Hatta tersebut, masih berdiri tegak meskipun sudah pasti lapuk di makan usia.
Untuk itulah, Forum Komunikasi Koperasi Besar Indonesia (Forkom KBI) berinisiatif untuk melakukan renovasi rumah tinggal Bung Hatta, Bapak Koperasi Indonesia, yang berada di Jl Diponegoro 57, Jakarta Pusat itu.
Ketua Umum Pusat Koperasi Pegawai RI DKI Jakarta, Hasanuddin Bsy sebagai salah satu anggota Forkom KBI dalam keterangannya, di Jakarta, Sabtu (20//2020), mengatakan rumah yang mulai dihuni oleh Bung Hatta sejak 1943 itu, saat ini kondisinya memprihatinkan di mana sejumlah tiang dan bangunannya mulai rapuh.
“Sayangnya belum ada pihak yang tergerak untuk memperbaiki rumah Wakil Presiden RI pertama dan juga salah satu proklamator kemerdekaan Republik Indonesia ini,” katanya.
Ia bersama rekan-rekannya pun tergugah dan merasa prihatin dengan kondisi rumah bersejarah yang berada di jalan utama ibu kota itu.
Hasanuddin dan Sekjen Forkom KBI Irsyad Muchtar kemudian mengajak rekan-rekan koperasi yang tergabung dalam Forkom KBI menghimpun dana untuk merenovasi rumah bergaya arsitektur Indische itu hingga terkumpul dana sebesar Rp825 juta. Rencana renovasi rumah itu agak tertunda seiring adanya pandemi COVID-19.
“Renovasi rumah Bung Hatta adalah manifestasi dari rasa terima kasih kita terhadap Bung Hatta, yang tidak hanya tokoh sejarah tetapi beliau juga mewariskan ilmu koperasi kepada anak bangsa ini,” kata Hasanuddin saat menyerahkan bantuan renovasi kepada keluarga alm Bung Hatta, di Rumah Bung Hatta Jl Diponegoro 57 Jakarta Pusat, Sabtu (20/6).
Hasanuddin mengatakan untuk merenovasi rumah Bung Hatta membutuhkan biaya yang relatif besar, apalagi lokasinya berada di jalur utama yang dipadati perkantoran dan rumah tinggal para duta besar mancanegara.
“Dana ini hanya inisiasi awal, dan tentunya nanti bakal ada pihak lain yang tergerak untuk ikut bersama-sama membantu penyelesaian rumah tokoh nasional yang kita cintai ini,” tutur Hasanuddin.
Sekjen Forkom KBI Irsyad Muchtar menambahkan, jika kondisi ibu kota sudah normal dari ketentuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), rencana renovasi dijadwalkan akan dimulai pada awal Juli 2020.
Putri tertua Bung Hatta, Prof DR Mutia Hatta didamping suaminya, Prof DR Sri Edi Swasono beserta dua putri Bung Hatta lainnya, Gemala Hatta dan Halida Hatta menyambut baik keinginan para pegiat koperasi.
Dalam sambutannya, Mutia Hatta terharu karena justru insan koperasi yang tergerak dan peduli untuk merenovasi rumah bersejarah Bung Hatta.
“Saya bersama keluarga mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya atas kebaikan dari Forkom KBI. Kami sampai sekarang memang belum merenovasi rumah ini. Kalau di lihat ini di lantai atas sudah mulai bocor, kabel ada kuno, ubin sudah retak,” kata Mutia Hatta.
Renovasi
Rumah Bung Hatta dibangun pada 1930 dan pertama kali direnovasi pada 1957 oleh seorang ahli beton. Rumah seluas kurang lebih 1.000 meter itu memiliki dua lantai.
Di dalam rumah tersebut, terdapat tiga sekat ruang. Sekat pertama adalah diperuntukan untuk ruang kerja Bung Hatta, ruang tamu, dan toilet yang berada di tembok yang dipasangi lukisan yang biasa disebut Hatta 'Cah Angon dan Kerbau'. Toilet tampak apik dan kering tanda jarang digunakan.
Sekat kedua terdapat ruang tidur. Di luar ruangan terdapat beberapa kursi tempo dulu yang berjajar kiri ke kanan yang biasa digunakan untuk jamuan tamu Bung Hatta. Sementara sekat ketiga menjadi ruang santai dan ruang makan Bung Hatta beserta keluarga. Ketiga sekat tersebut memiliki akses masuk. Namun, hanya pintu di sekat ketiga yang selalu terbuka. Selebihnya terkunci rapat setiap hari.
“Beberapa waktu lalu sebelum ada COVID-19, pernah didatangi sekitar 20 orang rumah ini sampai penuh. Tadinya kami pikir mau direnovasi tapi belakangan mereka mau beli. Tapi dari keluarga, anak dan cucu-cucu Bung Hatta tidak mau,” ujar Sri Edi Swasono
Gayung bersambut, pada 8 Maret 2020, Forkom KBI yang diwakili sejumlah pengurus koperasi yang berdomisili di wilayah Jabodetabek berkunjung ke rumah Diponegoro 57 untuk bersilaturahmi dan menyampaikan rencana renovasi kepada keluarga alm Bung Hatta.
Forkom KBI merupakan wadah berkumpul koperasi yang tergolong besar dari sisi aset, omset dan jumlah anggota. Keanggotaannya tersebar di berbagai pelosok tanah air.
Sejumlah koperasi yang ikut memberikan donasi renovasi rumah Bung Hatta antara lain Induk Koperasi Pegawai Republik Indonesia, Kospin Jasa Pekalongan, Kopsyah Benteng Mikro Indonesia Tangerang, KSP Sejahtera Bersama Bogor, Pusat Koperasi Pegawai RI DKI Jakarta, Koperasi Pegawai Pemda DKI Jakarta (KPPD), KSP Makmur Mandiri Bekasi, KSP Utama Karya Jepara, dan KSP Kodanua Jakarta.
Selain itu, Kopkar Tankers Perkapalan Pertamina Jakarta, Koperasi Garuda Maintenace Facility (GMF) Aero Asia Tangerang, Koperasi Setia Bhakti Wanita Surabaya, Koperasi Awak Pesawat Garuda Indonesia (KOAPGI) Tangerang, Koperasi Telekomunikasi Selular (KISEL) Jakarta, Koperasi Setia Budi Wanita Malang, Koperasi Peternak Susu Bandung Selatan (KPBS), Koperasi Serba Usaha Tunas Jaya, Koperasi Simpan Pinjam Kowika Jaya, dan donatur-donatur pribadi.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2020