Ratusan ternak babi mati mendadak di tiga desa di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Ada pun ketiga desa itu adalah Desa Pahieme sebanyak 135 ekor, di Desa Sidikalang 160 ekor, dan di Desa Sipea-pea 8 ekor. Ketiga desa itu berada di Kecamatan Sorkam Barat yang berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan.

Demikian dikatakan Kadis Pertanian Kabupaten Tapanuli Tengah, Drh Iskandar melalui Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Kristian M Sitohang, didampingi Drh Lenni Norita Hutagalung selaku Kasi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian Tapanuli Tengah, ketika dikonfirmasi ANTARA, Sabtu (16/11).

Baca juga: Ini tips agar ternak babi anda tidak diserang virus Hog Cholera

Dikatakan mereka, peristiwa matinya ternak babi di Tapteng itu terjadi pertengahan Oktober 2019 kemarin, di saat terjadinya serangan virus Hog Cholera di beberapa daerah di Sumatera Utara, khususnya daerah yang berbatasan dengan Tapanuli Tengah, seperti Kabupaten Humbang Hasundutan.

“Setelah kita mendapat informasi bahwa ada di tiga desa di Tapteng ternak babi yang mati mendadak, tim dari Dinas Pertanian Tapteng turun ke lokasi, hanya saja, ternak yang mati itu sudah dikubur warga. Dan dari sisa ternak yang masih hidup kita menemukan ciri-ciri virus Hog Cholera. Dan kami pun langsung memberikan penyuluhan dan edukasi kepada masyarakat agar jangan membuang bangkai babi jika ada yang mati lagi agar virusnya tidak menyebar ke ternak babi yang lain,” terangnya.

Ditanya apakah masih ada ternak babi yang mati mendadak pascakejadian tersebut, menurut Kristian tidak ada lagi.

“Sesuai dengan laporan anggota kami yang ada di tiga desa itu, tidak ada lagi ternak babi yang mati sampai sekarang. Hanya saja kemarin ada laporan dari warga Kecamatan Sarudik, tepatnya di Kelurahan Pasir Bidang, ada babi yang mati mendadak 5 ekor, dan yang sakit 2 ekor. Kami sudah turun ke lokasi melakukan pengecekan, dan dari ciri-ciri babi yang sakit, terdeteksi kena virus Hog Cholera, dimana babinya demam dan mencret serta tidak mau makan. Hal itu sudah langsung kami laporkan ke Provinsi,” jawabnya.

Dijelaskan mereka, saat tim dari Dinas Pertanian turun ke Sarudik, kelima ekor babi itu sebahagian sudah ada yang dikubur dan sebahagian lagi dipotong. Sehingga mereka kesulitan untuk mendeteksi apa penyebab matinya babi itu. Hanya saja melihat dari ciri-ciri babi yang sakit, mengarah ke Hog Cholera.

“Untuk itulah kami mengimbau masyarakat, jika ada ternak babinya yang mati mendadak agar segera dilaporkan kepada kami atau juga kepada petugas penyuluh yang ada di masing-masing Kecamatan. Dan diminta agar bangkai babi jangan dibuang ke sungai karena virusnya dapat menular kepada ternak babi yang lain. Jadi lebih baik bangkainya dikubur saja agar lebih aman,” imbuhnya.
 

Pewarta: Jason Gultom

Editor : Riza Mulyadi


COPYRIGHT © ANTARA News Sumatera Utara 2019