Penyaluran kredit perbankan di Sumatera Utara hingga Oktober 2019 tumbuh melambat atau mencapai 2,62 persen secara year on year.
"Pertumbuhan kredit perbankan di Sumut yang melambat itu juga di bawah angka nasional yang tumbuh sekitar 6,43 persen (yoy)," ujar Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori di Medan, Jumat.
Menurut dia, perlambatan kredit itu khususnya menjelang akhir tahun dampak krisis global yang masih berlangsung.
Yusup menyebutkan, secara riil, pertumbuhan undisbursed loan sebesar 4,63 persen secara ytd mencerminkan bahwa sektor riil (nasabah/debitur) masih cenderung menahan dan menunda pencairan/penggunaan dana kredit.
Pertumbuhan yang melambat pada penyaluran kredit modal kerja, katanya, bersumber dari sektor industri pengolahan, dan perdagangan besar dan eceran.
Perlambatan penyaluran kredit di sektor industri pengolahan sendiri bersumber dari perlambatan serapan kredit di sub sektor pengolahan tepung/ikan dan bahan-bahan kimia.
Sementara itu, perlambatan penyaluran kredit di sektor perdagangan besar dan eceran didorong oleh kelesuan perdagangan makanan/minuman/tembakau.
Yusup mengakui, pertumbuhan yang melambat itu juga terjadi pada kredit di perusahaan pembiayaan.
Hingga September, pertumbuhannya hanya sebesar 3,54 persen (ytd).
"Namun, walau melambat, jumlah kredit macet atau NPL (non performing loan) masih dapat ditahan dengan baik di angka 3,39 persen," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019
"Pertumbuhan kredit perbankan di Sumut yang melambat itu juga di bawah angka nasional yang tumbuh sekitar 6,43 persen (yoy)," ujar Kepala Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kantor Regional 5 Sumbagut, Yusup Ansori di Medan, Jumat.
Menurut dia, perlambatan kredit itu khususnya menjelang akhir tahun dampak krisis global yang masih berlangsung.
Yusup menyebutkan, secara riil, pertumbuhan undisbursed loan sebesar 4,63 persen secara ytd mencerminkan bahwa sektor riil (nasabah/debitur) masih cenderung menahan dan menunda pencairan/penggunaan dana kredit.
Pertumbuhan yang melambat pada penyaluran kredit modal kerja, katanya, bersumber dari sektor industri pengolahan, dan perdagangan besar dan eceran.
Perlambatan penyaluran kredit di sektor industri pengolahan sendiri bersumber dari perlambatan serapan kredit di sub sektor pengolahan tepung/ikan dan bahan-bahan kimia.
Sementara itu, perlambatan penyaluran kredit di sektor perdagangan besar dan eceran didorong oleh kelesuan perdagangan makanan/minuman/tembakau.
Yusup mengakui, pertumbuhan yang melambat itu juga terjadi pada kredit di perusahaan pembiayaan.
Hingga September, pertumbuhannya hanya sebesar 3,54 persen (ytd).
"Namun, walau melambat, jumlah kredit macet atau NPL (non performing loan) masih dapat ditahan dengan baik di angka 3,39 persen," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019